Rencana Kepulangan Queenza

Maryam berjalan masuk ke mansion utama. Ia disambut oleh Sarah yang tengah minum teh bersama Ayyara.

"Selamat siang, Nyonya, Nona," sapa Maryam.

"Maryam, ada apa ke sini? Apa ingin bertemu Mas Aarav? Dia masih di kantor," ujar Sarah.

"Ah, tidak, Nyonya. Saya ke mari untuk menyiapkan kamar untuk Nona Queenza."

"Kak Queen akan kembali?" tanya Ayyara berbinar.

"Betul, Nona. Beliau meminta saya untuk membereskan kamarnya."

"Oh, baiklah, aku akan membereskan barang-barangku." Ayyara hendak berdiri, tetapi ditahan oleh Maryam.

"Nona akan tidur di kamar mendiang ibunya. Jadi, Nona Ayyara tidak perlu membereskan barang-barang. Kalau begitu, saya permisi."

Maryam berjalan menuju paviliun untuk memanggil pelayan agar membersihkan kamar tersebut. Namun, saat sampai di sana, para pelayan menolak untuk membersihkan kamar tersebut.

"Maryam, hanya satu orang yang diizinkan masuk sana. Kamu tidak bisa menyuruh pelayan masuk." Tiba-tiba Sarah datang menghampiri Maryam yang tengah marah sebab tak ada satupun pelayan yang mau membereskan kamar tersebut.

"Siapa orang tersebut?" tanya Maryam.

"Mas Aarav."

"Apa? Tuan Aarav?" tanya Maryam terkejut.

"Ya. Hanya dua orang yang boleh masuk kamar itu. Mas Aarav dan Queenza."

"Lalu, bagaimana saya membersihkan kamar tersebut? Nona akan kembali sstelah pulang kantor."

"Tunggu sebentar." Sarah meraih ponselnya dan menelepon seseorang.

"Assalamualaikum, Mas."

"Waalaikumsalam. Ada apa, Sarah?" tanya Aarav di ujung telepon.

"Mas, Queenza akan kembali ke rumah."

"Benarkah? Alhamdulillah. Kapan dia kembali?"

"Maryam bilang, dia akan langsung pulang setelah dari kantor. Tapi, ia bilang Queenza akan menempati kamar Kak Charlotte. Mas tahu sendiri tak seorang pun yang boleh masuk sana selain Mas dan Queenza."

"Ah, baiklah. Mas akan pulang segera. Mas masih ada kerjaan sedikit. Setelah itu, Mas akan pulang membereskan kamar tersebut. Katakan pada Maryam untuk menaruh koper Queenza di depan kamar."

"Baik, Mas. Kalau begitu aku tutup teleponnya dulu. Assalamualaikum." Sarah pun menutup panggilannya.

"Maryam, nanti Mas Aarav yang akan mebereskan kamar dan barang-barang Queenza. Suruh pelayan untuk menaruh koper milik Queenza di depan pintu kamar. Biar nanti Mas Aarav juga yang menatanya di sana."

"Tapi Nyonya, saya tidak enak jika Tuan sendiri yang membersihkan."

"Tidak apa-apa, ini sudah biasa untuknya. Selama ini juga beliaulah yang membersihkan kamar itu," sahut Sarah yang akhirnya membuat Maryam mengerti.

"Baiklah, Nyonya. Saya akan menyuruh para pelayan membawa koper milik Nona. Saya permisi dulu."

Setelah Maryam pergi, Sarah berbicara dengan salah satu pelayan.

"Panggil kepala pelayan ke ruang keluarga," suruh wanita cantik itu.

"Baik, Nyonya."

Setelah itu, Sarah berjalan kembali ke ruang keluarga di mana Ayyara masih menunggu di sana.

"Papa akan pulang?" tanya wanita muda itu.

"Tentu, Sayang. Siapa lagi yang akan membereskan kamar itu selain papamu," jawab Sarah yang kembali duduk di samping anaknya.

"Ma, kapan Kakak nerima kita lagi, ya? Ini sudah sepuluh tahun loh. Aya kangen banget sama sikap baik Kakak," ujar Ayyara bersedih.

"Doakan saja semoga Allah melembutkan hatinya. Ingat, Aya. Jangan pernah bertengkar dengannya. Kamu harus mengalah."

"Aku tahu, Ma."

