Satu bulan setelah ulang tahun Nyonya Sarah tepatnya di bulan Januari.
Terhembus kabar, berakhirnya hubungan Rey dan Clara. Hal ini menimbulkan patah hati bagi fans keduanya yang berharap pasangan itu menikah. Antara Rey dan Clara tidak menjelaskan alasan berakhirnya hubungan mereka.
Banyak yang berasumsi alasan perpisahan mereka. Ada yang bilang orang ketiga, masalah restu keluarga, masalah kesibukan masing-masing. Semua hanya asumsi saja. Dan Rey nampak acuh dengan semua berita tentang hubungannya dan Clara.
Kini Rey menjalani hidupnya penuh ketenangan tanpa ada kerusuhan Clara di kehidupannya. Kebebasan inilah yang Rey impikan selama hampir setahun berpacaran dengan Clara.
*****
Tiga bulan kemudian, di bulan April yang menyenangkan.
Hari Jumat, adalah hari tersibuk bagi Vane karena hari ini Vane mendapat banyak pesanan menu dimana pelanggan ingin Vane yang memasaknya.
Vane sudah meminta libur besok sabtu, karena harus hadir di acara ulang tahun Satria. Bahkan, Satria meminta Vane membuatkan kue ulang tahun spesial.
Vane rasanya ingin berteriak karena sulit baginya untuk menikmati weekend bersama keluarganya. Apalagi dengan profesinya sebagai chef. Dimana restoran akan ramai di akhir pekan.
"Vanessa, Pak Aron memanggilmu untuk segera ke meeting room"bisik Chef Ronald mendekati Vane.
"Memang ada apa chef?"tanya Vane bingung.
Kayaknya pekerjaanku akhir-akhir ini oke kok, batin Vane.
"Sudahlah temui saja pria tua itu"ujar Chef Ronald menepuk punggung Vane.
Vane pun segera mencuci tangan dan bergegas meninggalkan dapur. Vane menaiki lift menuju lantai tiga dimana area kantor berada.
TOK...TOK...TOK
Vane membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam ruangan. Betapa terkejutnya Vane saat melihat sosok yang tak asing dan pernah Vane temui beberapa bulan lalu di restoran.
"Nah ini dia orangnya"sahut Aron menghamburkan lamunan Vane.
Vane pun menghampiri Pak Aron yang duduk sambil menatap Vane.
"Vane tentu kamu kenalkan dengan Reyvano Millford aktor terkenal Indonesia. Masih ingatkan saat pesta ulang tahun Nyonya Sarah beberapa bulan lalu "ujar Aron
Hei, pertanyaan bodoh macam apa itu? Siapa yang tidak kenal Rey. Aku tidak sepikun itu Tuan Aron, batin Vane.
"Selain aktor berbakat dia juga memiliki gelar pendidikan Bachelor of Business Management dari Columbia University"terang Aron membeberkan riwayat pendidikan Rey yang sudah jelas tertera di wikipedia.
"Rey..."sapa Rey berdiri dan mengulurkn tangan pada Vane.
"Vane..."balas Vane menerima uluran tangan Rey.
Astaga, bagaimana bisa tangannya selembut sutra. Padahal pekerjaan dia begitu keras bertarung dengan peralatan dapur, batin Rey.
Rey menatap Vane dengan dekat dan mengamati setiap inci penampilan Vane. Wanita dengan tinggi 168 cm, kulit putih bersih, memakai chef jacket yang dilipat lengannya sampai siku memperlihatkan otot tangannya.
Sangat menawan, puji Rey dalam hati.
"Dan ini Pak Indro manager Rey"ujar Aron menunjuk pria yang ada di sebelah Rey.
Dengan cepat Vane beralih menyalami Pak Indro dan tersenyum padanya.
Rey masih memperhatikan Vane, bahkan sekarang Rey terbius oleh senyuman chef cantik ini. Jantungnya bahkan berpacu dua kali lebih cepat. Rey bahkan tidak pernah segila ini saat masih berpacaran dengan mantan-mantannya yang juga wanita cantik.
Tapi pesona Vane berbeda. Sejak awal bertemu sikap Vane sangat cuek tapi ada sifat ramah. Membuat ada aura tersendiri yang dapat mengalihkan dunia Rey seketika.
