"Keluar yuk." Ajak Leon pada Mika.
"Kemana sih, lo mendingan keluar dulu deh dari kamar gue," mengusir Leon dengan isyarat tangan.
"Lah kenapa, bukannya sudah biasa kita begini."
"Tapi enggak untuk sekarang, lo keluar atau gue usir secara tidak hormat," ancamnya sambil menunjuk-nunjuk wajah Leon.
Leon perlahan mundur.
"Oke ... oke ... gue keluar dulu. Dandan yang cantik oke." Mengedipkan satu mata kanannya.
Mika begidik ngeri mendapatkan kedipan mata dari Leon.
'Andai saja ada kesempatan, aku ingin kamu jadi milikku seutuhnya Mika. Aku tidak terima dan cemburu saat kamu lebih mementingkan buku-buku yang tebal dan membuatku ingin menghabisinya,' batinnya geram dan cemburu sekali.
Atom menatap Leon dari atas sampai bawah, begitu juga dengan Seno.
"Gak mau di ajak keluar?" Atom menanyai Leon calon mantu dan cita-cita nya sejak Leon kecil.
Leon menggeleng.
"Lah terus kenapa? muka kusut di tambah bibir jontor. Baru di ci pok tembok apa?" goda Seno ke putranya.
"Iya" ketus berlalu pergi.
Keluar dari rumah Mika sambil menatap bunga-bunga yang cantik, seperti pemilik nya. Leon berpikir baik-baik kali ini, ia harus sedikit tambah berani dari sebelumnya. Jika tidak Mika akan cepat jatuh hati ke pria lain, di tambah lagi Mika Riana sangat cantik dan pintar. Tidak hanya itu, baktinya pada ayahnya begitu sangat luar biasa.
Ide bermunculan di kepala Leon. Satu-satunya cara hanya dengan itu, ia genggam plastik ukuran kecil dari kantong sakunya lalu ia masukkan kembali. Mika sudah bersiap-siap, bahkan kaca mata yang tadi bertengger di hidungnya sudah terlepas dan ia letakkan di dekat buku tebalnya.
Bukan buku pelajaran, melainkan sejarah dan terselip beberapa novel. Saat turun dari lantai 2 Mika mengenakan baju yang sangat no ... no ... untuk di lihat, bahkan tidak pantas untuk berkencan. Celana longgar, baju lengan pendek dan di tangannya ada jaket lamanya.
Untuk ukuran anak muda seperti Mika sangat kuno dan ketinggalan jaman, tapi untuk Mika yes ... yes ... saja lagian bukannya jalan sama pacar melainkan sahabat bangsat nya
Oh ... malam Minggu yang suram.
Semua pada patah hati, di pikirnya Mika akan berdandan cantik bak seorang model papan atas yang seluruh tubuhnya berpakaian rapi.
"Mika." Semua terkejut bahkan mbok Asih juga.
Semua kompak menepuk jidatnya.
"Ada apa sih, ada yang aneh?" santai, cuek.
Mika berjalan melewati Leon yang termangu di tempat. Leon berdiri di teras namun bayangan Mika terlihat jelas dari pintu.
"Eh ... tunggu Mika." Berlari mengejar Mika.
Tidak ada mobil hanya ada sepeda motor.
"Naik ini?"
"Iya, lo gak mau."
"Mana helm nya?" Mika menanyakan helm.
"Pakai helm lo aja deh, kalau gue balik ke rumah lumayan menyita waktu. Bisakan?" Leon tidak enak sekali perkataannya.
Biasanya jika begini pasti ada apa-apanya ini, serius. Mika berjalan dengan menggerutu. Rumah jaraknya satu jengkal aja di bilang menyita waktu, apalagi beda pulau dan negara.
"Terserah deh!" Mika kembali masuk ke dalam rumah.
Seno dan Atom menatap bergantian.
"Kenapa manyun, anak kamu buat macem-macem ke gadis kesayangan aku?"
"Seperti iya, kamu tenang saja oke. Aku akan beri dia hukuman nanti!" Seno meyakinkan Atom.
"Halah ... mulut kamu itu harimau, gak bisa di percaya apalagi di prediksi. Dulu katanya gak mau punya mantu cewek yang gak jago dandan walau pinter, tapi sekarang kenapa ngejar-ngejar anak gadis aku yang cantik jelita tanpa makeup tebal?" berdiri sambil berdecak pinggang.
