Leon menggeleng.
"SEJAK KAPAN?"
Amarah Atom masih meledak-ledak.
"Baru kali ini ayah, sumpah Leon gak pernah ngapa-ngapain Mika ayah. Aku mohon percayalah pada ku ayah, Leon gak pernah menyentuh mika sama sekali ayah. Bahkan berpegangan tangan saja Leon terpaksa ayah jika bukan karena Mika yang menarik tangan Leon,' jelasnya percuma.
Perkataan Leon seperti balon warna-warni, indah warnanya tapi isinya angin saja gak lebih dari itu.
"Penipu, laki-laki seperti ini kenapa bisa aku dulu memilih mu untuk ku jadikan menantu masa depan." Cicit nya lirih.
'Ya, gue memang penipu ayah. Akan gue ulang lagi dan lagi sampai Mika mau sama gue ayah, meskipun Mika akan benci banget sama gue'
Atom menepis tangan Leon yang memohon dengan menggenggam tangannya.
BUGH
Rasa kesal,kecewa.
"Pukul lagi ayah." Leon sampai memohon-mohon untuk di pukul lagi.
'Tidak apa-apa gue kena pukul, asalkan putrinya jadi milik gue. Akan aku luluh kan kamu ayah dan mika dengan cara gue sendiri,' Leon bersumpah untuk dirinya sendiri.
Atom kecewa pada Leon.
Sambil menggeleng dan menunjuk-nunjuk Leon penuh dengan kekecewaan, baru kali ini rasanya terluka luar biasa.
Dirinya menimbang-nimbang untuk menjadikan Leon menantunya.
Harga diri putrinya terhina dan terinjak-injak oleh laki-laki tampan dan mempesona yang sedang bersimpuh di bawah kakinya dengan wajah babak belur.
Seno mendengar suara kegaduhan dari rumah atom, penasaran ada apa dengan duda tua itu.
"Hey ... ada apa ini?" Seno menatap Leon dan Atom bergantian.
Kedua orang yang selalu kompak ini ada apa, kenapa putranya bersujud di bawah kaki Atom.
Apa haknya coba, bukan ayah kandung atau mertua sah nya.
"Leon bangun." Berusaha membangunkan Leon dari sujud nya di bawah kaki Atom.
"Atom jelaskan." Ada amarah di mata Seno.
Ya jelas marah, putranya sampai bersimpuh dan memohon-mohon pada Atom sahabat baiknya dari kecil juga.
"Tanyakan saja pada putra tercinta mu yang selalu kamu bangga-banggakan, memiliki sopan santun luar bisa dan bisa di percaya " Menunjuk-nunjuk wajah Leon.
Leon tertunduk, wajahnya sudah ma ti rasa.
Seno menatap putranya, ada apa ini kenapa Atom murka bahkan menunjuk-nunjuk putranya dengan penuh amarah.
"Ada apa? jawab Leon."
"Leon ... Leon ..." lidahnya keluh.
Atom menyahut.
"Dia memberikan obat perang sang pada putriku, putri yang aku sayangi dan aku cintai. Aku salah memilih calon menantu, aku kira dia bakalan menjaga dan menghormati putriku, tapi ... nyatanya." Atom menggeleng tidak percaya.
Seno terkejut
PLAK
"Anak tidak tau sopan santun dan hanya mementingkan naf su, apa papa pernah mengajarimu untuk menjadi laki-laki be jat Leon. Jawab papa ?"
Leon menggeleng.
"Jika sudah tau dan paham, kenapa kamu melakukannya Leon?"
Leon benar-benar di cuci oleh Seno dan Atom secara bergantian.
"Leon cinta Mika dan Leon mau Mika jadi milik Leon, Leon tidak rela Mika di miliki laki-laki lain di luaran sana pa!" jawabnya mengungkapkan isi hatinya.
Seno menjewer telinga Leon sampai Leon berjinjit.
"Sakit pa, lepaskan." Merintih kesakitan.
"Begini saja sudah sakit, tadi papa pukul dan tampar tidak sakit," menambah volume jeweran di telinga Leon.
Leon sampai meminta-minta di lepaskan, tapi bukan seno namanya kalau tidak membuat Leon jera.