"Bisa kita lanjut?"seru Aron saat dia sadar Rey terus memperhatikan Vane, dan sekarang Aron berhasil menghentikan tatapan Rey terhadap Vane.
Vane pun duduk di sebelah Aron, berhadapan dengan Rey. Sesekali Aron melirik laptop yang ada di hadapannya. Rey terus saja menatap wajah Vane. Bahkan sekarang Rey melirik jari tangan Vane. Mencari tahu status Vane. Tidak ada cincin yang melingkar di jari manisnya. Rey pun bersorak gembira dalam hati.
"Vane, kedatangan mereka kesini ingin memintamu menjadi guru masak bagi Rey karena Rey akan berperan dalam sebuah film dimana dia akan memerankan peran seorang chef"jelas Aron menatap Vane.
Perkataan Aron berhasil membuat Vane terkejut. Bahkan ekspresi datarnya berubah terlihat dari kernyitan di dahinya.
"Maaf Rey, tapi sebagai seorang chef saya memiliki tanggung jawab yang..."
"Jadi chef Vane menolak menjadi guru masak untuk Rey?"tegas Indro yang langsung menatap tajam Vane.
Dasar manager gila. Belum juga selesai ngomong udah main sambar aja. Nggak bisa santai dikit apa?, gerutu Vane dalam hati.
"Bukan begitu maksud Vane, Pak Indro..."ujar Aron menenangkan
"Pak Aron, kami datang kesini meminta secara khusus agar chef Vane mau mengajari Rey karena rekomendasi kolega bisnis Rey yang mengatakan kehebatan chef anda ini"sambung Indro.
Vane sudah mulai malas mendengar ocehan manager Pak Indro. Sementara Rey tak pernah bosan terus memandangi Vane yang diam dengan tatapan dingin.
Ayolah Rey kendalikan dirimu, gumam Rey.
"Jika Vane tidak bisa, saya bisa gantikan dengan chef lain yang tak kalah profesional dari Vane"ujar Aron.
"Saya hanya menginginkan chef Vane. Apa yang saya inginkan tidak pernah dibantah. Dan ini pertama kalinya saya mendapat penolakan. Sangat tidak profesional"sambar Rey menatap tajam Vane.
Seumur hidup Rey, semua permintaan dia selalu dikabulkan, apapun itu. Dan hari ini, Rey harus bekerja keras untuk membuat Vane setuju menjadi guru masaknya.
Kenapa dia seenaknya sendiri. Aku juga belum ngasih persetujuan, gumam Vane.
"Vane bagaimana?"tanya Aron memecahkan lamunan Vane.
Vane terkejut dan sempat tersetak saat Aron menyetuh bahunya. Vane menghela nafas panjang dan berusaha mengontrol emosinya.
Vane hanya memberi anggukan sebagai jawaban. Vane cukup malas bersuara karena sikap Rey yang sangat menyebalkan. Kalau saja ini bukan meeting, mungkin Vane sudah menghajar Rey.
"Bagus. Rey akan mulai syuting film itu pada awal bulan Juni. Jadi dua minggu cukup kan untuk membuat Rey bisa memasak?"tanya Indro
"What? Bahkan saya harus menempuh pendidikan selama dua tahun untuk profesi sebagai chef and how I make him good in cooking!"sahut Vane dengan tegas.
Sikap Vane cukup mengejutkan, karena ini pertama kalinya bagi Aron selaku bos melihat sikap tegas karyawannya. Dan ini pertama kalinya Rey menerima perlakuan tegas dari seorang wanita.
"Lalu berapa waktu yang anda butuhkan chef?"tanya Rey.
"Satu bulan, bagaimana? Kalau tidak mau silahkan cari chef yang lain"tegas Vane dengan nada mengancam.
Rey dan Indro saling memandang. Lagi-lagi sikap Vane diluar dugaan mereka.
"It's okay, no problem"jawab Rey enteng.
"Besok chef Vane datang ke kantor Rey untuk mengurus masalah bayaran dan mengatur jadwal kursus memasak dengan Rey. Agar jadwal kursus Rey tidak bentrok dengan jadwal syutingnya"ujar Indro.
"Jam berapa saya harus datang?"tanya Vane.
"Jam tiga sore"jawab Rey
"I can't"tegas Vane sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Why?"tanya Rey penasaran.
