Tubuh Weva terhempas cukup keras ke lantai membuat semua siswa dan siswi menoleh menatap Weva yang kini sudah terbaring di lantai dengan kedua kakinya yang berdiri tegak.
Semua orang tertawa melihat kejadian memalukan itu ditambah lagi dengan kursi yang Weva duduki itu patah berhamburan membuat Weva meringis merasakan sakit bahkan Bu Yungmi yang tengah asik memainkan ponselnya itu langsung tersentak kaget dan menatap dengan tatapan terkejut ke arah Weva.
Weva membuka matanya cepat, ini hanya sebuah mimpi bodoh yang baru saja menghiasi tidurnya disaat jam pelajaran sekolah.
"Astaga, Weva!" kaget gadis dengan poni yang lumayan tebal itu lalu segera menghampiri Weva yang masih terbaring dengan tubuh kaku.
Dia adalah Sahabat terbaik bagi Weva yang selalu setia bersamanya. Dari sekian ribuan siswa dan siswi SMA Cendrawasih Internasional Shcool hanya dialah yang tak pernah menghina Weva, yah walau kadang keceplosan.
Wiwi Afriawi gadis cantik yang akrab di panggil Wiwi ini merupakan gadis yang berkepribadian sok tegas dan sok dewasa, yah itu semua bisa dilihat dari setiap kalimat yang ia sampaikan. Setiap kata yang ia ucapkan, itu semua seperti ceramah yang siap datang kapan saja. Hanya Wiwi yang mau menjadi sahabat Weva di kelas ini.
Weva mulai bergerak, berusaha untuk bangkit dari lantai namun, karena tubuhnya yang besar ia tak mampu bangkit dari lantai tersebut. Kini Weva seperti seekor kura-kura yang berusaha membalikkan tubuhnya yang gemuk itu. Ini memalukan, ditambah lagi dengan suara tawa murid-murid yang seakan menghantam telinganya begitu nyaring membuat Weva ingin lenyap di tempat ini juga.
"Astaga, Weva. Lo itu kenapa, sih?" tanya Wiwi yang kini berusaha menarik kedua tangan Weva dengan susah payah.
Weva tak menjawab, Ini bukan waktu yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari Wiwi. Kini Weva berusaha bangkit dari lantai dengan susah payah.
"Huuuuu!!!" seru teman-teman sekelas dengan kompak lalu mereka tertawa lagi.
Yap, pertunjukan gratis sedang dimulai.
Weva kini bangkit dan merapikan seragam sekolahnya yang agak berantakan. Weva menoleh ke arah lantai membuatnya terbelalak ketika kursi yang selama ini ia duduki patah berhamburan.
Oh Tuhan, kasian sekali nasib kursi itu.
"Astaga Weva!" Tatap Wiwi lagi sambil menutup mulutnya.
Ia tak menyangka kursi ini bisa hancur. Bayangkan jika Wiwi yang ada di situ, hah, pasti sangat menyakitkan.
"Woy, kasian banget tuh kursi," ujar Edo, salah satu pria yang duduk paling depan membuat semuanya kembali tertawa.
"Jahat banget lo, Ndut!" sahut pria yang lain lagi.
"Iya nih si gendut!!!"
"Makanya kalau punya badan itu dijaga!"
Suara ucapan siswa dan siswi itu terdengar membuat Weva tertunduk malu. Hinaan itu benar-benar menyakitkan baginya.
Tuhan, sumbat saja telinga Weva! Nggak apa-apa Weva rela, Tuhan.
"Sudah! Sudah! Sudah!" teriak Bu Yungmi berusaha menghentikan ocehan para siswa dan siswi yang kini tengah menghakimi Weva.
Semuanya terdiam dengan langkah Bu Yungmi yang kini melangkah mendekati Weva yang kini masih tertunduk.
Sesekali Weva menoleh menatap Bu Yungmi yang kini mendekatinya. Weva meneguk salivanya. Demi dewa para uttaran, Bu Yungmi sama menyeramkannya dengan malaikat pencabut nyawa.
Tongkat kayu berwarna pink yang ada di tangan Bu Yungmi itu membuat Weva takut. Masalahnya tongkat itu sudah banyak memakan korban. Kuku-kuku panjang yang dapat pukulan, kepala siswa yang diketuk karena rambutnya panjang bahkan bibir pun bisa disentil manja jika mengalahkan warna lipstik merah membara dari bibir merona Bu Yungmi.
