Bab 5

Seminggu kemudian, Vane sudah memiliki jadwal untuk memulai kursus memasak Rey. Dan hari ini adalah hari pertama diminggu pertama untuk memulai kursus.

Vane berangkat ke rumah Rey pukul 7 pagi dan sampai disana pukul 8 pagi, karena jalanan Jakarta cukup macet.

Sesampainya di rumah Rey, Vane langsung diajak Sita naik ke lantai tiga dimana dapur pribadi Rey berada. Jadi, dapur lantai dua hanya khusus dipakai karyawan saja.

Vane menilisik seisi dapur. Kitchen set berbentuk U dengan design mewah berbahan marmer berwarna perak yang mengkilap. Dapurnya pun cukup besar dan luas. Di dapur sudah lengkap alat dan bahan untuk memasak.

"Sudah lama menunggu?"tegur Rey mengejutkan Vane.

Rey berdiri di depan tangga memakai kaos putih dan celana jeans. Membuat otot tubuhnya terpampang nyata. Sementara Vane sudah memakai chef jacket berwarna abu-abu.

"Tidak begitu"jawab Vane.

Rey pun menghampiri Vane yang sudah berdiri di belakang table counter atau meja yang berada di tengah dapur berfungsi untuk tempat persiapan memasak.

"Oke materi hari ini pengenalan bahan makanan. Dan sekalian kita akan membuat satu menu makanan. Bagaimana kalau makanan Indonesia?"ujar Vane sambil meluruskan tangannya pada table counter.

"Mie instan?"ujar Rey dengan polosnya yang berhasil membuat Vane tertawa lepas.

Tiba-tiba dada Rey berdesir saat mendengar suara tawa Vane yang menawan.

"Kalau mau masak mie instan, tidak perlu membayarku untuk mengajarimu memasak, Reyvano"ejek Vane.

"Lalu kita akan masak apa?"tanya Rey sedikit jengkel.

"Kita masak sop buntut dan lumpia goreng"kata Vane.

Rey pun mengangguki usul Vane. Perlahan Vane menjelaskan macam-macam bumbu dapur, alat memasak dan fungsinya untuk apa. Rey sama sekali tidak bisa fokus dengan penjelasan Vane, karena Rey terlalu terpesona dengan gaya bicara Vane yang tegas, menyenangkan, dan berkarisma.

"Sudah paham?"tanya Vane yang membuat buyar lamunan Rey.

"Ya paham"jawab Rey gugup.

"Baiklah kita mulai memasak. Perlahan saja, tidak usah terburu-buru karena kita sedang memasak bukan lomba lari"ujar Vane datar tapi berhasil membuat Rey tersenyum.

Vane memakaikan celemak pada Rey, dan perlakuan Vane berhasil membuat jantung Rey mencolos dari tempatnya.

Diamlah jantung, jangan buat aku mati dadakan, gerutu Rey.

"Aku harus apa?"tanya Rey mengangkat dua pisau di tangannya.

"Kamu mau masak apa mau mutilasi. Pakai pisau satu aja"jelas Vane menunjukkan jenis pisau untuk memotong daging.

Vane mengajari Rey cara memotong buntut sapi. Awalnya Rey seperti orang mau tawuran tapi dengan kesabaran akhirnya Rey bisa memotong buntut sapi dengan benar.

"Rebus buntut sapi dengan panci presto selama 20 menit supaya empuk, pastikan tutup panci dengan benar supaya uap airnya tidak keluar"perintah Vane.

Sembari menunggu buntut sapi direbus, Vane menyuruh Rey menyiapkan bumbu dapur. Dengan wajah polosnya Rey salah menakar banyaknya bumbu yang digunakan.

"Bawang putih cukup lima siung nggak sampai semangkok juga"ujar Vane tertawa.

"Ya mana aku tahu, selama ini aku hanya memasak nasi goreng itu pun pakai bumbu instan selebihnya pembantuku yang memasak. Ini pertama kalinya aku memasak makanan serumit ini"tandas Rey yang sedang mengupas bawang.

"Dasar anak manja!"celetuk Vane yang dibalas tatapan tajam dari Rey.

"Kenapa bawang bau banget sih?"gerutu Rey.

"Kalau wangi namanya parfum. Kalau kamu nggak suka sama bau bawang mending kamu makan parfum aja kan wangi"ledek Vane sambil bersandar pada kulkas.

Mendengar ledekan Vane, Rey hanya mencebikkan bibirnya dan fokus kembali dengan bumbu dapur.

Setelah bumbu siap, tinggal memotong sayuran. Rey mengupas wortel dengan pisau khusus untuk mengupas wortel agar lebih mudah dan cepat. Lalu Rey memotong wortel itu.

"Kamu yakin mau makan wortel dengan ukuran sebesar itu?"tanya Vane melirik potongan wortel Rey yang terlalu besar.