Tak lama, seorang paruh baya debgan pakaian serba hitam menghampiri keduanya.

"Ada apa yang bisa saya bantu, Nyonya?" tanya Rahayu—kepala pelayan di mansion itu.

"Yu, tolong siapkan makanan kesukaan Queenza. Dia akan pulang malam ini," ujar Sarah.

"Nona Queen akan kembali?" tanyanya berbinar.

"Iya, Rahayu. Makanya, kamu harus masak makanan enak. Pasti dia kangen masakanmu."

"Siap, Nya. Ada lagi?" tanya wanita berusia lima puluh tahun tersebut gembira.

"Itu saja. Ingat, harus kamu yang masak. Kamu kan yang tahu resep rahasia yang diajarkan Kak Charlotte."

"Tentu, Nyonya. Kalau begitu, saya permisi untuk menyiapkan segalanya."

Sarah mengangguk dan Rahayu pun pergi.

Jika di mansion utama para penghuni rumah bersiap menyambut Queenza, di kantor, wanita itu tengah mengomel karena perusahaan yang berantakan sebab tim media dan kreatif yang benar-benar payah dan gagal membuat tayangan yang berbobot.

"Miss, tayangan sinetron rumah tangga sedang begitu ramainya sekarang ini. Miss bisa lihat rating ftv rumah tangga kita ada di 10 besar," ujar salah satu tim kreatif.

Queenza menggebrak meja dengan kesal. "Kamu tahu kenapa stasiun televisi ini berdiri?" tanya Queenza menatap para karyawannya.

Mereka semua saling lirik dan tak berani menjawab.

"Jawab! Jangan diam saja!" bentak Queenza kesal.

"Miss Charlotte membangun stasiun televisi ini untuk anak perempuannya. Beliau ingin memberikan tayangan edukasi yang membuat sang anak tak menonton tayangan yang tak sesuai umurnya," jawab seseorang yang membuat semua orang menoleh ke arah pintu, termasuk Queenza.

"Benar yang dikatakan Miss Queenza. Tayangan stasiun televisi kita semakin berantakan dan hanya mengikuti tren semata, bahkan lupa dengan visi dan misinya," tambah Abian melangkah masuk.

Queenza menatap datar lelaki yang tiba-tiba datang itu.

"Maaf, Miss. Saya hanya ingin menyerahkan laporan yang Miss minta," ujar Abian memberikan map ke atas meja.

"Duduk," kata Queenza.

"Saya?" tanya lelaki berjas hitam itu menunjuk dirinya sendiri.

"Iyalah. Siapa lagi yang kini berdiri selain kamu!" jawab Queenza.

Abian pun duduk di kursi kosong dekat sang atasan.

"Jadi, menurutmu tayangan bagaimana yang harus ditayangkan sesuai visi dan misi perusahaan?" tanya Queenza.

Abian sedikit berpikir dengan pertanyaan kakak iparnya itu.

"Kita harus membuat sebuah jadwal untuk acara sesuai umur," ujar Abian. "Seperti misalnya untuk subuh hari kita bisa menayangkan acara rohani. Karena di negara kita mayoritas muslim, jadi kita tayangkan acara-acara ceramah atau murotal dari ba'da subuh sampai pukul tujuhpagi."

"Teruskan," kata Queenza.

"Dari pukul tujuh hingga sembilan, bolehlah kita berikan FTV atau sinetron untuk ibu-ibu sembari mereka menyiapkan sarapan. Tapi, perlu digaris bawahi bahwa kita harus memberikan tayangan yang berbobot untuk FTV atau sinetron sekalipun. Banyak kok sekarang novel-novel digital yang memberikan cerita-cerita menarik, bukan hanya tentang perselingkuhan. Kita bisa menggaet para penulis tersebut untuk kita buat karya mereka menjadi tontonan yang berbobot."

Abian pun menjelaskan ide-ide yang ia miliki. Sejujurnya, ia memang begitu kurang setuju dengan tayangan yang disuguhkan stasiun televisinya selama empat tahun ia bekerja di sana. Ia juga pernah memberi saran pada ayah mertuanya, tetapi Aarav menganggap bahwa itu bukan ranah Abian, sehingga diabaikan. Kini, lelaki tampan itu sangat bersyukur karena kedatangan Queenza benar-benar merubah segalanya menjadi baik.

