Satu Malam Menghancurkan Hidupku

flashback on

seorang gadis remaja berumur 20 tahun bekerja sebagai guru ngaji membuatnya sangat bahagia walaupun hanya mendapatkan bayaran yang kecil karena dia bisa membagikan ilmu yang dia dapat, rutinitas itu dia jalani setiap hari sehingga suatu saat sang kakak yang memiliki hutang membuat dia dan kakaknya di kejar kejar oleh rentenir dan yang membuat Sintia kecewa adalah sang kakak menjualnya di sebuah club malam.

"siapa kalian". tanya Sintia saat pulang dari masjid tiba tiba ada yang menghadang

"ternyata kamu cantik juga pasti punya harga yang mahal, bisa mengambilkan modal yang saya keluarkan untuk membelimu". seorang wanita berjalan memutari Sintia

"gimana cantikkan adikku". Mayang berbicara dari balik punggung seorang laki laki

"mba apa ini maksudnya". tanya Sintia dengan cemas

"tolong mba ya Sintia , rentenir itu akan memasukkan mba ke penjara jika mba tidak membayar hutang". mohon Mayang kepada sang adik

"tapi apa maksud harga jual harga jual". tanya Sintia yang belum paham

"kamukan masih perawan dan harga keperawanan sangat tinggi,jadi maaf mba menjualmu untuk membayar hutang". dunia Sintia seakan runtuh

"tidak aku tidak mau, itu dosa mba". tolak Sintia

Sintia berusaha kabur tetapi beberapa laki laki mengejarnya, dan saat tertangkap Sintia berusaha memberontak , Sintia yang sendirian kalah di bandingkan dengan lima pria yang memegangi tangannya dan wanita itu mendekati Sintia lalu membiusnya sehingga Sinta pingsan.

Sintia yang sudah tersadar membuka matanya dan melihat ke sekeliling merasa aneh ini bukan Kamarnya, dan Sintia melototkan matanya saat dia tidak mengunakan hijab dan juga hanya berpakaian tipis bahkan tidak menutupi tubuh dengan sempurna, Sintia langsung menutup tubuhnya dengan selimut

ceklek pintu di buka dan menampilkan seorang wanita dan pria dewasa sekitar berumur empat puluh tahun ke atas.

"tuan Bagaskara dia masih perawan bahkan masih berumur dua puluh tahun, masih segar dan pasti akan membuatnya anda merasa senang". madam Ela berbicara

"bagus aku ingin malam ini hasratku tersalurkan". jawab Bagaskara yang kecewa dengan fakta yang baru dia ketahui setelah Lima tahun istirnya meninggal.

madam Ela menghampiri Sintia dan mencengkeram rahang Sintia dan memasukan dua buah pil langsung menutup mulut Sintia sehingga membuat Sintia menelan pil itu dengan susah payah.

"saya sudah memberinya obat perangsang dan penunda kehamilan tuan, saya tau anda tidak ingin menggunakan pengaman saat merobek penghalangnya dan tenang saja dia tidak akan hamil jika tuan mengeluarkannya di dalam" madam Ela menjelaskan

"bagus madam aku bisa mengandalkan mu". puji Bagaskara

madam Ela dan Bagaskara yang melihat Sintia mulia kepanasan membuatnya tersenyum puas dan madam Ela meninggalkan ruangan itu. Bagaskara langsung menghampiri Sintia dan mengelus pundaknya Sintia yang merasa dingin langsung mengerang secara perlahan, Sintia merasakan sesuatu yang asing bahkan tubuhnya bereaksi saat tangan Bagaskara hanya menyentuh pundaknya.

"ada apa dengan ku kenapa tubuhku bereaksi seperti ini". monolog Sintia yang masih berusaha menepis tangan Bagaskara, Bagaskara yang menerima penolakan dari Sintia hanya melihat saja sampai obat itu bereaksi sehingga membuat Sintia hilang akal.

Bagaskara terseyum saat melihat Sintia yang sudah hilang akal tidak menolak sentuhan sentuhan yang diberikan oleh Bagaskara

"ada apa sayang". bisik Bagaskara

"panas om". rengek Sintia

"akan om bantu menyembuhkannya". senyum seringai muncul dari bibi Bagaskara dan menarik selimut Sintia tanpa berlama-lama Bagaskara membuang semua pakaiannya, lalu merobek pakaian tipis Sintia dan menarik kaki Sintia sehingga Bagaskara mengungkungnya.

sentuhan sentuhan yang di berikan Bagaskara membuat Sintia kelimpungan.

