setelah mengantarkan Zahra ke kampus Sintia melamun saat sopir menjalankan mobilnya dan menatap jalanan London, sudah tujuh tahun dia tinggal di sini dan selama tujuh tahun ini juga hidupnya berubah seratus persen. hidup yang Sintia alami terasa gelap tidak ada warna sama sekali yang dia rasakan bahkan tidak ada tawa yang keluar dari bibir.
"nona mau langsung pulang ke mansion atau pergi ke suatu tempat". tanya sopir yang di tugaskan Bagaskara untuk mengantar kemanapun Sintia pergi
”pergi ke klinik kecantikan dulu ya pak". jawab Sintia
"siap nona". jawab sopir itu
sopir tersebut melajukan mobilnya ke klinik kecantikan yang menjadi langganan nonanya. setelah sampai Sintia langsung masuk dan si sambut oleh pegawai
"ingin perawatan apa nona". tanya pegawai itu
"beri perawatan yang terbaik terutama saya ingin wajah saya terlihat fresh". jawab Sintia
"baiklah nona, mari ikut saya". ucap pegawai itu
Sintia mengikuti pegawai tersebut ke sebuah ruangan dan melakukan perawatan dari wajah sampai kaki, mereka yang melayani Sintia selalu memuji dan mengatakan bahwa Sintia adalah orang yang hebat bisa menjadi model bahkan memiliki paras yang cantik dan tubuh yang indah dan mereka juga mengatakan pria yang bisa menikah dengan Sintia pasti akan menjadi pria yang sangat beruntung sedangkan Sintia menanggapi itu dengan senyuman.
"nona apa di dunia model itu sangat menyenangkan".
"yang kamu lihat menyenangkan dan indah belum tentu seperti yang kamu lihat". jawab Sintia sambil memejamkan matanya saat pundaknya sedang di pijat
"maksudnya nona".
"tidak lupakan saja, di model itu jika kamu menyukainya pasti akan menyenangkan jika tidak pasti kamu akan merasa biasa saja atau menyebalkan". jawab Sintia
"apa aku juga bisa menjadi model yang jika memiliki paras dan tubuh seperti Sintia dan pasti akan banyak pria yang mendekati Sintia". monolog pegawai itu
tiga jam lamanya Sintia melakukan perawatan akhirnya selesai juga, Setelah melakukan perawatan Sintia memutuskan untuk pulang ke mansion.
ting
*Om Bagaskara*
jangan lupa pasang KB lagi satu Minggu lagi dan saya akan ke London dua Minggu lagi setelah pernikahan Alex
^^^*Anda*^^^
^^^iya om^^^
setelah membaca pesan itu Sintia menghela nafasnya dan memasukan kembali ponselnya ke dalam tas, saat sedang menatap ke arah jendela Sintia melihat pemandangan keluarga yang bahagia di mana terdapat ayah, ibu yang sedang hamil dan juga satu anak perempuan. Sintia terseyum saat melihat pria itu mengelus perut istrinya.
"keluarga yang Bahagia". monolog Sintia lalu memejamkan matanya dan langsung membukanya mata lagi
"sepertinya aku butuh istirahat, sudah dua hari ini aku selalu melihat seorang perempuan yang menatap ku dengan terseyum saat aku menutup mata". monolog Sintia sambil mengambil obat tidur
sudah hampir tiga tahun Sintia mengkonsumsi obat tidur ketika susah untuk tidur, apalagi tiba tiba dia mengingat masa lalunya yang terbanding terbaik dengan sekarang
"kenapa semua orang ingin hidup sepertiku padahal apa yang mereka lihat bukan seperti yang mereka lihat". monolog Sintia
mobil memasuki sebuah mansion yang sangat mewah di mansion ini Sintia mendapatkan fasilitas yang membuat mereka iri. setelah mobil berhenti Sintia langsung masuk ke mansion dan menuju kamarnya lalu mengistirahatkan tubuhnya di ranjang lalu menatap langit langit langit kamarnya. kamar inilah yang menjadi saksi dari kehidupan Sintia selama tujuh tahun ini yang dia jalani.
tok
tok
tok
"masuk". ucap Sintia
"non mau makan siang di ruang makan atau di bawa ke kamar". tanya pelayan
"saya makan di ruang makan saja bik". jawab Sintia
Sintia berjalan menuju ruang makan, di sana sudah terdapat berbagai macam makanan.
