Queenza melangkah masuk ke sebuah apartemen mewah. Ia berjalan menuju dapur untuk meneguk air. Tenggorokannya terasa kering setelah bertemu orang sangat ia benci.
"Aku tidak mudah percaya pada seseorang. Jadi, tugas membersihkan apartemen ini adalah tugasmu," ujar Queenza pada asisten barunya itu.
"Baik, Nona," jawab Maryam tanpa menyela ataupun protes.
"Good. Siapkan air. Aku ingin mandi. Kau pasti tahu kan berapa suhu air untukku berendam?" tanya Queenza.
"37 derajat dengan jasmine essential oil," jawab wanita berblazer hitam itu.
"Not bad. Pergilah siapkan segalanya."
"Baik, Nona." Maryam pun pergi menyiapkan air untuk Queenza mandi.
Siang berganti malam. Kini Queenza tengah menatap layar laptop. Ia menyeringai dengan apa yang dilihat.
"Sepertinya aku tidak akan terlalu sulit untuk melakukannya," ujar Queenza merebahkan tubuh di atas ranjang.
"Kalian lihatlah! Aku akan membalaskan rasa sakit yang Mama rasakan."
**
Mobil sendan putih berhenti di salah satu gedung pencakar langit. Queenza turun setelah pintu dibukakan. Dengan mengenakan blazer merah maroon, ia melangkah begitu anggun. Semua direksi berdiri menyambut anak pemilik perusahaan stasiun televisi tersebut.
Semua direksi menunduk hormat pada gadis bermata biru itu.
"Selamat datang, Miss. Queenza," sambut manager dengan ramah.
Setelah penyambutan tersebut, mereka semua masuk ruang rapat. Aarav juga Abian telah sampai di sana. Aarav menatap Queenza. Tak bisa dipungkiri bahwa ia begitu merindukan anak perempuannya itu, apalagi ia memiliki wajah yang begitu mirip dengan mamanya. Namun sikap sang anak yang selalu membangkang dan tak pernah mendengarkannya, membuat hubungan mereka merenggang selama sepuluh tahun lamanya.
"Papa ...."
Aarav tersadar dari lamunan saat Abian menepuk pelan lengannya.
"Ah, maaf. Mari kita mulai rapat kali ini," ujar Aarav pada para direksi dalam ruang meeting.
"Perkenalkan, dia adalah anak perempuan saya, Queenza Safaluna Kusuma. Mulai hari ini, ia akan menjabat sebagai direktu utama di perusahaan ini. Saya telah memberikan hak penuh padanya untuk mengelola perusahaan ini. Jadi bekerjasamalah dan bantu dia untuk mengelola stasiun televisi ini," ujar lelaki paruh baya itu.
"Queenza, perkenalkan dirimu," kata Aarav menatap sang anak.
Wanita cantik dengan rambut lurus itu duduk dengan tegak. "Selamat pagi semua. Sepertinya saya tidak perlu mengenalkan diri, karena pasti kalian tahu siapa saya," ujarnya dengan tanpa ekspresi. "Seperti yang Pak Aarav katakan, mulai hari ini saya menjabat sebagai direktur utama. Untuk semua divisi, saya ingin meminta laporan tugas kalian masing-masing selamat lima tahu ke belakang ini, karena saya akan memeriksa semua laporannya."
Semua orang masih fokus pada direktur baru mereka tersebut dan merasa bingung. Untuk apa ia meminta laporan lima tahun ke belakang?
"Mungkin kalian bingung dengan apa yang ingin saya lakukan. Yang pasti, saya ingin mencari para tikus-tikus tak tahu diri yang selalu mencuri apa yang bukan haknya."
Semua pemimpin divisi saling tatap serta saling berbisik dengan apa yang akan dilakukan direktur utama baru mereka.
"Dan bersiap-siaplah untuk angkat kaki jika ada ada yang berani menggelapkan uang perusahaan meski hanya satu rupiah, karena saya paling benci orang-orang yang curang dan berkhianat!" Queenza menatap ayahnya seakan ia menyindir lelaki paruh baya itu.
Mendengar pengumuman tersebut beberapa orang merasa ketar ketir dan mencoba berpikir apakah mereka pernah menggelapkan dana perusahaan.
Setelah rapat usai dan semua orang keluar, tersisalah tiga orang di sana. Ada Aarav, Queenza dan Abian. Saat wanita cantik itu hendak keluar, Aarav menghentikannya.
"Kamu belum kenalan dengan iparmu, kan? Kenalkan, dia Abian."
Lelaki dengan jas cokelat itu mengulurkan tangannya, tetapi Queenza seakan tak acuh dan justru pergi begitu saja, membuat Abian menurunkan tangannya kembali.
Aarav pun hanya bisa mendesah karena sang anak yang begitu tak sopan.
"Maafkan Queenza, Bian. Sebenarnya dia adalah anak yang baik," ujar Aarav bersedih.
"Tidak apa-apa, Pa, aku paham."
