Mika menatap satu bungkus plastik kecil, ada serbuk di dalamnya.
"Untuk apa ini?" tanya Mika dengan tatapan horor pada Leon.
"Obat perang sang !" jawabnya enteng.
"WHAT. Gak salah dengar nih aku, obat perang sang. Gila ya kamu." Mika menunjuk-nunjuk wajah Leon.
"AA ... HA ... HA ..., siapa yang gila. Gue masih waras kali, ini gue kasih ke lo. Supaya apa coba?" dengan tatapan yang penuh arti.
Menelisipkan sesuatu ke dalam saku jaket Mika, tanpa Mika sadari.
"Apa coba !" wajah Mika menengadah menatap sahabat yang rada-rada gila dengan malas.
"Biar lo makin bergairah di hadapan gue."
Plak
"DASAR SAHABAT BANGSAT," Mika yang kesal berlalu pergi meninggalkan Leon yang masih tersenyum melihat sahabatnya berlalu.
"Hey tunggu Mika, jangan tinggalin gue Mika." Leon mengejar Mika.
Mika yang takut dengan sikap Leon bejalan secara cepat. Saat di parkiran pikiran Mika sedikit ada sesuatu yang harus segera di tindak. Mika menatap Leon penuh curiga tapi ia tepis, selama baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
"Kamu kenapa sih, Mika ?" Leon menatap Mika dari spion motornya.
Ia selalu menempatkan pantulan bayangan Mika tidak jauh dari dirinya meski ia berada di belakang kemudinya.
"Tidak ada apa-apa Leon, kita mau kemana sih. Lo jangan aneh-aneh deh, badan gue gak enak nih." Jelasnya.
Leon memang melihat wajah hawatir Mika, tapi tanggung perjalanan sudah setengah jalan lebih.
'Gue harus memperjelas hubungan ini, gue gak mau cuma jadi sahabat nya sampa ma ti. Gue mau nya seumur hidup dengan nya meski harus dengan cara yang paling tidak di sukai oleh Mika. Gue terpaksa, demi masa depan.' Leon menatap Mika dari spion motornya dengan penuh tatapan dan kehausan.
Puk
Leon terkejut saat Mika menepuk bahunya.
"Eh, Mika ada apa sih lo tiba-tiba mukul pundak gue?" seperti orang yang tanpa dosa, lagian gak ngelakuin apa-apa.
"Gue mau pulang!"
"Lah kenapa, nanggung nih sudah mau sampai."
Leon tetap bersih keras untuk mengajak Mika ke tempat yang mika tidak suka, lebih tepatnya Mika ketakutan dalam hati. Takut di apa-apakan olehnya, walau bagaimanapun mereka berbeda jenis kelamin.
"Gue mau pulang, apa mata lo buta sekarang. Apa lo gak lihat badan gue mau pingsan," omelnya sambil mencubit pinggang Leon.
"Aduh, iya ... iya ... kita pulang."
Terpaksa putar arah dan kembali ke rumah, Leon merutuki diri dan begitu marah pada Mika. Rencana hampir berhasil tapi justru gagal saat sudah ada di depan mata.
'Tenang Leon, tenang. Ambil nafas ... hembuskan, kalau sekarang gak berhasil masih ada hari selanjutnya. Kali ini lepaskan saja dulu, tidak untuk besok-besok.'
Sesampainya di depan rumah Mika.
Atom yang mendengar suara motor Leon langsung keluar dari kamarnya dan menatap anak-anak dan apa yang sedang mereka lakukan, selama ini masih aman tapi dalam hati Atom merasakan keresahan. Leon selalu menatap setiap gerak gerik sahabat nya, bukan tatapan sahabat. Tapi, lebih dari sahabat yang bisa di katakan naf su sahabat.
"Mika, kamu baru pulang nak?" atom memeriksa suhu badan Mika.
"Iya ayah!" jawabnya lesu.
Mika tidak sadar sama sekali jika di dalam kantong jaketnya terdapat serbuk putih. Dan serbuk itu pemberian dari Leon, Leon sendiri juga tidak tau jika aksinya tadi akan merubah semua yang ada.
Puk
Benda kecil itu jatuh dari kantong jaket yang Mika kenakan. Atom menatap benda yang baru saja jatuh dari jaket putrinya.
