"Keluar, Bu?" Tatap Weva heran.
Raut wajah Bu Yungmi berubah setelah mendengar pertanyaan Weva. Apa pertanyaan itu perlu dijawab?
Bu Yungmi menarik nafas panjang membuat kedua mata Weva membulat menatap takut pada lubang hidung Bu Yungmi yang terbuka lebar. Yap, itu berarti dia siap untuk berteriak.
"Ya ampyuuuuuuun!!!" jerit Bu Yungmi lagi membuat semua siswa dan siswi kembali menutup kedua telinganya. Suara cempreng dan super nyaring Bu Yungmi benar-benar meresahkan. Kalau saja ada suara yang bisa memembunuh maka tujuh tahun lalu semua para siswa dan siswi SMA Cendrawasih Internasional School sudah punah saat itu.
"Tuli, yah? Tuli? Hah?!!! Nggak denger?!!!" oceh Bu Yungmi.
Ocehan Bu Yungmi terdengar sambil menarik sendiri daun telinganya yang dihiasi dengan anting-anting yang cukup besar dengan pola bunga matahari yang nampak cetar membahana, bahkan Weva sendiri takut jika melihat bagian ujung telinga Bu Yungmi yang nampaknya tak lama lagi akan putus karena anting-anting besar itu.
Kata Bu Yungmi anting itu dibeli di Korea. Percaya saja!
Weva kini melirik Bu Yungmi lagi, menatap sekilas bibir Bu yungmi yang terlihat sangat seksi dengan polesan listip menor berwarna merah menyala. Weva saja heran. Bagaimana bisa guru ini melarang siswi untuk memakai lipstik tebal, tapi dia saja lipstiknya sampai melewati area bibirnya. Kata Wiwi itu disengaja, biar seksi katanya.
Hal yang paling membuat Weva selalu terkagum dan mampu membuat Weva menganga adalah polesan make up yang begitu cetar, ini mampu mengalahkan penganting yang siap resepsi.
Weva selalu bertanya diam-diam saat memperhatikan Bu Yungmi menjelaskan di depan papan tulis. Ini Bu Yungmi dandan berapa lama?
Itu masih aman yang tidak aman itu sanggul Bu Yungmi yang begitu tinggi, katanya sanggul itu diberi nama sanggul Monas. Alasannya apa? Biar terkenal dan bersejarah.
Weva tertunduk lagi.
"Kamu saya hukum!!!" teriak Bu Yungmi membuat kedua mata Weva membulat.
"Serius, Bu?"
"Yah iya lah."
"Bu tolong jangan hukum Weva, Bu," rayu Wiwi membuat semua orang terbelalak menatap tindakan nekat Wiwi.
Satu hal yang perlu diingat! Jangan pernah berusaha untuk menolong seseorang jika itu berhubungan dengan Bu Yungmi karena akibatnya adalah...
...🥀🥀🥀...
Weva mengerakkan ujung sepatunya ke permukaan betisnya yang terasa gatal, betisnya terasa gatal karena sengatan panas matahari. Betisnya terlihat bengkak, ini bukan karena benturan atau apapun itu melaingkan ini adalah lemak, yah tak jauh beda dengan apa yang Bu Yungmi katakan tadi.
Lemak!
"Yeeeee, kita dihukum!!!" sorak Weva begitu bahagia.
Weva menengadahkan kepalanya menatap ke arah kibaran bendera merah putih yang nampak berkibar bebas di atas sana sambil memberi hormat yang diiringi dengan paparan sinar matahari yang terasa menyengat.
"Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku..."
Wiwi menghela nafas, ia melirik menatap Weva yang sudah sejak tadi menyanyi. Jangan tanyakan kenapa Wiwi ada di sini dan dihukum bersama dengan Weva. Bahkan jika boleh diulang, Wiwi tak mau lagi berusaha untuk menolong seseorang.
"Wev, lo bisa diem nggak, sih?"
"Weva nyanyi."
"Iya gue tahu, tapi suara lo dicampur sama panas matahari bikin gue mau bunuh diri tahu nggak?" cerocos Wiwi yang menunjuk matahari lalu kembali memberi hormat.
"Bunuh diri?"
"Em."
"Ih, Weva mau bunuh diri," rengeknya membuat kedua mata Wiwi melotot tak menyangka.
"Diam lo!"
Bibir Weva mengerucut. Satu hal yang ada pada Wiwi, suka membentak.
"Wiwi, ternyata kalau kita dihukum enak, yah?" bisik Wiwi sambil sesekali tertawa dan memukul pelan lengan kurus Wiwi yang meringis.
Oh Tuhan, Weva bahkan tidak sadar jika tulang Wiwi menangis mendapat pukulan dari Weva.