"Yang penting dipotong kan?"ujar Rey acuh.

"Kamu tahunya apa sih Rey? Memang selama kamu makan pernah lihat wortel dipotong segede batu?"tegur Vane.

"Aku tahunya syuting dan bisnis biar dapet uang"balas Rey tak mau kalah.

Vane hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban Rey. Tiba-tiba Vane memegang tangan kanan Rey yang memegang pisau lalu mengarahkan tangan Rey untuk memotong wortel dengan ukuran yang tepat. Rey terkejut bukan main, rasanya tubuhnya melemas saat Vane menyentuh tangannya.

"Lanjutkan sendiri!"ketus Vane melepaskan tangan Rey.

Rey menghela nafas sambil mengelus dadanya yang rasanya jantungnya sudah berpacu sejak tadi.

Setelah menbuat sop buntut selesai, giliran membuat lumpia goreng. Saat membuat kulit lumpia, Rey membuat kulit lumpia terlalu tebal, kadang gosong karena api terlalu besar atau bahkan tidak berbentuk lingkaran sempurna.

Kemudian Vane menyuruh Rey membuat isian lumpia. Dengan sedikit arahan dari Vane bisa dimengerti oleh Rey. Dan akhirnya jadilah isian lumpia.

Lalu Vane mengajari Rey bagaimana cara menggulung kulit lumpia dengan benar.

"Jangan terlalu banyak isiannya nanti sobek kulit lumpianya"kata Vane tegas.

"Kan biar enak isiannya banyak"balas Rey.

Setelah mendapat beberapa buah lumpia mentah, Rey pun menggorengnya. Rey memasukkan lumpia ke dalam wajan yang berisi minyak panas. Namun bukannya pelan-pelan malahan Rey seakan melempar lumpia ke dalam wajan. Alhasil minyak menyiprat ke tangan Rey.

"Aww panas!"pekik Rey.

Mendengar Rey menjerit, Vane segera mematikan kompor. Lalu Vane mengambil ice pack di kulkas.

"Masih sakit?"tanya Vane sambil menempelkan ice pack di tangan Rey.

Rey mendesis karena merasakan perih dan dingin bersamaan. Namun sentuhan lembut tangan Vane membuat Rey sedikit lega. Vane memutuskan menyelesaikan menggoreng lumpia sementara Rey sibuk mengobati lukanya.

Setelah hampir dua jam memasak, diselingi tingkah unik Rey, akhirnya sop buntut buatan Rey pun jadi. Vane menyuruh Rey mencicip ulang masakannya yaitu sop buntutnya. Karena menurut Vane rasa masakan akan terasa jelas saat masakan itu sudah tidak terlalu panas. Jadi kekurangan rasanya bisa terdeteksi dengan jelas.

"Kalau kurang manis tambahin gula, kalau kurang asin tambahin garam. Jangan sampai kebalik"tegas Vane.

"Kamu pikir aku nggak bisa bedain gula sama garam apa. Aku nggak sebodoh itu"jawab Rey.

Rey yang merasa sop buatannya kurang asin pun menambahkan garam, tapi sayangnya Rey tidak tahu takaran. Hanya sop sepanci ukuran kecil diberi garam satu sendok penuh. Bisa terbayang akan seasin apa.

Kemudian, Rey menghidangkan sop itu di mangkok dan dengan sombongnya Rey berlagak sok memplatting masakannya. Setelah selesai, Vane mencicipi masakan Rey. Dan tentu saja, Vane menyemburkan kuah sop yang rasanya seperti air laut.

"Kenapa disemburin? Kamu itu chef bukan dukun"ujar Rey.

"Kamu itu masak sop apa air laut sih? Ini asin banget"ujar Vane sambil menggigit lidahnya.

Rey pun penasaran dan mencicipi sop itu. Tak disangka Rey juga menyemburkan kuah sop karena rasanya sangatlah asin.

"Astaga, kenapa seasin ini? Maaf aku tidak tahu"ujar Rey sedih.

"Nggak usah sedih, ini baru hari pertama. Aku yakin kamu bakal bisa memasak kok"kata Vane memberi semangat.

Rey pun bisa tersenyum lagi saat Vane memberinya semangat apalagi Vane tersenyum.

"Mungkin besok kamu harus mengajariku bagaimana menakar bumbu dengan baik. Aku nggak mau makan makanan asin lagi"jelas Rey.

"Kamu hanya perlu feel dan jangan ragu untuk mencicipi masakanmu. Selera oramg berbeda-beda"jawab Vane.

Jam menunjukkan pukul 11 siang, Vane pun pamit undur diri. Karena, Vane harus bergegas ke restoran.

Setelah kepergian Vane, Reza iseng naik ke lantai tiga. Melihat ada semangkuk sop buntut rasanya Reza lapar dan ingin makan.