Tanpa terasa, mereka telah rapat selama lima jam. Waktu menunjukkan jam pulang kantor, sehingga rapat ditutup oleh Queenza.

"Kita akan lanjutkan rapat esok hari. Untuk para tim kreatif, berikan saya proposal untuk ide-ide kalian sesuai visi dan misi perusahaan ini. Jika kalian gagal, saya tunggu surat pengunduran diri kalian. Saya tidak suka memiliki karyawan asal-asalan," ujar Queenza menatap para keryawannya.

"Besok siang semua proposal harus ada di meja saya!"

"Baik, Miss."

"Oke, kalian bisa pulang sekarang."

Akhirnya semua orang bubar keluar dari ruang rapat. Saat Abian hendak berdiri, tiba-tiba sang dirut menghentikan.

"Tunggu," ujar Queenza.

"Ada apa, Miss?" tanya lelaki berkacamata itu.

"Kamu siapkan juga proposal untuk ide-idemu yang tadi. Saya ingin melihat versi lengkapnya," ujar Queenza.

"Tapi saya direktur keuangan, bukan di divisi kreatif," sahut Abian.

"Selagi masih karyawan di perusahaan ini, semua ide akan saya tampung. Paham?"

"Baik, Miss."

"Kamu boleh pergi ... Abian. Namamu Abian, kan?" tanya wanita bermata biru indah tersebut.

"Iya, nama saya Abian," jawab sang lelaki dengan tersenyum begitu hangat.

"Baiklah, kamu boleh pergi."

"Permisi, Miss." Abian pun berlalu meninggalkan ruang rapat.

Setelah semua orang pergi, Queenza meraih ponselnya dan menelepon sang asisten pribadi.

"Maryam, apakah kamarku sudah siap?" tanya Queenza.

"Sudah, Nona. Tuan Aarav sudah membersihkan dan menata barang-barang Anda," jawab Maryam.

Queenza tersenyum. Ternyata sang papa masih menepati janjinya untuk tidak mengizinkan orang lain masuk ke kamar sang mama. Setidaknya kamar itu pasti masih sama seperti dahulu.

"Baiklah, aku akan kembali ke sana sekarang."

"Baik, Nona. Saya akan berangkat sekarang juga untuk menjemput."

"Tidak perlu. Aku akan mengemudi sendiri. Ada tempat yang ingin aku kunjungi."

"Tapi, Tuan pasti marah jika saya biarkan Nona menyetir sendiri," kata Maryam khawatir.

"Jangan mengaturku, Maryam! Aku bukan anak TK lagi!" Dengan kesal Queenza menutup panggilan. Ia bergegas keluar dari ruang rapat menuju ruangannya untuk mengambil tas. Setelah itu, ia berjalan keluar kantor. Para karyawan menunduk hormat pada sang pemilik stasiun televisi itu. Beberapa artis juga menyapa yang telah diperkenalkan secara formal melalui saluran televisi.

"Dirut baru, anjir premium abis!" kata seorang pembawa acara serta artis nomor satu di tanah air.

"Serem, Bos, katanya. Sejak dia jadi dirut banyak yang dipecat tanpa pesngon, malah banyak yang masuk penjara gara-gara korup."

"Baguslah. Orang-orang korup ya emang harus dibasmi. Ck! Tertarik gue deketin dirut baru. Bodynya." Lelaki itu memperagakan tubuh seksi dengan kedua tangannya.

"Hati-hati aja, Daf. Bukannya dapet, malah rugi diblacklist dari stasiun televisi ini," kata sang asisten artis tersebut.

"Gak dapet adiknya yang manis, gue harus dapetin kakaknya yang seksi itu," ujar Daffa tersenyum mengembang.

"Daffa ... Daffa ... Daffa. Kalau mimpi jangan ketinggian."

Daffa dan Reno asistennya membalikkan badan. Ia berdecak melihat siapa yang berbicara itu.

"Rey. Lu kenapa sih suka banget ngurusih hidup gue! Lu kurang kerjaan ya? Oh iya, baru diblacklist stasiun televisi sebelah, ya, karena genit sama manager? Ck! Ck! Ck! Makanya, kalau mau jadi playboy tuh elegan. Bini orang diembat juga! Reno, cabut."

"Gaskeun, Bestie!" Kedua lelaki itu berlalu meninggalkan artis yang kini sedang jatuh itu.

