Dinda dan Yessa panik bukan main saat menunggu Azalea yang pamit untuk buang air kecil akan tetapi teman seperjuangannya tersebut tak juga kunjung kembali ke bangku penonton.
Akhirnya mereka mengabaikan NCT yang sebentar lagi tampil dan tahun pun sebentar lagi akan berganti. Kedua manusia itu dilanda kepanikan yang tidak main-main.
Azalea sudah pasti menjadi tanggungjawab kedua cewek itu. Apa yang harus dikatakan Yessa dan Dinda jika Azalea menghilang, terlebih lagi ini Bandung dan manusia bagaikan semut.
"Din, kemana sih temen pea lo itu?" khawatir Yessa sambil melirik jam yang melingkar di tangannya.
"Lo pikir gua tau, 'hah? Kalau gue tau udah dari tadi gue panggil dia ke sini."
"OMG, santai dikit ngapa."
"Nggak bisa santai. Gimana kita mau santai jika tuh anak hilang? Gue gak kek lo kali."
"Din, gimana kalau misalnya si Lea diculik om om dan mau di unboxing, OMG Din," syok Yessa yang sudah tidak bisa mengontrol pikiran liarnya, "temen kita udah gak perawan lagi dong kalau begitu."
Plakk
"MULUT LO!" geram Dinda sambil menarik bibir jahanam tak memiliki rem milik Yessa. "Lo bisa gak sih positif thinking dulu, 'hah? Bikin gue jantungan aja lo, pantas emak lo ikhlas lo mau kemana aja, orang emak lo udah eneg liat lo!"
"Dinda mah."
"Apa? NOH PIKIRKAN LEA KEMANA!"
Yessa mengangguk. Meskipun pertemanan mereka dibumbui dengan toxic tetap saja rasa kepedulian dalam circle itu cukup tinggi.
"Din, kita cari Lea keluar yuk."
"Tapi sebentar lagi NCT nampil."
"Nggak usah mikirin Nct," ucap Yessa yang tumben bijak.
"Oke."
Akhirnya kedua manusia bersahabat itu mencari sahabatnya yang lain. Mereka juga tidak tahu akan mencari kemana karena luasnya Bandung tak mungkin untuk dijelajahi dengan detail.
Akhirnya mereka sepakat untuk melaporkan ke pihak keamanan jika ada orang hilang.
"Pak, tolongin saya Pak. Temen saya hilang, ini fotonya Pak." Dinda menyerahkan Foto Lea yang ada di hp nya.
Pria berseragam itu mengambil hp Dinda dan mengamatinya. Ia juga memberitahukan teman-temannya foto itu.
"Siapa naman Mbak nya?"
"Nama saya Dinda."
"Saya Yessa."
"Nama mbak yang hilang siapa?"
"Azalea Nazira Al-Basyir. Panggil aja Lea."
Orang itu mengangguk dan mencatat identitas Lea yang diberitahukan Dinda.
"Terakhir teman Mbak pake pakaian apa?"
"Tadi dia make baju kemeja kotak-kotak oversize warna krim, dan celana jin kulot warna kebiruan. Temen saya juga rambutnya disemer putih di depannya kek Jennie Black pink."
"Udah dihubungin temennya?"
"Ponselnya sama kami, Pak," jawab Yessa yang terlampau kesal karena terus ditanyai. "Pak buruan lah, sempat teman saya diunboxing om-om."
"Yessa," marah Dinda.
"Ya sorry."
"Sorry-sorry," kesal Dinda.
"Baiklah mbak tenang dulu yah. Kami akan berusaha semaksimal mungkin."
Mereka pun memutuskan untuk mencari Azalea bersama. Bantuan polisi juga dikerahkan dan Dinda serta Yessa mengikuti ketua tim mencari Azalea.
Tak bisa dibayangkan lagi bagaimana gugupnya kedua remaja itu yang masih berusia 17 tahun dan duduk di kelas 3 SMA.
Mental mereka baru terbentuk dan kini harus menghadapi sebuah masalah yang serius. Memang kesalahan itu berasal dari dua orang tersebut.
"Din, i afraid."
"Me too."