Kini sebuah musibah sepertinya akan segera menghampirinya. Yang pertama adalah Weva telah membuat keributan di jam Bu Yungmi yang terkenal sebagai guru cempreng, lebay dan penuh sosialita. Yang kedua Weva telah merusak kursi dan ini merupakan salah satu tindakan merusak properti sekolah dan yang ketiga adalah...
"Oh maaaaay goaaaaaaad!!!" jerit Bu Yungmi sambil menutup kedua matanya membuat Weva yang belum selesai berpikir itu menutup kedua telinganya dengan rapat, hah, bahkan cara ini tak mempan.
Rasanya suara cempreng Bu Yungmi seakan menusuk secara bertubi-tubi gendang telinga Weva.
"Kamu tidur, yah?" tanya Bu Yungmi sambil menunjuk ke arah wajah Weva yang sudah pucat seperti mayat hidup.
"Ti-ti-tidak, Bu!" jawab Weva cepat.
Yah, kali ini Weva sedikit berbohong, harus bagaimana lagi jika ia jujur dan mengatakan jika ia memang tidur dan bermimpi akan melakukan tindakan bunuh diri, ini sama saja menjerumuskannya ke dalam lubang neraka.
"Bohong kamu!" ujar Bu Yungmi lagi.
Weva terdiam. Kini sorotan mata para siswa dan siswi kini mengarah ke arahnya. Jujur saja Weva sangat malu.
Tolong, lenyapkan saja Weva dari tempat ini. Bu Yungmi menyipitkan matanya menatap Weva penuh selidik.
"Kursi kamu hancurin, punya masalah apa kamu?!!!" teriaknya membuat Weva memejamkan kedua matanya.
Weva kini terdiam, ia bahkan tak mampu mengerakkan bibirnya untuk menjawab.
"Kamu tahu karena apa?"
Weva masih terdiam.
"Ini semuaaaa karena ini." Tusuk Bu Yungmi ke permukaan perut Weva.
Weva sedikit tersentak dengan langkahnya yang sedikit mundur ketika ujung tongkatnya itu menusuk perutnya, ah ini bukan perut, tapi lemak!
"Ini apa ini?" Tusuk Bu Yungmi ke perut gemuk Weva menggunakan ujung tongkatnya yang berwarna pink itu.
"Apa ini?" tanya Bu Yungmi begitu sangat kejam sambil menusuk-nusuk pelan perut Weva yang tersentak-sentak.
Semua siswa dan siswi kelas XI IPS B kini terdiam sembari melipat bibirnya ke dalam berusaha menahan tawanya. Mereka semua kini tak sabar menanti jawaban dari Weva.
Weva menggaruk telinganya pelan. Entah pertanyaan bodoh apa yang baru saja Bu Yungmi tanyakan kepadanya hingga harus bertanya tentang apa yang baru saja ia tunjuk itu. Tentu saja ini perut, apa lagi?
"Apa ini?" Tunjuk Bu Yungmi dengan memperkuat tusukannya ke perut Weva.
"Pe-pe-pe-perut, Bu," jawab Weva gugup.
"Salah!!!" bantah Bu Yungmi cepat.
Weva mengangkat pandangannya berusaha menatap kedua bola mata Bu Yungmi, Weva hanya ingin memastikan jika Bu Yungmi masih membuka kedua matanya ketika Bu Yungmi mengatakan jika yang baru saja dia tusuk itu bukanya lah perut. Beberapa detik kemudian Weva tertunduk, mata Bu yungmi masih aman.
"Kamu tahu ini apa?" tanya Bu Yungmi.
Weva terdiam lalu mengangguk pelan.
"Iniiiiiiiiiiiii...." ujar Bu Yungmi memperpanjang suaranya sambil menggerakkan ujung tongkat itu ke area perut Weva membentuk garis bundar.
"lemak!!!" teriak Bu Yungmi membuat semua siswa dan siswi meledakkan tawanya.
Weva tertunduk, lagi-lagi hinaan itu terlontar dari mulut Bu yungmi. Weva melirik Bu Yungmi beberapa detik lalu kembali tertunduk. Jika ia boleh mengeluarkan ruh dari tubuhnya dan mampu mencekik orang maka Bu Yungmi lah orang pertama yang Weva cekik hari ini juga.
"Sana keluar!" pinta Bu Yungmi.
"Keluar, Bu?" Tatap Weva heran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
vj'z tri
hahahahahhaha lucu Thor cerita nya lanjut
2024-09-23
0
SyifaYouai@
Semangat thor!!
2022-07-12
0
Siska Ika
kpn ni up nya
2022-07-04
1