"Wah jangan-jangan ini masakan chef cantik itu. Aku cobain deh"ujar Reza amat bahagia.

Reza duduk terlebih dahulu di bar stool atau kursi bar. Lalu Reza menyendokkan kuah sop ke dalam mulutnya. Dan belum lima detik Reza menyemburkan makanan di dalam mulutnya.

"Lo kenapa, Za?"tanya Rey yang baru turun tangga setelah dari kamar untuk ganti baju.

"Ini sop siapa yang bikin sih?"teriak Reza yang masih shock.

"Gue. Kenapa? Enak?"tanya Rey menahan tawa.

"Enak, matamu? Gila ini asin banget Rey! Lu pengin kawin ya? Bikin masakan asinnya nggak ketulungan"gerutu Reza meletakkan sendok dengan kasar.

"Lah salah sendiri PD banget main nyamber makanan orang. Udahlah sana makan di luar aja"ujar Rey.

"Iya sekalian gue juga ada syuting di Senayan"ujar Reza beranjak dari kursi

"Eh lo mau kemana? Dapur gue diberesin dulu"teriak Rey.

"Enak aja gue yang beresin. Fungsinya Mbok Nami di rumah lo buat apa"gerutu Reza berlalu pergi.

"Padahal lo yang berantakin dapur gue, Za"sarkas Rey.

*****

Malam sudah larut, Vane sibuk membaca novel di balkon kamarnya. Saking asiknya membaca novel, Vane tidak menyadari kedatangan Bima.

"Vanesaa"panggil Bima.

"Hei kak. Sorry nggak tahu kakak dateng"ujar Vane menutup novelnya.

Bima duduk lesehan di sebelah Vane. Sejenak Bima memandangi adik bungsunya ini. Vane adalah gadis yang mandiri, tegas, dan berprinsip. Sangat sulit untuk menggoyahkan pendiriannya.

"Van, kakak minta tolong boleh?"tanya Bima.

"Minta tolong apa dulu nih? Kalau kakak minta Vane buat berenang menyebrangi Selat Suramadu, Vane nggak bisa"ujar Vane dengan nada bercanda.

"Nggak mungkinlah. Kakak nggak mau adik kakak kulitnya gosong"ujar Bima.

"Idih sok perhatian. Pasti ada maunya nih"ujar Vane menatap curiga.

"Iyaa..."

"Jadi kakak mau minta tolong ke kamu untuk menyadap HP Rey"ujar Bima.

"Buat apa?"tanya Vane tak percaya.

Vane memang punya sedikit ilmu cyber. Bahkan lebih ahli dari Kak Satria. Tapi, Vane lebih memilih menyembunyikan hal itu.

"Kita perlu menyadap HP Rey untuk tahu komunikasi dia dengan papahnya"terang Bima.

"Kenapa nggak suruh Kak Satria pakai program Stingray Nex"kata Vane.

"Kalau ada kamu kenapa kita harus pakai program itu? Masalahnya kakak yakin Adam Millford memberi perlindungan kepada keluarganya. Jadi lebih aman kalau kamu menyadap langsung ke HP Rey"tukas Bima.

Vane hanya diam mendengar penjelasan kakaknya. Vane paham betul setiap kesulitan tugas seorang intel, tapi Vane cukup menghindari untuk menggunakan ilmu cyber. Dan lebih memilih Satria yang mengerjakannya.

"Vane bakal coba kak"ujar Vane.

"Masih inget cara nyadap kan?"ledek Bima memicingkan matanya.

"Kakak ngejek nih. Susah payah aku belajar cyber di Prancis selain sekolah chef masa lupa sih"ketus Vane.

"Banyak ilmu yang kamu pelajari tapi kamu lebih suka jadi chef. Kenapa?"tanya Bima.

"Kan buat kedok kak. Buktinya papah pura-pura kerja di instansi pemerintah aja buat menutupi identitas keluarga kita ya kan?"ujar Vane.

"Ya kan BIN juga instansi pemerintah, Van"ujar Bima terkekeh.

"Tapi kan yang orang paham instansi pemerintahnya itu kaya kantor dinas wali kota atau sejenisnya. Mereka nggak tahu aja papah kita intel"jawab Vane tak mau kalah.

Terpopuler

Comments

Reanza

Reanza

Aku baca sampai sini dulu ya Thor.. nanti aku mampir lagi..

Saling semangat ya..

Aku juga kasih vote walau sedikit

2020-06-03

0

kanih suaibah

kanih suaibah

kakak....aku baru mampir lagi. semangat kakak

2020-06-03

0

Mella Rara

Mella Rara

Haii thor..

Terimakasih sebelumnya, aku suka ceritanya walau baru baca sampai bab 5 ini..


Semangat thorr

2020-06-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!