Pagi ini cerah secerah wajah Azzam. Angin lembut menyapa melalui jendela lebar di ruang perkuliahan. Mahasiswa
perempuan bak tersihir oleh wajah cerah itu.
Kemana wajah angker yang dulu? ada apa dengannya tiba-tiba menjadi sangat ramah? Apa dia sedang jatuh cinta? Atau dia sudah sadar harus merubah karakternya?
Bisik-bisik dari sebagian banyak mahasiswi ketika melihat penampakan yang sangat langka mereka saksikan.
Meskipun jarang tersenyum, para mahasiswinya mengakui ketampanaan seorang Azzam. Seandainya ia sedikit saja mau tersenyum dan ramah pasti akan banyak mahasiswi yang antri untuk dipersuntingnya.
Kemarin, seolah ia telah menemukan tambatan hatinya yang membuat hari ini hatinya dipenuhi bunga-bunga. Sekembalinya dari Yogyakarta, wajah Zahra terus memenuhi imajinasinya.
Azzam telah bertemu dengan Zahra, sahabat adeknya sendiri. Pertemuan pertama itu berhasil membuat Azzam berdebar begitu hebatnya untuk pertama kalinya pula. Wajahnya yang begitu dingin selama ini telah sirna, berganti dengan senyuman terus mengembang di wajahnya selama perkuliahaan berlangsung. Mahasiswanya tentu dibuat heran apalagi mahasiswa perempuan yang semakin dibuat tergila-gila dengan senyuman sang dosen.
Diantara bunga-bunga di hatinya, sebenarnya pikiran Azzam penuh kemelut tentang bagaimana ia harus melangkah mendekati Zahra an juga tentang Anita, adiknya. Mahasiswi yang masih menginjak semester 2, lagi-lagi Azzam terjebak dengan pikiran itu.
“kenapa aku selalu berakhir dengan menyukai anak kecil? Kesannya seperti aku seorang pedophil..astaghfirullah..” gumam Azzam sekembalinya ke ruangannya dari mengajar.
Azzam menelan ludahnya kasar dan mengacak rambutnya sendiri.
Di dalam ruang kuliah tadi ia pun tak banyak mengeluarkan kata untuk mengajar mahasiswanya. Wajah Zahra masih terngiang di kepalanya sehingga banyak mengganggu konsentrasinya kali ini.
Azzam hanya memberikan penjelasan singkat tentang materinya saat itu lalu membentuk kelompok kecil agar mahasiswanya bisa mandiri dengan berdiskusi dan mengerjakan tugas yang ia berikan. Dengan begitu dia tak akan banyak mengeluarkan tenaga untuk mengajar.
***
Di Yogyakarta. Hari dimana Zahra bertemu dengan Azzam.
Zahra membawakan beberapa buku catatan kuliah yang harus diikuti oleh Anita. Karena saat itu Anita tengah
mengambil cuti untuk penyembuhan cederanya. Zahra mengetuk pintu seperti biasa serta mengucap salam. Lamat-lamat Zahra mendengar sahutan dari dalam. Suara seorang laki-laki. Mungkin Om Rudi. Langkah itu semakin dekat dengan pintu. Lalu..
Ceklek.
Sosok tampan, tinggi tegap muncul di hadapannya yang membuatnya termangu. Sejak kapan om Rudi berubah menjadi mudan dan tampan begitu.
Siapa dia? Wajahnya sangat mirip om Rudi? Setahuku Anita nggak punya saudara kan?
Lelaki itu menyapa Zahra. Memperkenalkan dirinya bahwa dia adalah kakak Anita. Lalu menyuruhnya masuk dan duduk menunggu. Sedetik kemudian laki-laki itu sudah lenyap berpindah tempat. Lalu digantikan Langkah terseok Anita yang dibantu kruk sebagai penyangga jalan.
Zahra tidak menunggu Anita duduk dulu saat pertanyaannya akan rasa penasarannya terlontar.
“ternyata kamu punya kakak? Aku pikir kamu itu anak tunggal. Soalnya kakakmu nggak pernah kelihatan.” tanya Zahra penasaran.
“oh, mas Azzam? Iya. Kakakku dosen di Surabaya sekaligus melanjutkan S3 nya disana. Makanya nggak pernah kelihatan. Dia juga baru kemarin pulang, setelah mama ku menelfonnya memberi kabar kalau aku habis kecelakaan”. Jawab Anita dengan nafas tersengal.
