Bab 1 Mulai pindah

Sesuai dengan apa yang Hariz bilang seminggu yang lalu, hari ini Tania meminta izin pada kedua orang tua nya untuk pindah ke Apartemen Hariz. Awal nya kedua nya tidak mengizinkan sebab status mereka berdua. tapi Tania berhasil meyakinkan kedua orang tuanya dengan mengatakan Apartemen mereka bersebelahan dan tidak dalam satu Apartemen. Mau tak mau akhirnya Rio dan Gendis Mengizinkan apa lagi itu menyangkut cucu mereka Hana.

"Kamu yakin mau tinggal di Apartemen kakak iparmu itu?" Tanya Gendis sambil membantu Tania memasukkan semua baju ke dalam kopernya. Sudah berulang kali dia menanyakan hal yang sama pada Tania, berharap Tania bisa mengubah keputusannya. Bukannya Gendis melarang hanya saja dia masih tidak rela berjauhan dari putri bungsunya itu, terlebih setelah kematian Meysa.

Sebenarnya jarak Apartemen Hariz dan rumahnya tidak begitu jauh. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit. Tapi yang namanya seorang Ibu pasti mempunyai kekhawatirannya sendiri.

"Mama tenang aja lagian ini demi Hana Ma, Kak Hariz memilih untuk tinggal di Apartemen nya lagi berarti Hana harus ikut kesana. Tapi kalau Kak Hariz kerja siapa yang akan menjaga Hana disana"

"Lalu kamu sendiri Gimana kerjaan kamu? Kamu mau bekerja sambil membawa Hana?"

Ya Tania bekerja di salah satu cafe sebagai pelayan, sebenarnya Tania juga baru lulus kuliah.

Kedua orang tuanya menawarkan Tania untuk bekerja di restoran milik Keluarga mereka. Akan tetapi Tania menolaknya, Tania ingin memulai semua nya dari nol dan tanpa bantuan siapapun.

Tania mendapat pekerjaan itu dari rekomendasi Temannya. Sehingga Akhirnya Tania memutuskan untuk bekerja disana.

"Aku bisa mengatasinya Ma, lagi pula aku sudah dewasa. Aku pasti bisa menjaga Hana meskipun aku sambil bekerja" Tania menatap Gendis dengan tatapan memohon hingga pada Akhirnya Gendis mengangguk. "Ya sudah Mama izinkan. Kalau ada apa apa kamu harus cerita sama Mama"

Tania tersenyum lebar kemudian memeluk Gendis dengan erat.

.

.

.

Sedangkan di ruang keluarga, Hariz juga berpamitan pada Ayah mertuanya. Hariz sudah mengatakan semuanya tentang kepindahannya termasuk Hana yang akan ikut dengannya. Sama seperti Gendis, awalnya Rio juga tidak mengizinkan tapi Hariz berjanji akan selalu menjaga Tania sama seperti adiknya sendiri. Alhasil Rio juga mengizinkan dengan syarat Hariz tidak menyentuh Tania dengan alasan apapun. Hariz tentu saja setuju lagi pula dia tidak Ada niatan untuk menyentuh adik iparnya itu meskipun hanya sebatas gandengan tangan.

Tak lama kemudian Gendis dan Tania keluar dengan menyeret sebuah koper yang mereka siapkan. Dengan Tania yang menggendong Hana jadi Gendis yang membawakan kopernya. Mereka berjalan ke arah Rio dan Hariz yang terlihat asyik mengobrol hingga tidak menyadari kehadiran mereka berdua.

"Kak, Udah siap" Ucap Tania hingga membuat kedua orang itu menoleh.

Hariz memperhatikan penampilan Tania yang terlihat berbeda. Dengan Dress berwarna pink selutut dan Rambut bergelombang yang digerai membuat Tania terlihat berbeda. Hariz melihat adik iparnya itu dari atas sampai bawah. "Cantik, tapi lebih cantik Meysa" Batinnya.

Hariz langsung berdiri kemudian menyalami kedua mertuanya tersebut. "Ya sudah Pa, Ma kami pamit dulu"

"Tunggu sebentar"

Rio dan Gendis dengan kompak mencium Hana dan Tania bergantian. Mereka mengapit Tania dan memeluknya dengan hangat. Tania tersenyum atas perlakuan mereka.

"Tania janji bakal sering sering kesini, Mama sama papa gak usah khawatir yah"

"Gimana mama gak khawatir kamu itu putri bungsu Mama. Sekarang putri Mama hanya tinggal kamu. Meysa juga udah pergi ninggalin Mama" Gendis menunjukkan raut wajah sedihnya.

"Udah Ma, biarin anak anak pergi. Kasian Hana biar cepet istirahat" Rio merangkul istrinya agar tidak berlarut dalam kesedihan.