Oh Tuhan, aku nggak mungkin bilang kalau aku harus bikin kue ulang tahun buat Kak Satria, batin Vane.
"Saya ada urusan pribadi"jelas Vane.
Jawaban Vane berhasil membuat Rey penasaran. Urusan apa? Apa Vane akan bertemu dengan kekasihnya atau calon tunangannya?
"Baik, datanglah sebelum jam 11 siang. Saya akan berikan alamat kantor Rey"ujar Indro.
Setelah meeting selesai, Rey dan managernya pamit undur diri. Vane dan Aron mengantar mereka sampai pintu utama restoran. Rey membiarkan managernya berjalan bersama Aron, agar Rey bisa berjalan berdampingan dengan Vane.
"Kamu ada acara apa besok?"tanya Rey.
Seketika Vane terkejut saat Rey berbicara tidak menggunakan kata saya-anda dan sudah berganti menjadi aku-kamu.
"Aku harus membuat kue ulang tahun untuk kakakku"ujar Vane tanpa sadar dirinya memberi tahu urusan pribadinya.
Bahkan sekarang Vane menutup mulutnya karena sadar dirinya sudah keceplosan.
Rey tersenyum lega saat tahu alasan Vane. Baru saja Rey mau berbicara lagi mereka sudah sampai di depan lift. Pak Indro sudah menunggu Rey di dalam lift. Segera Rey menyusul Pak Indro masuk.
"Kami tunggu kedatanganmu"ujar Indro sebelum pintu lift tertutup.
Mereka pun hilang dari pandangan setelah pintu lift tertutup..
"Sikapmu tetap sama sejak dulu Vane. Selalu membuat orang tak berkutik"ujar Aron terkekeh.
"What is my mistake, Sir?"tanya Vane menatap datar Aron.
"Vous fascinez toujours les gens avec vous-même et vous parvenez toujours à les contrôler"kata Aron menggunakan bahasa Prancis.
*Kamu selalu membuat orang terpesona dengan dirimu dan kamu selalu berhasil mengendalikan mereka.
"Vous réagissez de manière excessive, monsieur"jawab Vane serengia tertawa.
*Anda berlebihan tuan.
Aron sudah mengenal Vane sejak Vane menempuh pendidikan profesi chefnya di Prancis. Bahkan, Vane sudah bekerja di Bottega Ristorante yang ada di Prancis sebelum ke Indonesia.
Setelah mendengar ocehan dari bosnya, Vane kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.
*****
Keesokan harinya, Vane datang ke alamat kantor Rey di kawasan perumahan elite di daerah menteng. Pukul 8 pagi Vane sudah sampai di tempat sesuai alamat yang diberikan Pak Indro.
Menelisik bangunan yang ada di depannya, itu lebih mirip sebuah rumah mewah memiliki empat lantai bergaya eropa dengan cat serba putih daripada sebuah kantor. Dengan halaman super luas dan ada beberapa bangunan lain di belakang bangunan utama. Dan hampir setengah bangunan utama itu berdinding kaca.
Vane memarkirkan Honda Jazznya di area parkir yang disediakan. Ada beberapa mobil mewah yang terparkir di depan rumah. Seperti Range Rover Sport, Porsche Cayman, dan BMW i8.
Ya ampun, berasa lagi dipameran otomotif kalau liat mobil mewah, batin Vane takjub.
Setelah puas mengamati mobil mewah, Vane beranjak masuk ke dalam bangunan itu. Disambutlah Vane oleh seorang perempuan yang berdiri dari kursi kerjanya saat Vane datang.
"Selamat pagi saya Sita sekertaris Pak Rey, ada yang bisa saya bantu?"tanya Sita ramah.
"Saya Chef Vane, datang kesini untuk bertemu Rey"jawab Vane.
Vane mengamati sekelilingnya, ini memang nampak seperti kantor karena ada meeting room, beberapa karyawan yang duduk di meja kerjanya, dan ada OB.
Tiba-tiba munculah Reza si aktor ftv dari dalam rumah melenggang dengan gagah memakai celana chinos dan kemeja lengan pendek.
"Za, lo liat Rey nggak?"tanya Sita.
Vane terkejut mendengar gaya bicara Sita yang tadinya sangat formal menjadi gaul ala anak Jakarta.
"Tadi gue liat di lantai dua, Sit"jawab Reza.