"Kali ini tidak bisa di maafkan, kalian harus menikah. Atom mana Mika, ayo diskusi kan ini semua secepatnya. Bila perlu detik ini juga harus ada keputusan." Titah Seno pada Atom.
"Dasar besan ngebet," Atom menaiki anak tangga dengan menggerutu.
Tok
Tok
"Mika." Atom memanggil nama putrinya.
Mika baru saja membasuh wajahnya, ia barusan mencuci wajahnya agar terlihat lebih fresh sebab tadi ia menangis. Lebih tepatnya menguapkan emosinya secara mandiri, tidak ada siapa-siapa yang mendengarnya.
"Ada apa ayah ?" membuka pintu.
"Turunlah kebawah nak, ada sesuatu yang penting dan harus di putuskan hari ini!" jawaban Atom membuat Mika bingung dan panik.
Sepertinya firasatnya sedari tadi benar, jika setelah kejadian tadi akan ada perubahan dalam hidupnya.
'Firasat gue gak enak banget, apa Leon bangsat itu menyusun rencana baru setelah sukses membuat ulah tadi. Gue bakalan kecewa berat pada lo Leon kalau sampai ada apa-apa dengan keadaan gue selanjutnya.' Mika mengepalkan tangannya di dalam saku celana oblongnya.
.
Mika menundukkan kepalanya.
Sedangkan Leon sedari tadi tersenyum-senyum.
Pada akhirnya final keputusan adalah menikahkan mereka berdua.
"Lagian umur kalian sudah cukup, tinggal sidang atau menunggu tahun saja. Tinggal beberapa bulan lagi umur kalian genap sembilan belas tahun untuk kamu Leon dan Mika sudah genap." Seno secara blak-blakan berbicara tentang pernikahan dan juga umur.
Atom setuju, setelah di pertimbangkan ada benarnya Seno menikahkan mereka.
Tidak apa-apa secara agama yang penting setelah umur genap harus resmi dan di akui oleh negara.
Tapi atom tetap membuat persyaratan tidak ada kata perpisahan di antara keduanya, jika terjadi maka harus ada anak sebelum perpisahan.
Fungsinya untuk apa, agar mereka berpikir berulang-ulang kali jika ingin berpisah bagaimana dengan anak.
Selain itu, hubungan setelah menikah harus di dasari saling mengerti satu sama lain dan meredakan egois dan emosi masing-masing pihak.
Permintaan simpel, tapi sulit di laksanakan.
.
"Saya terima nikahnya Mika Riana binti Atom dengan maskawin yang tersebut, tunai." Ucap Leon Kharel.
Selesai sudah masa lajangnya, kini berganti status menjadi istri dari Leon Kharel. Putra pewaris yang sedang di incar para gadis-gadis muda kaya dan ternama.
.
"Kenapa gue harus jadi bini lo sih Leon Kharel, gue gak mau dan gak bisa." Terisak tangis saat berada di dalam kamar Leon sahabatnya.
"Lah kenapa, bukannya tambah senang persahabatan kita bertambah erat dengan adanya tali pernikahan sah kita berdua," menenangkan Mika dengan mengusap punggungnya.
Ia raih dan peluk istri, sahabat yang sudah lama ia inginkan. Tapi belum ada keberanian untuk mengungkapkan perasaan terdalamnya.
"Lo seneng, sedangkan gue enggak. Gue gimana? gue mau mengejar banyak impian gue Leon. Sialnya malah gue jadi istri lo, lo pikir gue seneng apa?"
Mika mengusap ingusnya di lengan Leon.
Kesal dengan sahabatnya.
"Coba deh, jangan lo lo muluk dari tadi. Pening nih telinga gue,"
"Lo aja pakai kata-kata gue, kenapa gue gak boleh panggil lo dengan sebutan lo."
Pernikahan yang tidak ada dasarnya membuat Mika jengkel setengah mati.
Gimana gak kesel coba.
"Ya gak boleh lah, setidaknya pakai bahasa yang enak gitu. Aku kamu," santai dengan menghisap rokok di dekat jendela.
"Ogah,lagian kita baru nikah secara agama belum negara." Melipat tangannya.
"Mika, bisa enggak sih nerima keadaan ?"
"Enggak!" jawab Mika enteng.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments