Selepas dari Cafe, Hariz tidak kembali ke kantor lagi melainkan langsung pulang ke Apartemen. Hariz merasa lelah dengan semuanya seandainya Meysa masih ada mungkin dia bisa meringankan sedikit beban Hariz. Hariz melepaskan jas kantor nya dan melemparnya ke sembarang arah. Dia langsung merebahkan dirinya di kasur dengan tangan yang ia letakkan di keningnya. Memejamkan matanya dan membayangkan Meysa yang mengelus rambutnya. Hariz tersenyum, dalam bayangannya Meysa menggunakan gaun pengantin yang sungguh menawan dan cantik apalagi ketika Meysa yang memakainya.
Meysa berputar putar dengan lincahnya sambil melambaikan tangan padanya. Hariz melangkahkan kakinya untuk mendekati Meysa tapi bukannya semakin dekat malah semakin jauh. Seolah olah Meysa tidak mengizinkannya untuk mendekatinya.
"Meysa, mendekatlah. Aku tidak bisa mendekatimu jadi ayo kamu mendekatlah. Peluklah aku Mey, aku sangat merindukanmu" ucap Hariz sambil merentangkan tangannya dengan lebar berharap Meysa akan datang dalam pelukannya. Tapi tatapan Meysa berubah menjadi sendu, Meysa memundurkan langkahnya. Meysa melihat Hariz dengan tatapan kecewanya. Meysa yang tadinya terlihat bahagia sekarang berubah menjadi menyedihkan. Gaun yang Meysa pakai berubah menjadi pakaian lusuh yang bahkan hampir tidak bisa menutupi seluruh tubuhnya karena robekan yang besar di bagian punggungnya.
"Mey, apa yang kamu lakukan. Kenapa pakaianmu berubah. Ganti baju kamu dengan yang baru. Apa Perlu aku membelikanmu baju baju yang sekiranya pantas dipakai" Hariz menatap nyalang pada Meysa karena pakaiannya yang menampilkan Auratnya meskipun hanya di bagian punggungnya.
Meysa menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Ini adalah pertanda dariku Hariz, semoga kamu bisa mengerti dengan petunjuk ini. Kamu harus sadar , kita berdua sudah tidak bisa bersama. Ini adalah duniaku yang sekarang, tempatmu bukan disini jadi pergilah dan pahami petunjuk dariku. Aku yakin suatu saat kamu pasti akan lebih bahagia"
"Enggak Mey, sampai kapanpun aku gak akan pernah bahagia. Bahagia ku cuma ada di kamu. Kamu gak bisa ninggalin aku gitu aja" Hariz mengepalkan tangannya dengan kuat, ekspresi wajahnya sudah tidak selembut tadi. Hariz berlari untuk memeluk Meysa tapi Meysa menghindar. Dan....
"BYUUURRRRRR"
Hariz langsung membuka matanya dengan lebar sambil mengusap wajahnya yang kini telah basah. Dilihatnya Tania yang memegang sebotol Air dengan Hana yang digendongnya. "Kamu menyiramku? " Hariz menodong Tania dengan sebuah pertanyaan yang jelas ia sudah tahu jawabannya.
"Ini udah Magrib dan kakak masih tidur sambil berteriak kek orang gila. Bangun, dan shalat Magrib. Maaf karena udah masuk ke Apartemen kakak dengan lancang karena tetangga di sebelah juga protes karena suara jelek kakak" Ucap Tania dengan ketusnya kemudian meninggalkan Hariz sendirian. Dia baru saja pulang kerja dan malah mendengarkan teriakan Hariz yang memanggil nama kakak nya.
Tania awalnya tidak peduli tapi tetangga di sebelah Apartemen nya terus mengomel sambil menekan bel di pintu Apartemen Hariz. Mau tidak mau Tania harus mengurusnya, Tania menyuruh orang itu untuk kembali ke Apartemennya dan berjanji bahwa dia yang akan mengurusnya. Orang itu setuju dan kembali ke Apartemennya sendiri.
"Dasar kakak ipar, Apartemen sebesar ini tapi gak kedap suara. Mana suara teriakannya kek toa lagi" Dumel Tania seraya keluar dari Apartemen Hariz.
Sementara itu Hariz masih diam di tempatnya. Kasurnya kini telah basah akibat siraman tiba tiba itu. Demi apapun tadi mimpinya terasa seperti nyata tapi Siraman air itu merusak segalanya. "Apa yang Meysa maksud dengan petunjuk itu? " Batin Hariz dalam hatinya. Hariz mendesah berat. Tidak mau ambil pusing Hariz segera turun dari kasurnya dan berniat untuk mandi dan melaksanakan shalat Magrib.