"Nih ada yang nyariin, namanya Chef Vane dia yang bakal ngajarin Rey masak buat persiapan film barunya"jelas Sita
"Kamu mau ketemu Rey? Ya udah aku anter ya"seru Reza menatap Vane.
Vane tersenyum lalu mengangguk. Lalu mengikuti langkah Reza menaiki tangga dan sampailah mereka di lantai dua. Di lantai dua hanya terlihat sebuah ruang makan dengan dapur dan ada beberapa kamar.
"Loh kok dia nggak ada sih? Tadi kayaknya di sini deh"ujar Reza bingung.
Vane hanya diam dan menatap Reza.
"Kayaknya di atas deh"ujar Reza.
"Di atas? Maksudnya?"tanya Vane buka suara.
"Jadi kamu nggak tahu? Selain jadi kantor Mill Films ini juga kediaman pribadi Rey. Untuk lantai tiga dan empat itu rumah Rey, kalau lantai satu itu kantor, dan lantai dua biasanya dipakai karyawan buat istirahat"jelas Reza.
Reza pun menaiki tangga lagi ke lantai tiga, dimana ada ruang keluarga, ruang makan dan dapur lagi serta taman. Vane terus saja di buat takjub dengan hunian mewah ini. Tak mendapati Rey di lantai tiga, Reza kembali mengajak Vane ke lantai empat.
Dan lantai empat sebagian beratap kaca memudahkan sinar matahari masuk ke dalam rumah. Ada kolam renang mewah, mini bar, dan beberapa kamar sepertinya.
Reza berjalan menuju salah satu kamar berpintu jati, dan membukanya. Terlihat sebuah kamar yang luas di dominasi warna putih dengan lantai nuansa kayu dengan kasur berukuran king size, dengan ruang ganti di dalamnya serta balkon yang cukup luas.
"Kayaknya Rey lagi mandi loh"ujar Reza saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
Vane bingung kenapa Reza mengajaknya ke kamar Rey. Tapi bagaimana lagi, Vane sudah terlanjur masuk. Vane pun memilih duduk di sofa, sementara Reza merebahkan tubuhnya di kasur sembari memainkan remote TV.
Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, dan keluarlah sosok pria yang memakai handuk yang hanya menutupi pinggang sampai lutut dan satu handuk lagi dia pakai untuk mengelap wajahnya.
"Rey ada yang nyariin lo tuh"ujar Reza santai.
Sementara Vane tak bisa santai sama sekali, karena Vane menyaksikan perut super sixpack milik Rey yang berhasil membuat Vane panas dingin.
Ya Tuhan, bagaimana ada makhluk seseksi itu?, gumam Vane.
"Siapa?"tanya Rey yang tak melihat keberadaan Vane karena wajahnya tertutupi handuk.
"Liat aja sendiri"ujar Reza dengan nada jahil.
Rey yang selesai mengusap wajahnya langsung melihat sosok Vane yang memakai blouse warna merah dengan kerah V duduk di sofa dengan mulut menganga.
"Reza!!!"teriak Rey dengan wajah penuh emosi.
Menyadari Rey marah, Vane langsung bangkit dari sofa. Reza malah tertawa dengan puas karena berhasil mengerjai Rey dengan membawa Vane masuk ke kamarnya.
"Saya tunggu di luar, permisi"ujar Vane pergi dengan wajah yang memerah.
"Za, lo sengaja yang bawa dia masuk ke kamar gue?"tanya Rey.
"Kalau iya kenapa? Gue kan nggak tahu kalau lo lagi mandi"jawab Reza tanpa dosa.
"Lo pikir orang kalau di kamar mandi ngapain? Nyangkul? Gila lo kalau jahil nggak gini juga"gerutu Rey melempar Reza dengan remote AC.
"Ya kan bisa aja lo udah pakai baju di dalam kamar mandi. Lagi pula junior lo nggak keliatan juga"goda Reza yang berhasil membuat mood Rey berantakan.
"Sumpah ya, lo emang keterlaluan. Gue nggak pernah bawa cewek masuk ke kamar gue"seru Rey.
"Jadi selama lo pacaran sama Clara, lo nggak pernah bawa di ke kamar gitu? Lo nggak pernah ngapa-ngapain gitu sama dia? Itu pacaran apa ternak ayam?"tanya Reza tertawa keras.