"Kamu meragukan aku Atom?" malah membalas dengan berdecak pinggang dan juga melototkan matanya.
"Berani kamu, jangan harap kamu bisa menginjakkan kaki lagi di rumah ini." Atom mencengkram kuat kedua pundak Seno.
Adu otot pun terjadi.
Mika yang baru turun dari kamarnya dan mengambil helm pun di buat tertawa terbahak-bahak dengan tingkah aneh dan konyol para orang tua.
"AA ... HA ... HA ..., apa yang sedang kalian lakukan ayah ... om seno?" sambil mengenakan helm nya.
Dengan kompak Atom dan Seno menggeleng.
"???"
'Nih para orang tua kenapa sih, selalu bersikap aneh dan bikin geleng-geleng kepala.' menatap penuh selidik.
Mika keluar dan sudah mengenakan helm nya. Helm berwarna merah maroon sangat pas dengan wajah Mika yang bulat dan imut. Leon terpesona seperti hari biasanya.
"Waw ..."
Mika memutar matanya.
"Ada apa? mau menghina atau bagaimana."
Leon tersenyum
"Sebenarnya gue mau muji lo sih Mika, tapi gak jadi. Lo nya ketus dulu sebelum gue puji," menyalakan motor.
"Gak usah basa-basi deh Leon, basi tau." Mika naik ke motor Leon.
Para orang tua kompak lagi, mereka menepuk tangan.
Prok
"Seperti kita akan punya cucu."
"Aku gak setuju kalau sekarang, Mika harus kuliah dengan benar dan punya pekerjaan dari hasil kerja kerasnya. Bukan dari harta warisan," Atom lagi-lagi berhasil membuat Seno marah.
"Dasar sahabat jahat. Siapa yang pakai harta warisan." elak Seno.
"Ya kamu lah Seno, masa aku yang gunain harta warisan keluarga kamu Noo," Atom senang sekali membuat sahabat baiknya itu marah-marah.
Tiada hari tanpa candaan, bagaikan masak kurang garam.
.
Saat mengemudi motornya, sebaik mungkin Leon menyempatkan mencuri-curi tangan Mika agar gadis itu mau memeluk pinggang nya.
Cit
Secara otomatis tubuh Mika terdorong ke depan dan berhimpitan dengan punggung leon.
'Uh ... mantap.' Dalam hati leon.
Sedangkan Mika segera mundur. Meski sahabat, tapi perbedaan jenis kelamin, sebisa mungkin Mika menjaga jaraknya. Siapa tau lain cerita nanti. Sedari tadi di rumah Mika merasakan ada sesuatu yang aneh, entah apa yang sedang di sembunyikan oleh leon. Apa jangan-jangan Leon ada maksud terselubung di balik acaranya kali ini. Sesampainya di parkiran sepeda motor Leon dengan sigap membantu Mika melepaskan helm nya.
"Terimakasih." Mika tumben mengucap terimakasih.
"???"
Menatap Mika dengan tatapan aneh.
"Ada apa?" Mika mengangkat kedua alisnya. "Kenapa ngelihatin gue kayak gitu, lo ada masalah ke gue Leon?"
"Gak ada, tumben bilang makasih!" berjalan di samping Mika.
"Lagi males debat dengan lo Leon, makanya gue bilang makasih barusan." Berjalan cepat.
Leon mengimbangi langkah kakinya. Saat masuk ke sebuah taman. Leon dan Mika berjalan beriringan. Leon mencari-cari kesempatan untuk mendekap erat telapak tangan Mika, tapi tidak berhasil. Jika pun berhasil pasti Mika duluan, itu pun dalam suasana genting atau Mika ingin mengajaknya ke suatu tempat. Tapi usahanya terus ia perjuangkan, demi Mika Riana ia akan selalu berjuang tidak ada yang lain lagi.
"Hey ... kesana yuk." Meraih tangan Leon.
Sekilas mereka seperti pasangan kekasih, hanya sekilas bukan kenyataan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Qeisha A.F Ladyjane
lanjut atuhhh thorr
2022-07-04
2
Qeisha A.F Ladyjane
wahhh niat banget nih
2022-07-04
2