"Kamu harus membantu dia. Memang Queen mendapatkan gelar cum laude, tetapi untuk praktek, dia belum terlalu handal sepertimu. Papa percayakan Queen padamu." Aarav menepuk bahu sang menantu.
"Tentu, Pa."
"Ya sudah, kita keluar sekarang."
Kedua lelaki berwibawa itu pun keluar dan menuju ruangan masing.
Queenza bekerja dengan sungguh-sungguh. Sejak diumumkannya sebagai direktur utama, ia bekerja begitu keras. Satu per satu data selama lima tahun ia periksa dengan begitu detail, sehingga begitu banyak laporan yang ditemukan kejanggalan.
Satu minggu menjabat, Queenza pun mengobrak abrik semua divisi dengan memecat orang yang menggelapkan dana perusahaan. Seperti yang ia katakan, tak ada maaf untuk mereka yang mencuri uang perusahaan meski hanya satu rupiah.
Kini, Queenza menatap tak suka lelaki di depannya. "Apa yang kau kerjakan, hah?! Kau lihat, banyak data yang begitu berantakan dan kamu sama sekali tak memperhatikan?" tanya Queenza pada Abian yang memang menjabat sebagai direktur keuangan.
"Apa lelaki tua itu sembarang saja memperkerjakanmu hanya karena kamu suami dari anak kesayangannya itu?" tanyanya lagi.
"Pantas saja perusahaan ini tak maju-maju selama sepuluh tahun ini, ternyata laki-laki tua itu memperkerjakan orang-orang bodoh yang serakah."
Abian mengepalkan tangannya. Ia sungguh tak suka dengan cara bicara wanita yang lima tahun lebih muda darinya itu.
"Pergi dan perbaiki semua! Jika dalam satu minggu orang-orang ini masih belum keluar dan bagian keuangan masih berantakan, akan saya laporkan ke ranah hukum karena kamu tak bertanggung jawab."
"Baik, Miss. Permisi!" Abian pun beranjak dari duduk dan langsung berjalan menuju ruangannya.
Queenza menatap lelaki gagah yang keluar dari ruangannya. Ia tampak sedikit berpikir sesuatu hingga tiba-tiba meraih ponselnya.
"Maryam. Bereskan semua barang-barangku yang di apartemen. Aku akan pindah ke mansion utama," ujar Queenza. "Oh ya, satu lagi. Suruh mereka membereskan kamar milik Mama. Aku akan menggunakan kamar itu."
"Baik, Nona."
Queenza pun menutup panggilannya. Ia menyeringai penuh kepuasan. "It's show time! Kita lihat, seberapa hancur kalian saat bom itu akan meledak."
Wanita cantik itu kembali menatap laptopnya. Ia menghela napas karena kerjaan begitu banyak. Ia berpikir awalnya akan memeriksa laporan lima tahun ke belakang. Nyatanya, ia kembali memeriksa di tahun-tahun sebelumnya.
"Astaga, kenapa tayangan stasiun televisiku tidak berbobot semua? Bagaimana bisa mereka menyangkan hanya drama-drama rumah tangga tak berbobot seperti ini?" Queenza memijat dahinya karena pusing dengan segala sesuatu yang dianggap berantakan di perusahaannya.
"Aku benar-benar harus merombak segalanya yang ada di sini. Bisa-bisanya lelaku tua itu ingin menghancurkan kerja keras mama selama ini. Ia memang benar-benar tak berguna dari dulu!"
Queenza meraih gagang telepon dan berencana memanggil manager HRD.
"Ran, ke ruangan sayang sekarang." Setelah itu, ia taruh kembali gagang telepon tersebut.
Tak lama, seorang mengetuk pintu ruangan direktur utama. Queenza pun mempersilahkan masuk.
"Duduklah."
Wanita berkemeja satin itu duduk di hadapan atasannya.
"Panggil semua karyawan divisi media dan kreatif. Kita adakan meeting dengan mereka setelah jam makan siang."
"Baik, Miss. Ada lagi?" tanya Rani—manager HRD.
"Berikan saya semua data karyawan divisi media dan kreatif. Saya kasih kamu waktu lima belas menit harus sudah berada di meja saya."
"Ba-baik, Miss."
"Keluarlah sekarang."
Rani pun beranjak dan pamit keluar.
"Astaga, akan banyak yang dipecat lagi sepertinya," gumam Rani yang berjalan cepat menuju ruangannya.
"Bu, buru-buru amat. Kayak dikejar-kejar setan aja," ujar salah satu karyawan laki-laki.
"Bukan setan lagi, tapi iblis. Hey, siap-siaplah. Bagian media dan kreatif akan didatangi malaikat maut. Katakan pada karyawan divisi media dan kreatif setelah makan siang Miss Queenza ingin mengadakan rapat."
"What?! Se-sekarang bagian divisi kami? Gawat!" Lelaki itu buru-buru lari untuk memberitahu semua rekan kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
El Ajjha
Horor banget ya si Queen 🤭
2022-07-03
1