Hariz melepas semua pakaiannya hingga tubuhnya benar benar tidak tertutupi sehelai kain pun. Hariz berdiam diri di kamar mandi di bawah guyuran Shower yang membasahi tubuhnya. Pikirannya masih tidak bisa lepas dari mimpi itu. Hariz masih penasaran dengan petunjuk yang Meysa bilang dalam mimpinya itu.
"Ini pasti hanya sekedar Mimpi" Ucap Hariz berusaha meyakinkan dirinya agar tidak terlalu memikirkan hal itu.
.
.
Tania baru saja selesai memasak, tadi di perjalanan pulang dia memutuskan untuk berhenti di Supermarket dan berbelanja bahan makanan. Dan sekarang ini lah hasil masakannya, Sup ayam dan Nugget kesukaannya kini telah tersedia di meja makannya. Tania juga sudah membuatkan bubur untuk Hana, karena itulah prioritas utamanya. Tania mendudukkan Hana di kursi yang telah ia siapkan. Tania juga sudah memastikannya itu aman untuk Hana.
"Hana mam dulu yuk, nih Tante udah buatin bubur yang enak buat Hana" ucap Tania sambil mengambil bubur yang sudah ia siapkan tadi. Hana mengerjapkan matanya dengan polos, bibirnya dimanyunkan dengan lucunya. "Pa.. Pa.. Mam.. Juga.. Nte" Ucap Hana dengan ucapannya yang lumayan lancar.
"Papa mu udah gede sayang, lagi pula biarkan saja papa mu itu kelaparan. Dia aja gak peduli sama kamu jadi buat apa Tante peduli sama Orang itu."
"Pa.. Pa.. Nati mati... "
"Ya bagus dong kalau gitu, mati karena kelaparan. Nanti Tante liput beritanya di koran Duda yang baru saja ditinggal istrinya kini telah ditemukan tidak bernyawa akibat kelaparan" Tania terkikik geli dengan Argumennya sendiri itu. Dia tidak sadar aja jika sedari tadi seseorang masuk ke dalam Apartemen nya.
"Jahat banget kamu" Ucap Seseorang yang sedari tadi mengamati Tania.
Tania langsung mengatupkan bibirnya, dia mengenali suara itu. Suara yang dulunya menyenangkan dan sekarang menjadi menyebalkan.
Hariz sebenarnya tidak mau jika harus ke Apartemen Tania, tapi karena dia lapar dan gak bisa masak mending Hariz numpang pada adik iparnya itu. Lagi pula Tania tidak mungkin menolaknya. Mau pesan makanan pun Hariz tidak selera. Hariz segera menarik kursi kemudian mengambil piring dan mengisinya dengan nasi. Tania membiarkan nya saja dia hanya fokus pada Hana.
"Ayo sayang buka mulutnya Aaaaaaa" Tania mengangkat sendoknya dan menyuapinya pada Hana.Hana yang mengerti langsung membuka mulutnya dan menerima suapan itu. Tania tertawa gemas ketika melihat bibir Hana yang belepotan karenanya. "Nyammm nyammm" Hana bertepuk tangan dengan riangnya.
"Pa.. Pa.. Ana.. Mau disuapin, pa.. Pa" ucap Hana Beralih pada Hariz yang sedang makan. Tania memandangi Hariz yang tidak merespon apapun padahal jelas jelas Hariz mendengar kalau Hana ingin disuapin olehnya.
"Kak, punya telinga gak? " Tanya Tania dengan ketus.
"Ada, dua malah"
"Dengar kan apa yang Hana bilang. Dia mau disuapin kakak. Kakak gak punya inisiatif buat nyuapin anak kakak? "
"Lalu? Apa bedanya disuapin aku atau kamu sama sama makan kan"
"Pa.. Pa... " Lirih Hana dengan sedihnya.
Hariz hanya meliriknya dan bersikap bodoamat dan melanjutkan makannya dengan tenang. Dia tidak peduli yang penting sekarang dia tidak kelaparan lagi.
"Kakak gak punya hati banget ya. Dosa apa aku punya kakak ipar yang kejam seperti kakak." Tania mengangkat tangannya seolah olah ingin menerkam wajah Tampan itu dengan tangannya. "Kakak mau mati jalur apa? Bilang sama aku yuk. Aku bantu wujudin"
Hariz melotot ketika melihat apa yang dipegang Tania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Ramadhani Kania
udah bawabpergi aj si Hana Tania biar tew rsa tu bpknya....😡
2022-07-30
0
Zidane Zidan
🤣🤣🤣🤣🤣Tania Tania berani banget nawarin Hariz cara kematian yg cepat
2022-07-29
1
Rosalina Datu Layuk
apa yg akan terjadi nanti dgn hariz
2022-07-15
0