Reyhan mengepalkan tangannya dengan tatapan menyalang. "Lihat aja, gue yang akan duluan dapetin Miss Queen!" ujarnya dengan kesal.

Terpopuler

Comments

El Ajjha

El Ajjha

Halu semuanya, gak ada yang bisa dapetin Queenza

2022-07-03

0

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan karakter
2 Kembalinya Queenza
3 Sang Direktur Utama
4 Rencana Kepulangan Queenza
5 Pertemuan Tak Terduga
6 Prologue grief disolder
7 Amarah Queenza
8 Father's Love
9 Sisi Lain Queenza
10 Rencana Queenza
11 Salah Tingkah
12 Misi Pembalasan
13 Hancur Hati Ayyara
14 Rasa Aneh yang Dirasakan Abian
15 Kepindahan Abian dan Ayyara
16 Cinta Ayyara
17 Hal Aneh
18 Bom Besar Telah Datang
19 Bom Itu Akhirnya Meledak
20 Ancaman Queenza
21 Keputusan Ayyara
22 Kepanikan Abian
23 Kenyataan yang sebenarnya
24 Ingin Memiliki
25 Fantasy Abian
26 Bukan sebuah ancaman
27 Tak bisa memilih
28 Perpisahan Ayyara dan Abian
29 Tergoda Istri
30 Langit Yang Selalu Mengikutinya
31 Kamar Kenangan
32 Sisi Lain Queenza
33 Perdebatan receh Abian dan Queenza
34 Kembalinya Ayyara
35 Pertemuan kembali
36 Sikap Dingin Abian
37 Perasaan yang berbeda
38 Sosok Masa Lalu Queenza
39 Hanya Alat Balas Dendam
40 Perubahan Abian dan kecurigaan Queenza
41 You're mine
42 Ngedate
43 Rasa takut dan cinta
44 Ungkapan hati Queenza
45 Hukuman Abian
46 Rayu Aku
47 Jangan Buat Aku Takut
48 Aku memaafkanmu
49 Menjalankan kewajiban
50 Tak Memiliki Semangat Hidup
51 Rasa Sesal Yang Dalam
52 Terima kasih karena telah kembali
53 Aku Takut ....
54 Kerinduan seorang ayah
55 kenyataan yang sebenarnya
56 Aku bersamamu
57 new day
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 The End
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Pengenalan karakter
2
Kembalinya Queenza
3
Sang Direktur Utama
4
Rencana Kepulangan Queenza
5
Pertemuan Tak Terduga
6
Prologue grief disolder
7
Amarah Queenza
8
Father's Love
9
Sisi Lain Queenza
10
Rencana Queenza
11
Salah Tingkah
12
Misi Pembalasan
13
Hancur Hati Ayyara
14
Rasa Aneh yang Dirasakan Abian
15
Kepindahan Abian dan Ayyara
16
Cinta Ayyara
17
Hal Aneh
18
Bom Besar Telah Datang
19
Bom Itu Akhirnya Meledak
20
Ancaman Queenza
21
Keputusan Ayyara
22
Kepanikan Abian
23
Kenyataan yang sebenarnya
24
Ingin Memiliki
25
Fantasy Abian
26
Bukan sebuah ancaman
27
Tak bisa memilih
28
Perpisahan Ayyara dan Abian
29
Tergoda Istri
30
Langit Yang Selalu Mengikutinya
31
Kamar Kenangan
32
Sisi Lain Queenza
33
Perdebatan receh Abian dan Queenza
34
Kembalinya Ayyara
35
Pertemuan kembali
36
Sikap Dingin Abian
37
Perasaan yang berbeda
38
Sosok Masa Lalu Queenza
39
Hanya Alat Balas Dendam
40
Perubahan Abian dan kecurigaan Queenza
41
You're mine
42
Ngedate
43
Rasa takut dan cinta
44
Ungkapan hati Queenza
45
Hukuman Abian
46
Rayu Aku
47
Jangan Buat Aku Takut
48
Aku memaafkanmu
49
Menjalankan kewajiban
50
Tak Memiliki Semangat Hidup
51
Rasa Sesal Yang Dalam
52
Terima kasih karena telah kembali
53
Aku Takut ....
54
Kerinduan seorang ayah
55
kenyataan yang sebenarnya
56
Aku bersamamu
57
new day
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!