Enam bulan pernikahan, hanya pada awal pernikahan saja mereka tak pernah berselisih paham.
Selalu saja, Nando mempermasalahkan hal kecil. Dia sudah terbiasa mengucap kata maaf pada saat, Nia mulai menitikkan air mata.
Tapi kata maaf hanya sekejap saja, setelah itu dia mengulang kesalahan yang sama. Nia sudah bosan dengan segala Janji yang selalu di ucapkan oleh, Nando dengan alasan benar-benar akan berubah.
"Mas, aku izin besok pagi akan ke rumah orang tuaku. Kebetulan mamah tadi telpon, jika papah sedang sakit," tukas Nia kala sore hari duduk bersantai bersama Nando.
"Bukannya dua hari lalu kamu pulang ke rumah orang tuamu? lagi pula jika papahmu sakit itu sudah wajar, karena sudah berumur. Nggak perlu heboh seperti itu."
"Mas, kok kamu ngomongnya seperti itu? ini papah aku yang sakit, bukan orang lain. Bukannya setelah menikah, kamu sendiri pernah mengatakan jika kamu juga telah menganggap orang tuaku adalah orang tuamu juga. Lantas kenapa sekarang ku berubah kata?" Nia mendengus kesal.
"Itu kan dulu, pada saat aku belum menikahimu. Salah satu cara supaya aku bisa mendapat restu dari orang tuamu," Nando tersenyum sinis.
"Mas, kok bisa kamu dengan entengnya mengatakan seperti ini? jadi kamu tak mengizinkanku pulang untuk menjenguk papahku yang sedang sakit?" Nia bertanya kembali untuk memastikan.
"Apa perlu aku mengulang berkali-kali dari apa yang aku katakan barusan? pokoknya kamu tak boleh pergi kemana-mana! nanti kamu ketemuan dengan mantan pacarmu yang rumahnya seberang jalan rumahmu."
"Ya ampun, mas. Kenapa selalu saja kamu bersikap seperti ini? mana janji-janjimu yang mengatakan bahwa kamu akan merubah sikapmu yang pencemburu ini?" Nia menghela napas besar.
"Kamu tak usah mengalihkan pembicaraan, aku yakin niatmu itu bukan cuma ingin menjenguk papahmu, tapi juga ingin ketemuan dengan mantan pacarmu," terus saja Nando berprasangka buruk pada istrinya.
" Begini saja mas, kamu temani aku saja. Kita berdua bersama menjenguk papah, supaya kamu tak curiga dan cemburu lagi padaku."
Namun apa yang disarankan oleh Nia, tidak diterima oleh Nando.
"Enak saja, kamu memerintahku menemanimu menjenguk papahmu? bagiku waktu libur adalah waktu untukku mencari hiburan, karena selama seminggu aku pusing memikirkan urusan kantor," secara terang-terangan Nando menolak menemani Nia menjenguk papahnya.
"Kamu lebih mementingkan dirimu sendiri dengan akan menemui salah satu pacarmu, daripada kamu menemaniku menjenguk mertumu yang sedang sakit?" Nia hanya bisa menggelengkan kepala seraya menelan nafas panjang.
"Pokoknya nggak usah banyak ngomong, intinya aku tidak mengizinkanmu pergi! sekali kamu melangkah pergi dari rumah ini selamanya kamu tidak boleh kembali lagi!" Nando mengancam Nia.
"Baiklah kalau begitu, mas. Aku akan tetap akan pergi biarpun kamu mengancamku."
Nia melangkah ke kamarnya untuk mengemasi barang-barangnya.
"Jadi kamu pikir aku hanya sekedar mengancammu, aku berkata yang sebenarnya bukan hanya sekedar ancaman untukmu!"
Nia sama sekali tak memperdulikan apa yang dikatakan oleh Nando, dia terus aja memasukkan pakaiannya ke dalam koper miliknya.
"Nia, aku sedang berbicara denganmu, kenapa kamu sama sekali tak menghiraukan apa yang aku katakan?" Nando dengan gerak cepat mengambil kembali semua pakaian yang telah di tata Nia, di dalam kopernya. Dis mengacak-acaknya melempar semua pakaiannya ke seluruh penjuru kamar.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Cleo Tan
begitu amat si Nando!
2022-08-18
0