Si gendut banyak tingkah!
"Wiwi makasih, yah."
"Makasih buat apaan?"
"Yah, makasih soalnya Wiwi mau nemenin Weva dihukum. Saranghae, Wiwi."
Wajah Wiwi datar menatap tangan Weva yang membentuk love di atas kepalanya itu.
"Sarange sarange, sarang beo tahu nggak. Kalaupun kita sahabatan dari jaman prasejarah gue nggak mau dihukum. Panas tahu nggak!"
Weva menghembuskan nafas berat. Ia menggaruk rambut sebahunya itu dan menyisirnya pelan. Sahabatnya itu selalu saja marah-marah.
"Wiwi jangan marah-marah! Emang suka makan apa, sih sampai suka marah-marah?"
"Maka batu bara, ngerti lo?!!"
"Ih, mau makan batu bara."
Wiwi menghela nafas berat. Tolol sekali sahabatnya ini. Wiwi tak mengerti mengapa sahabatnya itu bisa dapat peringkat satu di kelas sementara kalau masalah non pelajaran otaknya super bego.
"Wev, hari ini lo bawa apa?" tanya Wiwi sambil menatap harap ke arah Weva yang masih setia menatap kibaran bendera sambil memberi hormat.
"Nasi goreng," ujar Weva.
Wiwi menterbelalakkan kedua matanya. Jujur saja nasi goreng yang Weva selalu bawa ke sekolah itu sangat enak.
"Seriusan?" tanya Wiwi dengan wajahnya yang jadi
Weva menoleh lalu mengangguk sambil tersenyum.
"Ah, gue ma-"
"Eits!" potong Weva membuat senyum Wiwi lenyap dari bibirnya.
"Apa, sih?"
"Wiwi nggak boleh minta!"
"Kenapa?"
Weva tersenyum malu. Ah, lihatlah! Bahkan pipinya yang seperti bakpao itu memerah karena malu sementara Wiwi kini menatap aneh pada sahabat gendutnya itu.
"Sini!" bisik Weva yang menggerakkan jari tangannya memberi kode agar Wiwi mendekat.
Wiwi melongo.
"Apa, sih?"
"Sini!" bisiknya lagi membuat Wiwi mendekatkan telinganya pada bibir Weva yang kini berbisik membuat Wiwi menggeliat.
"Ah, lo ngomong apaan, sih? Ngomong aja kali! Lagian nggak ada yang denger, kok," ocehnya sambil mengusap daun telinganya yang masih terasa geli itu.
Weva tertawa kecil seakan ia tak berbuat kesalahan.
"Ini buat dia," ujar Weva membuat Wiwi senyum Wiwi benar-benar hilang dari bibirnya. Ini seperti berita buruk yang sudah bertahun-tahun Wiwi dengar dari jaman SMP sampai sekarang.
Oh Tuhan, Sahabatnya ini telah diguna-guna atau salah makan, sih sampai cintanya itu bertubi-tubi sekali kepada pria itu.
Wiwi sama sekali tak mengerti, entah mengapa sahabatnya ini sangat tergila-gila dengan pria yang satu ini.
Tampan? Ah, lihat saja sendiri!
"Dia lagi, dia lagi. Kenapa sih, Wev? Lo itu kok suka banget sama dia?" tanya Wiwi penuh keseriusan.
Weva tersenyum lalu tak lama ia terdiam seakan memikirkan sesuatu.
"Emang kenapa?"
"Ini masalah hati, Wi!" ujar Weva sambil menepuk dadanya.
"Itu jantung!"
"Yah, sama aja. Jantung sama hati itu sama."
"Beda! Nggak sama."
"Sama, sama-sama tertulis nama dia di sini. Ah, soswet, deh," ujarnya sambil menyentuh kedua pipinya dan mengoyang-goyangkan tubuhnya seperti anak kecil.
"Gila!"
"Iya, Weva emang gila. Tergila-gila sama dia, hahahaha."
Wiwi memejamkan kedua matanya saat Weva yang tertawa itu memukul lengannya.
Ah, lihatlah! Tangan besar itu kembali memukulnya.
"Emmm, Wiwi mau tahu apa yang buat Weva suka banget sama dia?" tanya Weva tak kalah serius.
Wiwi mengangguk dengan raut wajahnya yang datar seakan tak tertarik untuk mendengarnya.
"Dia itu..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
vj'z tri
aku suka cerita nya Thor ....jadi ke inget zaman SMA 🤭🤭🤭
2024-09-23
0
Siska Ika
semangat yah up nya Thor
2022-07-05
1
Siska Ika
semangat Thor
2022-07-05
1