"Mika, itu apa nak?" pertanyaan Atom membuat Mika menatap ke arah mana sang ayah menunjuk benda putih.
Deg
'Benda itu, kenapa bisa ada di situ. Sejak kapan.'
Mika mulai hawatir dan ketakutan. Ia menggigit bibir bawahnya, kalau ayahnya tau bagaimana kehidupan selanjutnya. Leon yang berdiri tidak jauh dari pintu terkejut .
'Ma ti gue, gimana ini?' panik bukan main.
Mika mengambil bungkusan itu.
"Bukan apa-apa ayah, ini gula pasir dari kue yang mika beli di jalan dengan Leon tadi. Benarkah leon?" menatap getir dan mengisyaratkan agar Leon mengiyakan barang itu.
Leon tersenyum kecut.
"E ... he ... he ... iya ayah mertua!" jawabnya gaguk.
Atom tidak percaya, memang iya beberapa jajanan kue ada yang menggunakan gula bubuk sebagai topingnya. Tapi benda yang baru saja di ambil putrinya tidak seperti serbuk gula pasir yang di haluskan.
"Sini, buat ayah aja. Kebetulan gula di dapur habis." Meminta pada putrinya.
Mika berkelit.
"Jangan ayah, Mika juga mau bikin teh hangat. Benarkah Leon,"
Leon mengangguk.
Kali ini selamat.
Huuft...
"Ya sudah, sana bikin teh sana. Ayah mau ke warung sebentar." Atom berlalu pergi.
Detak jantung Mika dan Leon berangsur-angsur normal kembali, barusan pertanyaan Atom membuat keduanya panik tapi di tutupi dengan alasan-alasan.
"Hati-hati ayah " Lirih Mika.
Mika bergegas tapi pergelangan tangannya lagi-lagi di cekal oleh Leon.
"Mika, tunggu."
Mika menepisnya.
"KAMU GILA YA LEON, LO MAU MEM BUNU H GUE LEON." Teriak Mika tepat di depan wajah Leon.
"Sumpah enggak Mika, gue gak ada maksud apa-apa mika. Gue hanya bercanda tadi, gue juga gak nyangka benda itu malah jatuh di bawah lo dari jaket lo,'' Leon bersumpah-sumpah.
"Gue kecewa dengan lo Leon, gue gak pernah nyangka lo bakalan begini ke gue." Menggeleng keras.
Mika berlari ke kamarnya.
Leon mengejar Mika sampai ke kamarnya.
BRAGH
Mika mengunci kamarnya.
Tok
Tok
Tok
Ketukan pintu terus menggema.
"Mika, maafin gue Mika. Gue benar-benar gak bermaksud memasukkan obat perang sang itu ke saku jaket lo Mika, gue minta maaf Mika."
Sambil menyandarkan kepalanya di pintu.
Sedangkan Atom yang berada di anak tangga ternganga, tidak pernah menyangka. Laki-laki yang ia percayakan untuk menjaga putrinya akan seperti ini. Benarkah laki-laki yang selalu ia bangga-banggakan untuk menjadi menantunya kini, seperti ini kelakuannya.
Atom berlari dan langsung menarik baju Leon dan
BUGH
BUGH
"Laki-laki yang baik itu akan memperlakukan wanita dengan baik, bukan justru memberikan sesuatu yang akan di sesali kemudian hari."
BUGH
Leon pasrah mendapatkan bogeman dari Atom, pantas laki-laki begini mendapatkan pukulan.
"Maaf."
"Sudah sejauh mana kamu melakukannya ?" mata merah atom menusuk ke relung hati Leon.
Tidak pernah Leon sekali saja mendapatkan tatapan seperti mau di bu nuh.
.
Sudah nulis 500 kata lebih, tiba-tiba ada pembaruan dan logout sendiri jadi sedih dan balikin mood untuk nulis lagi sulit sebab lupa.
Jarang up, sibuk kerja di dunia nyata dan jarang ada waktu buat ngetik.
Di luar pekerjaan selain momong anak ya.
Terimakasih yang masih mau singgah di karya emak, sayang kalian🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Qeisha A.F Ladyjane
yaaa nanggung
2022-07-12
1