Benci Takdir

satu jam lamanya Sintia berada di bawah guyuran hujan hingga hujan itu berhenti, rasa dingin tidak Sintia rasakan. Sintia hanya merasakan beban hidup yang sangat berat dia merasa semua ini tidaklah adil untuknya. di umur dua puluh tahun harus mengalami hal seperti ini.

"apa yang kamu lakukan di sini". suara bariton seseorang membuat Sintia terkejut dan langsung mengangkat kepalanya

"om". lirih Sintia

"kenapa hujan hujan di sini". tanya Bagaskara dengan nada intimidasi

"sa saya hanya menenangkan diri om". jawab Sintia

"dengan hujan hujan". tanya Bagaskara lagi

"iya". jawab Sintia

"kamu ingin mati dan membuat saya rugi telah menembus mu dari madam Ela". Sintia hanya mengelengkan kepalanya

"JAWAB". bentak Bagaskara

"ti tidak om". jawab Sintia dengan gugup

tanpa aba aba Bagaskara menyeret Sintia ke dalam mobil dan menghempaskan Sintia begitu saja.

brakk

suara pintu mobil yang di tutup dengan kadar oleh Bagaskara membuat Sintia ketakutan.

"Jhon jalan". perintah Bagaskara dengan datar

Sintia duduk di samping Bagaskara dengan gugup, Sintia meremas tangannya untuk menghilangkan rasa takut dan gugup. lima belas menit mobil yang di kendarai sampai di apartemen. saat sampai di apartemen Bagaskara langsung menghempaskan Sintia di ranjang.

"ingat Sintia jika kamu coba coba untuk melakukan tindakan yang tidak aku sukai, akan aku kembalikan ke madam Ela dan di sana kamu akan melayani banyak pria". Bagaskara mencengkram rahang Sintia

"jangan om, jangan kembalikan Sintia di sana". mohon Sintia

"jika tidak ingin di kembalikan, jadilah wanita yang penurut, paham". tanya Bagaskara

"paham om". jawab Sintia

"acih". Sintia bersin bersin dan merasa mengigit, Bagaskara yang melihat hanya menghela nafasnya

"bersihkan dirimu dan tunggu sampai dokter datang untuk memeriksa mu". perintah Bagaskara

tanpa menunggu waktu lama Sintia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Bagaskara keluar dari kamar Sintia.

"bik nanti akan ada dokter yang datang untuk memeriksa Sintia dan buatkan sup untuk di makan".

"baik tuan". jawab pelayanan itu

setelah mengatakan itu Bagaskara meninggalkan apartement. Sintia berbaring di ranjang sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing dan hidungnya yang terasa gatal.

tok

tok

tok

"non ini bibi bersama dokter".

"masuk saja bik". jawab Sintia

ceklek

pelayan masuk bersama dokter, dokter itu mendekati Sintia dan terseyum, sebenarnya dokter itu merasa kasihan dengan apa yang terjadi kepada Sintia, umur Sintia sama dengan anaknya. dokter itu terkejut saat beberapa minggu yang lalu Bagaskara membawa seorang gadis untuk di pasang alat penunda kehamilan. rasa penasaran dokter itu membuatnya bertanya kepada Jhon, saat Jhon menceritakan apa yang di alami Sintia membuat iba, bagaimana jika yang berada di posisi itu adalah putrinya.

"Hay Sintia kita bertemu lagi". sapa dokter itu

"Hay juga dok". jawab Sintia

"saya periksa dulu ya".tanya dokter itu

"iya dok". jawab Sintia dengan terseyum

dokter itu dengan teliti memeriksa keadaan Sintia.

"hanya demam saja, saya akan resepkan obat agar cepat sembuh".

"terima kasih dok". jawab Sintia

setelah memeriksa keadaan Sintia, dokter itu pamit untuk pulang, setelah kepergian dokter, Sintia menyandarkan badannya di kepala ranjang dan mengambil sup yang sudah di siapkan oleh pelayan. Sintia memakan sup itu dengan diam.

"Takdir". Sintia terkekeh saat menyebut satu kata itu

"aku benci dengan takdir ini". sambung Sintia dengan memegang erat mangkok

pyar

Sintia melempar mangkok yang berisi sup itu, pelayanan yang mendengar suara pecahan langsung berlari ke kamar Sintia.