"Ya sudah sekarang kalian pergi lah, Inget pesan Mama. Kalian harus sering sering kesini"

Hariz yang sedari tadi memperhatikan langsung berpamitan lagi "Kami pergi Ma"

Hariz mengambil alih koper Tania dan membawa nya ke Mobil nya. Begitu pun Tania, Tania juga mengikuti Hariz hingga menghilang di balik pintu rumah.

.

.

.

"Ssstttt Sayang diem ya, Hana bobo yang nyenyak" Di dalam mobil tidak ada yang berbicara kecuali Tania yang sedari tadi sibuk menenangkan Hana yang terbangun karena Hariz tidak sengaja ngerem mendadak.

Bocah tiga tahun itu kembali tidur dengan nyaman dalam pelukan Tania.

"Kapan kakak mulai bekerja lagi? " Tanya Tania basa basi. Dia merasa tidak nyaman dengan suasana yang begitu canggung itu.

"Besok pagi aku langsung ke kantor" Jawab Hariz sambil menatap lurus ke depan dengan tangannya yang sibuk menyetir.

"Kenapa? " Tanya nya.

"Gak papa kak, aku pikir kakak akan meliburkan diri selama beberapa hari"

"Bukan itu yang ingin kamu katakan. Jujur aja"

"Bagaimana dengan Hana"

"Aku yakin Hana akan nyaman bersamamu. Dia tidak akan merengek meskipun aku sibuk bekerja. Jadi aku pasrahkan Hana sama kamu sementara waktu"

"Kan kakak bapaknya"

Hariz menoleh dan melihat Tania dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Sorot matanya yang tajam mampu membuat Tania menciut. "Kamu gak ikhlas jagain keponakan kamu sendiri? "

"Ikhlas kok kak, Maaf" Jawab Tania sambil menunduk.

"Bagus lah" Hariz kembali melihat ke depan dan tidak ada pembicaraan apapun lagi.

"Udah jadi Duda kok tambah galak" Gumam Tania pelan.

.

.

.

"Kamu akan tinggal disini bersama Hana, kalau ada apa apa kamu bisa langsung panggil aku di sebelah" Ucap Hariz sembari meletakkan koper Tania di dalam apartemen yang sekarang ditempati Tania. Hariz sudah mengecek semuanya dan tidak ada yang rusak jadi Tania pasti akan betah tinggal disana. Apartemen itu sudah lama tidak ia tempati semenjak menikah dengan Meysa.

"Kak, biarkan Hana malam ini tidur sama kakak. Dari tadi Hana selalu menyebut kak Meysa. Mungkin dengan tidur sama kakak bisa membuat Hana berhenti ngigau lagi" Tania mengelus rambut Hana dengan penuh kasih sayang. Dia semakin tidak tega pada ponakannya karena harus kehilangan ibu di usia yang masih sangat membutuhkan seorang ibu.

Hariz maju dan mendekati Tania, Tania yang terkejut langsung mundur dua langkah. "Kakak mau ngapain?"

"Mau ngambil Hana" Dengan perlahan Hariz mengambil Hana dari gendongan Tania. Tania mengangguk sambil bernafas lega dia membiarkan Hariz membawa Hana ke Apartemen nya. Setidaknya sekarang Hariz masih peduli pada Hana. Semoga saja Hariz akan selalu seperti itu.

Hariz menidurkan Hana di kasur milik nya, setiap kali melihat Hana, Hariz seperti melihat sosok Meysa pada dirinya. Hariz membuka ponselnya kemudian melihat foto pernikahannya dengan Meysa. Seharusnya ini tidak terjadi, Seandainya Hariz berhasil membujuk Meysa untuk ke rumah sakit mungkin Meysa masih Ada bersamanya meskipun mustahil itu terjadi karena penyakitnya yang stadium akhir.

Meysa memang memiliki penyakit Kanker stadium akhir, tidak ada yang tau tentang itu karena selama ini Meysa selalu menyembunyikanya dengan baik. Tapi pada Akhirnya Hariz mengetahui nya juga. Hariz melihat semua obat obatan yang selalu diminum Meysa, sejak saat itu Hariz selalu memaksa Meysa untuk pergi ke rumah sakit. Tapi Meysa selalu menolaknya. Dan hal itu lah yang membuat Hariz frustasi dan memutuskan untuk pergi keluar kota. Selain itu dia juga pun ya urusan bisnis disana.

"Aku mencintaimu Meysa, Sampai kapan pun aku akan selalu mencintaimu. Tidak Ada yang bisa menggantikan posisimu"

Hariz melihat Hana yang tertidur pulas. "Maafin Papa" ucap Hariz dengan lirih.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

lanjut

2022-11-12

0

Rosalina Datu Layuk

Rosalina Datu Layuk

lanjut ceritax dong

2022-07-15

0

☘️BILAA☘️

☘️BILAA☘️

lanjut

2022-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!