"Gimana yah nasib Lea sekarang."
"Gue juga gak tau."
"Gue gak nannya lo," ucap Yessa membuat Dinda berusaha menahan amarah yang hendak menyemburkan kata-kata mutiara di dalam mulutnya. "Din, gimana ternyata Lea lagi enak-enakan sama berondong?"
Dinda berhenti berjalan dan menatap sahabatnya tersebut yang tak memiliki akal alias akalnya sudah punah.
"Atau lo yang gue tinggalin di sini?" kesal Dinda sambil menatap tajam Yessa.
"B aja kali."
"Mata lo B aja. Buruan ah, kita fokus cari."
"Keknya NCT udah nampil deh."
"YESSA, KALAU LO MAU NONTON PERGI AJA SANA."
"Eh enggak."
Oh Tuhan berilah Dinda kesabaran. Ia tidak akan sanggup berjalan berdua dengan spesies makhluk gaib seperti Yessa. Yang ada dirinya mati muda sebelum sempat merasakan indahnya malam pertama pernikahan.
"Gue masih diberi kesabaran aja Sa sama Allah supaya gak jual ginjal lo."
"Kok kedengarannya seram ya." Yessa menatap ke depan dan melihat Dinda yang meninggalkan dirinya. "Woi tungguin i Jan.cok!!"
______________
"Hiks, hiks, hiks, ayah, bunda, tolongin Lea!" Lea menatap ke arah pria yang sudah menguasai tubuhnya. "Lo siapa an.jeng!! Pakaian doang agamis kelakuan kek setan!!" umpat Lea dan kemudian pria itu menamparnya tanpa sadar lalu memaksa membuka baju Lea.
Lea panik bukan mati, ia tak percaya hal yang paling berharga akan terenggut di sini. Pria itu juga memaksa untuk menciumnya.
"Maafin saya," lirih suara kecil dan Lea sempat mendengarnya namun ia berasumsi jika dirinya hanya salah dengar.
Mata Lea membulat ketika bibir tebal itu menyentuh bibirnya. Ia berdoa dalam hati agar Allah menyelamatkan dirinya.
"WOI BANG.SAT!! ANJENG!! NAJIS! DAJJAL LO! LO APAAIN TEMEN GUE BAN.GSAT!!" maki Dinda ketika menemukan Lea bersama polisi yang ikut melakukan pencarian.
Dinda yang sudah marah sampai ke ubun-ubun pun memukuli tubuh Zheaan dengan brutal.
Yessa tidak luput ambil bagian. Ia tak segan-segan memukulkan kayu besar ke tubuh Zheaan. Akan tetapi para polisi mengamankan dan menenangkan kedua cewek tersebut.
"Apa-apaan LEPASKAN KITA! GUE BELUM PUAS BA.BI, MUKULIN DIA!!"
"GUE JUGA!!"
"Mbak-mbak, tenang dulu. Jangan main hakim sendirian. Kita bisa menyelesaikannya di kantor polisi."
"ATAU PERLU HUKUM MATI NIH COWOK BRENGSEK!"
Zheaan sudah diamankan oleh polisi. Dan di detik itu juga Zheaan menutup matanya karena tak tahan dengan obat perangsang dengan dosis tinggi di tubuhnya itu.
Sementara Lea menangis kencang bahkan cewek itu sampai trauma dan tak ingin menatap orang-orang yang menyelamatkannya.
"Lea lo gak papa?"
"Gak papa gimana? Lo gak liat Yessa, gimana Lea."
Duarr
Tiba-tiba kembang api meledak di udara dan itu artinya mereka sudah berganti tahun dan mulai memasuki tahun baru.
Tidak ada yang dapat dinikmati dalam kondisi seperti itu. Semuanya penuh dengan ketegangan bercampur rasa cemas.
"Kalau tau lo bakal kek gini, gue gak akan pergi ke Bandung hari ini," tangis Dinda sambil menatap tubuh Lea yang benar-benar menggenaskan.
Dia membenarkan baju Lea dan kemudian Lea di bawa oleh beberapa orang untuk diberikan ketenangan supaya tidak mengalami trauma.