Sintia berusaha melepaskan dirinya dan penolakan yang di lakukan Sintia sukses membuat Bagaskara semakin bersemangat, beberapa menit bermain main dengan Sintia membuat Bagaskara langsung menyalurkan hasratnya

"hiks hiks". tangis Sintia pecah saat merasakan sakit yang Luar biasa di bagian bawah, siapapun yang mendengar Sintia menangis pasti akan merasakan kasihan, hancur sudah kehormatan yang dia jaga dan seharusnya kehormatan itu untuk suaminya nanti. Bagaskara tersenyum puas saat darah keluar dari aset Sintia

"jadi seperti ini rasanya bercinta dengan perawan dulu istriku sudah tidak suci ketika menikah denganku tapi berani berani dia menghianatiku dan aku baru tau saat dia sudah lima tahun meninggal sial” monolog Bagaskara sambil memandang Sintia yang terlihat berantakan di bawahnya

"Om lepas hiks". mohon Sintia dengan suara seraknya

"Om hentikan". mohon Sintia lagi

Bagaskara menulikan pendengarnya, karena malam ini dia yang sedang emosi tidak memperdulikan siapapun

"hiks hiks". rengek Sintia tapi Bagaskara tidak menghiraukannya.

setelah puas Bagaskara baru menghentikan permainannya dan Sintia hanya bisa menagis dengan apa yang terjadi pada dirinya dan Bagaskara meninggalkan Sintia begitu saja

"hiks hiks". tangis Sintia pecah dan meringkuk di ranjang itu dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya

pagi harinya Sintia histeris saat melihat keadaannya yang polos dan dia melihat bercak darah disprei hilang sudah kehormatan yang dia jaga selama ini, saat sedang menangis madam Ela datang dan membawakan salep tanpa banyak tanya madam mengolesi Salep itu di luka Sintia, dan Sintia hanya meringis menahan perihnya

"kamu sangat beruntung bisa tidur dengannya semalam banyak yang menawarkan diri mereka untuk bisa bersama tuan Bagaskara, tapi dia malah milihmu". madam Ela

"aku tidak menginginkan itu". ucap Sintia

"kamu juga beruntung karena tuan Bagaskara membelimu jadi kamu akan jadi simpan pribadinya dan tidak harus melayani banyak pria untuk mendapatkan uang". sambung madam Ela

"aku tidak mau seperti ini". jawab Sintia

"sudahlah terima saja takdirmu, lagian jika kamu seperti ini akan memilik banyak uang di bandingkan menjadi guru ngaji". madam Ela meletakan baju di dekatnya Sintia

"sebentar lagi ada orang yang akan menjemputmu jadi bersihkan dirimu". setelah mengatakan itu madam Ela meninggalkan Sintia.

Sintia berjalan ke kamar mandi dengan menahan nyeri di bagian bawahnya, sampai di dalam kamar mandi Sintia membiarkan tidak tubuhnya berada di bawah shower, air membahasi tubuhnya Sintia.

"hiks hiks hidupku sudah hancur". tangis Sinta pecah dan Sintia menggosok tubuhnya berharap bisa kembali lagi bahkan Sintia menatap jijik tanda berwarna yang di tinggalkan sangat banyak.

setelah kepergian madam Ela ada beberapa orang menjemput dan membawanya ke sebuah apartemen dan disana Bagaskara sudah menunggu

"Om". panggil Sintia

"mulai hari ini kamu tinggal di sini dan saya akan memberikan apa yang kamu minta asal kamu menuruti apa yang saya ucapan". Sintia yang merasa dirinya sudah kotor hanya menganggukan kepalanya dan daripada dia kembali ke rumah itu lagi. setelah kepergian Bagaskara beberapa wanita masuk ke apartemen itu.

"siapa kalian". tanya Sintia

"maaf nona saya datang kemari membawa pakaian,tas,sepatu dan beberapa perhiasan". jawab salah satu dari mereka

Sintia dapat melihat bahwa barang barang itu adalah barang barang mewah, miris hatinya saat melihat barang barang itu, Bagaskara benar benar memanjakan tetapi semua itu tidak gratis Sintia menarik nafasnya.

"ini ada ponsel dari tuan Bagaskara nona". wanita itu menyerahkan ponsel kepada Sintia.

ting

*Bagaskara*

manjakanlah dirimu, aku sudah mengirim beberapa perawat untuk merawat kulitmu agar tetap halus dan cantik

Sintia membaca pesan dari Bagaskara

flashback off

Terpopuler

Comments

Dasih Sunarti

Dasih Sunarti

kok prasaan pernah baca ini cerita ya.. tp di mana lupa..

2022-07-04

0

Nur Aena

Nur Aena

jahat sekali itu kakaknya

2022-07-02

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 56 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!