“ooo..” mulut Zahra membulat, tapi matanya menyelidik berusaha mencari sosok tampan tadi. Tanpa disadari Anita, Zahra mengembangkan senyum berbunga-bunga.
Zahra sudah ingin pulang, sebentar saja dia berada di rumah Anita hanya untuk mengantar buku dan ada yang harus segera ia selesaikan di kos.
Anita mengantarnya sampai depan pintu saja sesuai perintah Zahra. Zahra tidak tega melihat sahabatnya itu berjalan. Rasa-rasanya ia ikut merasakan linu di kakinya.
“mas Azzam belum nikah Nit?” tanyanya tiba-tiba. Sebenarnya banyak yang membuat ia menjadi semakin penasaran dengan Azzam.
“belum..”
“kenapa?” tanya Zahra reflek.
“kalau aku jawab karena belum ada jodohnya pasti nggak seru kan?” Anita terkekeh dengan jawabannya sendiri.
“ia bener. Kamu bener nggak pernah salah. Dan orang juga bingung mau menimpali apa kalau jawabannya sudah final seperti itu.”
“kenapa memangnya? Kamu mau jadi jodohnya?”
Zahra melirik tajam Anita untuk menyembunyikan rasa malu nya. Di dalam hatinya ia bersorak ‘mmauuuuu bangeeeeettttt’ pada Anita.
“aku pulang.. Assalamu’alaikum..”
“wa’alaikumsalam..”
Setelah dari rumah Anita. Zahra pun merasakan debaran yang sama dengan yang dirasakan Azzam. Di tengah perjalanan pulangnya bahkan wajah Azzam terus terbayang jelas di benaknya. Apalagi kata-kata Anita yang memberinya penawaran untuk jadi jodoh kakaknya. Siapa yang bisa menolak pesonanya.
Kalau saja bukan karena Anita, Zahra akan gencar mendekati Azzam.
Ternyata Anita memiliki kakak setampan itu. Bahkan seorang dosen. Kenapa dia belum menikah? Pasti sangat
menyenangkan menjadi salah satu mahasiswanya, apa dia sudah punya pacar atau mungkin calon?
“punya dosen setampan itu, bagaimana mahasiswanya bisa fokus di perkuliahan mereka? Haha” Zahra terkekeh dengan pemikiran absurdnya sendiri.
Di dalam kamar kosnya ia terus berbicara seorang diri tentang ketampanan Azzam. Bahkan ia berkali-kali mengusap wajahnya kasar dan mengacak-acak rambutnya untuk menghaous bayangan Azzam dari kepalanya.
“astaga, hush hush.. ya ampun wajahnya nggak mau pergi dari kepalaku..huhu.. aku harus senang atau sedih
ini?”
Pikiran Zahra tiba-tiba menjadi penuh dengan nama Azzam. Dia tak berani bertanya lebih pada Anita. Sementara
dia hanya mampu memendamnya. Zahra tidak mungkin membiarkan Anita tahu bahwa ia tertarik dengan kakaknya sendiri, bagaimana persahabatan mereka nantinya.
Tanpa tahu bahwa mereka saling menyukai, Azzam dan Zahra memutuskan untuk memendamnya.
Pemikiran dua orang manusia naif tentang cinta. Bahwa waktu yang akan mempertemukan mereka tanpa ada usaha untuk berusaha menyatukan. Hanya pasrah dan doa yang mereka jadikan pegangan.
***
Bersambung..
Cerita ini benar-benar menguras ide, meski ceritanya ringan sebenarnya..
Tapi saya benar-benar menguras tenaga untuk menulisnya dan harus benar-benar fokus..
Jadi
Tolong ya Like nya.. Tolong juga Vote nya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Hiza MJ
belum sampai kesitu mbak.. msh menceritakan gimana kisah mereka. kan spin off.. mungkin besok ada season barunya.. sementara sy lg fokus ke cerita lain di platform merah. terimakasih dukungannya, dan dukung terus cerita ini ya😉
2022-10-18
0
Rosita
tp akhir nya jg sama kn dg novel se blum nya.. zahra dg wildan dan azzam sm indira.... pengin nya crta ini ttng ank" zahra n anita yg d jodohkn sejak mrk bayi krn ortu sahbtan... tp ttp nggk memaksa si anak utk nurut ortu nya... sy rasa itu lbh bgs lg crta nya.. maaf thoorrr 🙏🙏
2022-10-14
0