"hiks hiks". pelayan yang mendengar suara tangisan Sintia merasa iba dan mendekati Sintia

"non". panggil pelayan itu

"bik kenapa takdirku seperti ini". tanya Sintia

"sabar non mungkin akan ada hikmah di balik semua ini pasti non Sintia akan merasakan kebahagiaan nanti". pelayan itu berusaha menenangkan Sintia

"kapan bik hidup sudah hancur, bahkan sekarang hidupku hanya sebagai pemuas nafsu saja hiks hiks". bik mar membawa Sintia kedalam pelukannya untuk menenangkan Sintia.

"sekarang non Sintia tidur saja ya, sudah malam". Sintia hanya mengangguk dan menarik selimut sedangkan pelayan itu membersihkan pecahan mangkok tadi.

drt

drt

"hallo tuan". jawab pelayan itu

"bagaimana keadaannya". tanya Bagaskara di seberang telepon

"tadi dokter sudah memeriksanya hanya demam tuan".

"sedang apa dia". tanya Bagaskara

"non Sintia sudah tidur tuan". jawab Pelayan itu

"apa dia mengamuk lagi".

"iya tuan".

"bik masukkan barang barang dia ke dalam koper, besok saya akan membawanya ke London". perintah Bagaskara

"baik tuan".

Bagaskara mematikan sambungan teleponnya itu, Bagaskara sengaja membawa Sintia ke London agar wanita itu bisa menerima takdirnya, Bagaskara tidak ingin kehilangan Sintia karena dengan adanya Sintia dia tidak perlu menyewa ****** di luar sana yang telah tidur dengan banyak pria, jika Sintia bisa menerima takdirnya dengan begitu Sintia akan menjadi ****** pribadinya. jahat memang pemikirannya mau bagaimana lagi, penghianat yang di lakukan mendiang istrinya membuatnya gelap mata. Bagaskara langsung mengistirahatkan tubuhnya.

Sintia terbangun karena mendengar suara di dalam kamarnya, saat dia membuka matanya pemandangan pertama yang dia lihat adalah bik mar yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper.

"bik kenapa pakaianku di masukkan ke dalam koper". seketika rasa takut menyelimuti Sintia, dia takut jika Bagaskara mengembalikannya ke madam Ela.

"tuan menyuruh saya untuk membersihkan pakaian non". jawab bik sum

"apa om Bagaskara akan mengambalikan ku ke madam Ela". tanya Sintia dengan cemas

"bukan non, tuan akan membawa non ke London". jawab bik mar

"London". tanya Sintia sekali lagi

"iya non".

ting

*om Bagaskara*

bersiap siap lama, saya akan membawamu ke London

^^^*Sintia*^^^

^^^iya om^^^

setelah membalas pesan Bagaskara, Sintia membantu bik mar membereskan pakaiannya. setelah itu dia memasuki kamar mandi. Sintia telah siap menunggu Bagaskara di ruang tamu Karen lima belas menit yang lalu Bagaskara telah mengirim pesan agar dirinya sudah siap karena sopirnya akan menjemputnya

Ting tong

Sintia membuka pintu terlihat Jhon sudah berdiri di depan, Sintia mempersilahkan Jhon masuk untuk mengambil kopernya. Sintia mengikuti Jhon dari belakang. setalah semuanya sudah siap Jhon menjalankan mobilnya. Sintia melihat ke arah jalanan dan saat itu Sintia melihat Ilham bersama seorang perempuan yang bercadar akan memasuki restoran, Sintia melihat Ilham mengandeng tangan perempuan itu.

"pasti itu istrinya, dan ternyata istrinya jauh lebih baik , berpakaian tertutup bahkan yang terlihat hanya matanya saja, semoga kebahagiaan menyertai kalian berdua, aku sudah cukup senang saat Ilham melamarku wanita itu, mungkin hubunganku dengan Ilham hanya sampai di sana, takdir Ilham bersamamu mba". monolog Sintia.

Sintia sudah sampai bandara dan langsung menghampiri Bagaskara yang telah menunggunya. Bagaskara dan Sintia segera memasuki bandara dan menuju ke pesawat pribadi milik Bagaskara. setelah duduk di dalam pesawat Sintia mengikuti arahan dari pramugari. mulai hari ini Sintia akan mengikuti arus kehidupan akan seperti apa kehidupannya akan dia ikuti.

Terpopuler

Comments

Nur Aena

Nur Aena

lanjut Thor

buat Sintia bahagia

2022-07-03

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 56 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!