"Maafin gue," lirih Dinda sambil berpelukan dengan Yessa.
Pipi Yessa sudah basah dengan genangan air mata. Cewek itu merasa sangat bersalah dan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Lea.
"Semua ini salah kita," lirih Yessa sambil menitikkan air mata.
"Tante Hana dan Om Ikhsan pasti sangat marah dengan kita."
"Gue gak masalah jika harus dimarah oleh mereka. Ini memang kesalahan kita."
______________
Zheaan setelah diadili di bawa ke tempat terbuka dengan baju putih gamis dan tangannya diikat.
Zheaan akan diadili dengan syar'iat Islam atas keinginan ayahnya sendiri kyai Akhyar. Ia tak ingin anaknya itu mendapatkan dosa yang sangat besar. Ia akan menjalani hukuman dengan seadil-adilnya.
Itu juga atas permintaan orangtua korban yang tidak terima dengan anaknya dilecehkan.
Zheaan sungguh tak tahu apa-apa. Ia baru sadar dan tiba-tiba diarak ke lapangan untuk mendapatkan hukuman.
Orang menceritakan jika dia melecehkan seorang wanita. Zheaan kaget bukan main dan dia langsung banyak mengucapkan kalimat istighfar. Ia sangat Ikhlas jika harus dihukum seperti itu jika memang ia melecehkan seorang wanita.
Zheaan tak menyangka jika akan berujung seperti ini. Tapi pria itu tak protes karena perbuatannya benar-benar sangat keji.
"Maafkan hamba ya Allah," lirih Zheaan sambil disuruh berlutut dan siap dieksekusi hukuman cambuk 100 kali. Tidak hanya itu dia akan diasingkan.
Plakk
"Satu!"
"Akhh!!!"
Cambuk memukul tubuh Zheaan dengan keras hingga membuat Zheaan tak bisa menahan rasa sakitnya.
Di awal saja dia sudah hampir menyerah apalagi nanti sudah 100 kali mungkin dia sudah tidak akan ada di dunia.
Umi Sarni tidak sanggup melihat anaknya yang penuh dengan darah. Ia menangis dan perempuan itu pingsan. Sementara kyai Akhyar yang mengusulkan dihukum syari'at mau tidak mau harus menatap anaknya.
Ia berusaha tegar dari kursinya tapi tak dapat dipungkiri hatinya sakit dan air matanya pun jatuh. Padahal ia sedang sakit namun anak bujang satu-satunya itu membuat ulah.
Orangtua Lea sangat puas dengan hukuman itu meskipun di tengah jalan mereka sangat iba mendengar jeritan Zheaan.
"Din seram banget, hiks gue takut."
Tubuh Yessa bergetar melihat hukuman itu. Ia memeluk Dinda erat dan Dinda hanya diam dengan wajah datarnya.
Ia antara puas dan kasian melihat Zheaan.
Zheaan sudah tak dapat membuka matanya. Ia hanya menunggu maut dan area tubuhnya tidak berfungsi dengan baik.
"Sembilan puluh sembilan!"
Plakk
"Akhh!"
"Seratus!"
"Auu," rintih Zheaan dan kemudian ia diberikan air putih.
Laki-laki tersebut sudah tak sanggup menahan rasa sakitnya. Tapi untungnya ia tidak pingsan maupun meninggal. Segera tim medis mengobati lukanya.
"Zheaan demi membebaskan mu dari dosa, Abi akan mengasingkan mu ke pondok pesantren paman mu selama tiga bulan dan juga kamu harus bertanggungjawab. Kau harus menikahi Azalea demi menjaga kehormatannya. Ketika kamu sudah mendingan, temui Abi di masjid An-Nur kita akan mengucapkan ijab qobul. Dan keluarga Lea juga sudah setuju."
Zheaan sangat kaget mendengarnya.
___________
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
YsryhAbdh28💜
prahhh bgtt shh haikall emgg,zheaan jd gnii
2022-07-06
0
YsryhAbdh28💜
ksian sm Zheaan :(
2022-07-06
0
YsryhAbdh28💜
untng dteng tpt wktu
2022-07-06
0