"Ngapain? Emangnya lo. Gue masih punya harga diri ya"ujar Rey.
"Tapi Rey, chef itu cantik ya. Kelewat cantik malah"puji Reza cengar-cengir.
"Jangan deketin Vane!"tegas Rey.
"Emang kenapa? Kayaknya dia jomblo dan gue juga jomblo. Jadi secara hukum gue punya kesempatan deketin dia. Dan lo mending urus si Clara mantan lo yang masih suka caper di depan media"balas Reza.
"Awas aja Za, kalau lo deketin Vane"ancam Rey dengan tatapan tajam.
Sementara Vane berjalan cepat turun dari lantai empat. Vane memilih duduk di sofa yang ada di lantai tiga. Nafas Vane memburu saat melihat tubuh Rey yang setengah telanjang.
"Astaga, bagaimana dia bisa seseksi itu? Dan kenapa juga aku menikmatinya"runtuk Vane.
Setelah 10 menit menunggu, akhirnya Rey turun dan menemui Vane. Rey keluar dengan penampilan casual dan memakai kacamata. Entah kenapa Rey semakin seksi dengan memakai kacamata. Rey menyuruh Vane untuk ke meeting room membahas jadwal kursus memasak dan fee untuknya.
Rey membiarkan Vane berjalan lebih dulu dan Rey mengikuti Vane di belakang. Dari jarak satu meter Rey bisa mencium aroma vanila milik parfum Vane. Bagaimana wangi parfum itu membius Rey dan Vane bisa kelihatan sangat menawan hanya dengan memakai blouse warna merah.
Sesampainya di meeting room, dengan di temani Sita, Rey mengatur jadwal kursus memasaknya. Vane memutuskan jadwal kursus hanya ada dua kali pertemuan dalam seminggu. Dan kursus memasak dilakukan pagi hari dimulai minggu depan sampai bulan Juni. Rey pun memberi fee cukup besar untuk Vane mengingat status Vane sebagai chef dengan gelar pendidikan internasional.
"Jadi aku akan kasih kamu basic memasak lalu aku akan ajari kamu cara membuat makanan Prancis yang mudah"ujar Vane.
"Ya tidak masalah. Asal aku terlihat cukup pantas tampil di film itu"balas Rey dengan tersenyum.
"Apa aku boleh ke toilet?"tanya Vane.
"Tentu, biar ku antar"jawab Rey.
Mereka berdua sama-sama beranjak dari kursi. Rey pun mengajak Vane ke lantai empat.
"Siapa nama kakakmu yang berulang tahun?"tanya Rey.
"Kak Satria"
"Umur berapa?"tanya Rey lagi.
"30 tahun"
"Itu toiletnya"kata Rey menunjuk pimtu toilet di sudut ruangan.
Vane pun berjalan menuju toilet. Sementara Rey masuk ke dalam kamarnya.
Seteah 10 menit di toilet, Vane pun keluar dan tidak mendapati Rey disana.
"Vane..."panggil Rey berjalan menghampiri Vane.
"Ini ada kado ulang tahun dariku untuk kakakmu. Anggap saja ini ucapan maaf dariku karena mengacaukan harimu yang akan menyiapkan kue ulang tahun untuk kakakmu"ujar Rey memberikan sebuah kotak berwarna biru.
"Kamu tidak perlu repot-repot Rey. Tapi terima kasih. Boleh aku membukanya?"ujar Vane yang dibalas anggukan oleh Rey.
Vane membuka kotak itu, dan isinya sebuah dasi kerja yang begitu keren dan sepertinya harganya cukup mahal. Dan ada sebuah kartu ucapan di dalamnya.
To : Kak Satria
Happy Birthday
Wish you all the best
From : Reyvano Diharjo Millford
"Kak Satria pasti akan senang mendapat hadiah darimu. Kalau begitu aku permisi. Ini sudah hampir siang"ujar Vane berpamitan.
Rey pun mengantarkan Vane sampai teras rumah. Dan sampai mobil Vane meninggalkan kediamannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ni Nyoman Rinti
keren
2021-02-07
0
Rabaniyasa
semangat terus thor...
2020-06-04
0
Jagiya
Semangat Up thor😍 Salam juga dari *Cinta masa kecilku* ❤️
2020-06-03
0