"bik temani saya makan". ucap Sintia
Sintia dan pelayan itu makan bersama, makanan Indonesia yang paling Sintia sukai , walaupun sudah tujuh tahun tinggal di London, Sintia hanya menyukai masakan Indonesia.
setelah selesai makan Sintia memainkan ponselnya, foto dirinya sudah menjadi tranding topik bahkan semua orang memuji Sintia yang sangat beruntung menjadi model dan ada yang mengatakan ingin menjadi Sintia.
sedangkan di Indonesia
"assalamualaikum ayah". ucap seorang anak berusia enam tahun sambil mencium tangan ayahnya itu
"waalaikumussalam anak ayah sudah pulang". ucap Ilham dan mengusap kepala putranya itu
"assalamualaikum ustadz Ilham". ucap salam seorang perempuan
"waalaikumussalam Ning ada". tanya ustadz Ilham
"nanti malam ustadz di suruh Abah untuk kumpulan musyawarah acara pondok". ucap Ninh Adiba
"baiklah Ning". jawab ustadz Ilham
"maaf ustadz ini saya tidak suruh masuk". tanya Ning Adiba
"maaf Ning tidak pantas seorang laki laki dan perempuan dalam satu ruangan". jawab ustadz Ilham
"tapikan ada Ari". ucap Ning Adiba
"maaf Ning bagaimanapun tidak bisa apalagi tidak ada istri saya di rumah". jawab ustadz Ilham
"kalau begitu saya pulang dulu ustadz assalamualaikum". ucap Ning Adiba
"waalaikumussalam". jawab ustadz Ilham
ustadz Ilham dan Ari memasuki rumah, ustad Ilham duduk di ruang tamu sedangkan Ari langsung masuk ke kamarnya.
"assalamualaikum mama". ucap Ari
"mama tau tadi bibi Adiba datang kemari". sambung Ari dan berbicara di depan foto mamanya
"Ari tidak mau punya mama seperti bibi Adiba". lalu Ari meletakan foto itu kembali ke atas nakas, Ari meletakan tasnya pada tempatnya dan juga sepatunya. Ari juga mengganti seragam sekolahnya walaupun masih berumur enam tahun Ari sudah mandiri.
"ayah ayo makan". ajak Ari saat sudah berada di ruang tamu
"Ari tidak suka ayah dekat dengan bibi Adiba". ucap Ari sambil mengkerutkan bibirnya setelah duduk di samping ayahnya. Ilham mencubit pelan bibir Anaknya itu
"jangan suka seperti itu Ari". ucap Ilham
"maaf ayah". ucap Ari sambil menunjukkan dua jarinya
Ilham dan Ari memakan makanan yang sudah di masak oleh ayahnya
"masakan ayah nomor satu". puji Ari saat makanan masih ada di dalam mulutnya
"jangan bicara saat mulut penuh dengan makanan". tegur Ilham sedangkan Ari hanya terseyum menunjukkan giginya.
setelah selesai makan sambil menunggu Dzuhur Ilham selalu mendampingi Ari yang sedang menghafalkan Al-Qur'an, Ilham juga membenarkan bacaan Ari yang masih salah. Ilham senang saat Ari maj menghafal Al-Qur'an tanpa dia suruh, walaupun Ari masih hafal dua juz yaitu juz tiga puluh dan juz satu. Ilham sedang menyimak hafalan Ari.
"Bagus Ari, ayah harap Ari bisa mempertahankan hafalan Ari sampai tua nanti dan setelah hafal Ari juga harus sering muraja'ah jangan sampai hafalan Ari hilang karena tidak di muraja'ah". nasehat Ilham
"siap ayah". ucap Ari sambil hormat
"anak ayah pintar". ucap Ilham sambil mengusap kepala anaknya itu.
Ari sehari hanya menghafal satu lembar Al+Qur'an dan itu Ari lakukan dengan senang, Ilham tidak pernah memberikan berapa target hafalan yang harus di hafal Ari perharinya karena Ilham ingin Ari menghafal sesuai keinginannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments