BAB 1 Naif

Hallo readers..

Cerita ini adalah novel Spin Off dari Mencintaimu Dalam Diam. Bagi yang belum membaca boleh kesana dulu, baca, beri dukungan dan hadiah juga boleh. Terus lanjut kesini ya..

Spin Off disini berbeda dengan sekuel, jadi author usahakan ceritanya runtut dan nggak membingungkan meski belum membaca series Mencintaimu Dalam Diam.

Ya sudah begitu saja.. selamat membaca

Jangan Lupa Dukungan kalian adalah semangat bergoyangnya jari-jariku. Jadi please like, komen and vote ya..

***

Surabaya, Kota Pahlawan.

Terik matahari terasa kian menyengat saat Azzam tengah bersiap di rumahnya, padahal hari masih masih terbilang pagi. Sepoi angin pun seolah tak mampu menyejukkan setiap insan di bumi pahlawan itu.

Azzam adalah dosen sekaligus mahasiswa di salah satu universitas swasta di Surabaya. Dia sedang menempuh studi S3 nya sekaligus mengajar sebagai dosen.

Azzam dikenal sebagai dosen yang dingin, angkuh, dan julukan mengerikan lainnya oleh sebagian besar mahasiswanya. Karena ia tak pernah mengulas senyum bahkan sedikit pun kepada mahasiswanya. Wajah tampannya seolah menjadi sia-sia karena sikap dinginnya itu.

Setidaknya itu menurut para mahasiswa di kampus itu.

Walaupun sebenarnya Azzam adalah sosok yang hangat hanya ia sedikit tidak bisa membuka diri dengan orang lain. Azzam adalah lelaki penuh tekad sesuai namanya, namun tidak untuk urusan asmara.

Baginya menikmati rasa saat jatuh cinta adalah sesuatu yang menyenangkan dan harus berlangsung lama. Tak perlu mengejar, tak perlu terburu mengungkapkan rasa. Seolah-olah Azzam yakin tentang perasaannya bahwa nantinya adalah jodohnya, siapapun wanita yang ia sukai.

Ya ampun, narsis sekali memang.

Usia matang yang ia miliki nyatanya tak bisa sebagai jaminan bahwa ia mahir dalam urusan percintaan. Tak pernah satupun yang berhasil singgah di hidup Azzam. Kalaupun ada, pasti sudah kandas sebelum ada kata pengakuan.

Dan Azzam saat ini tengah berbunga-bunga, menyukai seorang wanita. Usianya jauh dibawahnya, karena wanita itu adalah mahasiswa semester 4 mungkin umurnya sekitar 20 tahunan. Sedangkan Azzam usianya sudah 28 tahun.

Dan seperti yang sudah-sudah lalu, bahwa ia tak akan mengungkap, tak akan mengejar wanita yang disukainya, ia hanya diam-diam menyimpan rasanya. Berharap besok ada jalan yang sudah terbangun untuk menuju si wanita pujaan hati.

Bulshit.

Azzam sangat lugu dan naif. Begitu menurut teman-temannya. Kalau hampir setiap lelaki jika sudah memiliki kemauan pasti dikejar, tapi tidak bagi Azzam. Sebagian teman-temannya yang sudah hapal betul sifat Azzam hanya menggelengkan kepala melihat tingkah naif Azzam.

“halah Zam.. wes to, sana kejar kalau suka. Keburu diduluin orang. Kayaknya juga belum punya pacar tuh..” tukas Dani, teman seperjuangannya dalam Menyusun disertasi.

“belum lah.. nanti saja, dia juga masih semester 4, pasti lagi seneng-senengnya menikmati masa kuliahnya..”

“mana ada seperti itu.. banyak juga mahasiswa disini yang kuliah ternyata juga sudah menikah bahkan ada yang sudah punya anak.. kamu itu jangan terlalu naif. Nggak bakal ketemu jodohmu kalau kamu cuma diam-diam begitu.” Ujar Dani dengan mata melotot melihat Azzam yang tidak berekspresi.

“ya ya ya.. terimakasih masukan mu..” sahutnya datar.

“susah ngomong sama kamu. Kalau sudah ketikung baru tau rasa kamu..”

***

Hari terus bergulir dan berlalu.

Azzam masih asyik dengan rasa cinta yang lugu dan naif kepada seorang mahasiswi semester 4 yang entah bagaimana kehidupannya sebenarnya. Azzam hanya diam-diam menyukainya dan sesekali mencuri pandang jika kebetulan bertemu.

Mahasiswi itu cantik, berjilbab rapi dan sangat supel dalam pertemanannya. Dan hal itulah yang behrasil mencuri perhatian Azzam. Dia bukan mahasiswi Azzam, hanya pernah bertemu sekali dalam satu seminar fakultas. Dan dia menjadi MC untuk seminar tersebut. Bicaranya fasih, lugas dan sangat percaya diri.

Kini 2 bulan telah berlalu.

Masih tidak ada perkembangan apapun tentang kisah cintanya. Sedangkan yang disana, si gadis yang disukainya itu telah melenggang, berjalan dengan tangan terpaut di genggaman seorang lelaki yang entah siapa.

Azzam membola saat tak sengaja melewati mereka berdua. Azzam ikut menunduk saat keduanya menyapanya. Lalu terdiam sesaat dan menoleh memperhatikan dua sejoli tadi hingga lenyap tak terlihat.

“apa mungkin dia kekasihnya?”

“kenapa pak Azzam? Kekasih siapa?” tanya Pak Fajri yang ternyata sudah berada dekat dengannya.

Azzam mendelik, seperti bocah yang ketahuan pacaran diam-diam di belakang orang tuanya. Azzam salah tingkah.

“itu mahasiswa saya pak. Namanya Windy. Baru saja menikah dua hari yang lalu dengan mahasiswa pasca sarjana jurusan yang sama dengannya..” terang pak Fajri gamblang saat melihat Azzam masih mencuri-curi pandang dengan dua pasangan yang telah berlalu itu.

“ah..mahasiswi bapak keren, masih kuliah sudah menikah saja. Suaminya sepertinya juga masih muda..” ucap Azzam, ia tersenyum kecut, meratapi nasibnya seperti jomblo tua.

“banyak mas.. bahkan ada yang sudah memiliki anak. Lebih baik begitu kan, cepat-cepat menikah daripada pacaran tak jelas, nanti kalau terjadi hal buruk orang tuanya juga yang malu.. jadi Pak Azzam sudah memiliki calon atau belum? Belum ada rencana menikah? Atau mau saya bantu carikan?” ucapan panjang lebar itu pada akhirnya

berbalik padanya. Pada Azzam, lagi-lagi pertanyaan yang sama hingga ia bosan menjawab. Bahkan disertai tawaran bantuan. Betapa malunya Azzam saat itu.

“mohon doanya saja ya Pak. Saya juga masih berusaha mencari.”

“iya mas, saya doakan. Kalau sudah ada incaran ya langsung tembak saja. Siapa tahu memang jodoh, tidak perlu diamati dulu..” Pak Fajri terkekeh, sepertinya memang sudah jadi rahasia umum kalau Azzam suka dengan kisah cinta naifnya.

Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!