"Please deh, jangan kayak anak kecil Mika. Kita sudah sama-sama dewasa Mika." Tegasnya pada Mika.
"Iya, gue emang anak kecil. Kenapa ? apa ada masalah di diri lo?" ketus.
Leon menggeleng.
"Gak ada, tapi gue suka dengan gaya bicara lo Mika !" tertawa renyah.
Mika sebal jika sudah begini, berpuluh-puluh kali Leon selalu begini membuat moodnya mudah buruk, apalagi mendekati dirinya kedatangan tamu bulanan.
"Ya udah kalau gak ada " Mika ngegas.
"Eh, ko lo ngegas banget ke gue Mika ?"
"Lo duluan yang ngegas dari tadi Leon Kharel !" sambil berdecak pinggang.
"Lo duluan Mika Riana." Membalas dengan sama sambil berdecak pinggang.
"Lo duluan Leon Kharel," memelototiku matanya.
"Sudah ... sudah ..., kalian sama saja seperti anak kecil." Atom berusaha menengahi pertengkaran antara kedua anak-anaknya.
Semua sudah terjadi, setelah menikahkan mereka bukannya mereda hubungan pertengkarannya, justru bertambah hebat.
Mika dan Leon saling memunggungi.
Atom geleng-geleng.
Lagi pula ada-ada saja pengantin baru, bukannya romantis-romantisan gitu malah justru sebaliknya yang terjadi.
.
Mika menatap beberapa teman-teman perempuannya yang sedang sibuk berlatih dengan dirinya, berlatih untuk persiapan perpisahan sekolah yang akan mendatang.
Sudah bisa di bayangkan baju toga yang akan di kenakan beberapa hari lagi.
Leon pun juga sama, karena penataan antara siswa dan siswi di campur tapi sayang absen antara Mika dan Leon sangatlah berbeda.
"Mika."
"Hem, ada apa lo kemari?" masih dalam suasana kesal.
"Gak jadi!"
Leon mengurungkan niatnya untuk bertanya.
"Orang aneh." Memutar bola matanya.
Tangan Mika merasakan ada sesuatu yang menyentuhnya, siapa lagi jika bukan Leon yang kini berstatus suaminya.
"Gue sedih Mika, apa lo gak sadar?"
"Enggak!" enteng jawabnya.
Wajah Leon menjadi murung, apa segitu tidak pentingnya sekarang dirinya. Kenapa harga mahal cabai lebih mahal dari senyum dan perhatian Mika.
Kalau sudah berusaha tapi di abaikan, apa solusinya. Jadi orang bucin dan cari perhatian itu gak gampang, tapi orang bilang itu lebay dan mengada-ada.
Padahal enggak sebenarnya, justru cari perhatian itu gak gampang.
"Kapan sih lo bisa lihat gue lebih dari sahabat lo Mika ? gue selalu berharap dan berdoa agar lo bisa nerima gue yang apa adanya dan lo dengan senang hati nerima gue dengan ikhlas gitu." Curahan hati Leon menyayat relung terdalam Mika.
Ya, sekarang belum ada perasaan cinta dan hanya sayang pada sahabatnya. Tapi, kali ini curahan hati Leon yang paling dalam begitu menyayat. Apa ini nyata atau hanya obsesi lama Leon,mengingat Leon suka usil dan bercanda.
"Gak tau, yang gue tau lo orangnya suka bercanda jadi gue juga bingung bedain antara lo yang serius atau enggak," sedikit menggeserkan tubuhnya.
Leon menatap tubuh Mika yang sedikit menjauhinya.
Percakapan barusan hanya berbisik-bisik, jadi aman terkendali tanpa ada orang yang tau.
"Gue serius Mika Riana." Sedikit menggertakkan giginya sebab gemas dengan istrinya.
"Masa'?" tidak percaya.
Senyum mika mengembang begitu saja, pipi chubby dan imut menggoyahkan prinsip Leon yang sudah tertanam lama tapi tidak bisa di tahan lagi, sudah bertahun-tahun lamanya ia tahan semenjak tau apa itu perasaan yang harus di perjuangkan.
Cup
Sangking tidak tahannya, Leon mencium pipi Mika sekilas.
Mika terkejut, bibir basah merah itu menciumnya. Bibir yang bisa nya menggoda dengan candaan itu kini menyentuh pipinya yang mulus.
Oh ... my God.
"Mika"
"Mika"
Leon memanggil-manggil Mika tapi tidak ada reaksi, pasti terkejut bukan main.
'Kenapa bengong, apa jangan-jangan gue kecepetan kali ya bereaksi nya. Ta--pi, ya enggak lah. Udah halal lahir batin tinggal nunggu umur cukup lalu sah di mata negara juga.'
"Maaf Mika, maaf oke."
Mika menatap nanar Leon.
"Gak apa-apa,"
.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat hari ini hari kelulusan dan nila terbaik jatuh pada seorang siswa laki-laki yang ada di kelas sebelah sedangkan Mika juara ke 3 dari angkatan ke 109 SMAN 1.
Semua orang kagum dengan Mika, cantik saat menerima penghargaan. Sedangkan Leon juga bangga istrinya bisa sebegitu luar biasanya.
"Mika ... selamat ya." Atom memeluk putri semata wayangnya.
Mika terharu sampai meneteskan air matanya, tidak hanya Atom, Seno dan Leon suaminya juga begitu sangat terharu.
Acara berjalan sangat lancar.
"Mau makan dimana?" tanya Leon yang satu mobil dengan Mika dan Leon yang mengemudikan mobilnya.
"Mau di Chicken Cheese yang baru buka satu minggu itu !" menunjuk restoran.
Leon mengiyakan saja, selama dengan Mika ia tidak pernah meminta ini itu apalagi minta ke restoran.
Leon nyaman dengan Mika yang serba unik tidak seperti wanita pada umunya yang minta beli ini itu, Mika akan berpikir keras jika mau sesuatu yang harus ia inginkan.
"Baiklah, ayo." Mengulurkan tangannya pada Mika.
Sangat romantis dan penuh cinta.
Mereka tidak tau jika muda mudi yang mengunjungi restoran tersebut sepasang suami istri, yang mereka tau anak SMA yang masih seru-serunya pacaran atau cinta monyet.
Leon memesan makanan yang di sukai oleh Mika.
"Gue makan dulu ya, lapar banget nih." Mengusap-usap perutnya.
Leon tersenyum, padahal makanan nya datang secara bersamaan hanya saja pramusaji meletakkan makanan beberapa detik lebih dulu dari miliknya.
'Ha ... ha ... sungguh lucu kamu Mika.' Batinnya sambil mengetik beberapa tulisan pada seseorang.
Rencana memiliki Mika Riana seutuhnya masih berjalan, ia ingin lebih lagi dan lagi.
"Mika nanti kita mampir ya ke salah satu tempat di sebelah taman bunga."
"Boleh, mau ngapain lo ngajak gue ke sana ?"
Pasalnya baru ki ini Leon mengajak ke tempat, dimana orang-orang suka bertransaksi jual beli di tempat itu.
"Ada deh, kalau lo tau pasti lo bakalan marah ke gue Mika !" jawaban yang tidak di sukai Mika.
Merahasiakan sesuatu yang selalu membuatnya penasaran.
"Mau bikin ulah lagi, seperti kejadian waktu itu yang membuat kita berdua jadi begini?" tebakan Mika benar.
Wajah Leon berubah, ada kepanikan di mimik wajahnya.
"Tuhkan bener! buat apa sih lo langganan beli gituan. Jangan-jangan lo udah gak perjaka lagi, lo udah buka segel sana sini buat puasin has rat lo." Mika sebal.
Padahal dulu angan-angan nya ia dapat suami segelan tapi apa daya yang ada di hadapannya sudah menjajakan diri.
"Eh, kenapa lo menyimpulkan gue seperti itu Mika," sedikit gak terima Mika berpendapat begitu.
"Lagian gue harus menyimpulkan apa ke lo Leon, kalau masih sring sih gak bakalan neko-neko. Pasti akan menjaga has rat nya buat orang yang paling penting dalam hidupnya dan hatinya." Mika mengambil kesimpulan.
Jaman sekarang tidak mudah mendapatkan apa yang di harapkan, tapi apa salahnya jika berharap. Toh, gak ada larangan buat milih yang masih bersih.
Tapi lain cerita jika terjadi kecelakaan yang tidak pernah di harapkan datang.
.
Sedih di posisi ini, tapi ... takdir sudah berjalan.
Mika masih menunggu jawaban yang meyakinkan hati dan pikirannya agar mereka saling beradaptasi dan menerima keadaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nurul Hoiria
jangan lama2 up nya thor
2022-07-20
1