Masih di kafetaria bunga sedap malam, Mukid sudah lama duduk menunggu kedatangan Sinta. Sinta langsung duduk di dekat Mukid dan membuat Mukid melihat ke arah Sinta.
" Hai, maaf sudah lama menunggu yah om?" ucap Sinta berbasa-basi. Mukid tersenyum.
" Lumayan juga menunggu gadis kecil seperti kamu. Bagaimana sudah tidak ada kuliah lagi kan untuk hari ini?" kata Mukid.
" Sudah om, tinggal pulang dan istirahat dirumah." sahut Sinta. Mukid tersenyum kecil sambil melihat Sinta yang masih gugup ketika berjumpa dengan dirinya.
" Kamu mau makan apa? Ini daftar menu nya." kata Mukid. Sinta mengambil daftar menu yang diberikan oleh Mukid. Sinta mulai mencatat makanan dan minum yang hendak dimakannya. Mukid melihat tulisan tangan dari Sinta setelah itu tersenyum.
" Tulisan kamu bagus dan rapi. Seperti kamu, yang indah." goda Mukid. Sinta kembali bersemu merah wajahnya. Mukid mengambil kertas kecil pesanan yang ditulis oleh Sinta. Mukid memberikannya kepada pelayan kafetaria yang ada di sana.
"Kaki dan tangan kamu yang terluka kemarin, apakah sudah mengering?" tanya Mukid.
" Ini, lihat lah sudah kering kan? Tapi gara- gara jatuh dari motor kemarin, mama belum kasih aku bawa motor ke kampus." keluh Sinta. Mukid mengernyitkan dahinya.
" Lalu kamu tadi ke kampus naik apa?" tanya Mukid.
" Hari ini diantar mama sekalian mama pergi ke kantor." jelas Sinta.
" Oh, kalau begitu biar nanti aku mengantarkan kamu pulang." sahut Mukid.
" Apakah tidak merepotkan om?" tanya Sinta.
" Tidak! Sepertinya aku ingin bertemu mama kamu. Mama kamu pasti cantik seperti kamu kan?" kata Mukid.
" Tentu saja! Mama lebih cantik daripada aku, om! Setelah papa meninggal dunia, mama belum juga mau menikah. Mama mengurus dan membesarkan aku seorang diri. Mama bekerja dari pagi sampai sore. Dan terkadang sampai lembur malam. Aku kadang benar-benar kasihan dengan mama." cerita Sinta. Mukid yang mendengar nya menjadi ingin tahu sosok mama nya Sinta.
" Mama kamu pasti wanita yang hebat. Dia tipe ibu yang setia dan hormat kepada suaminya dan penyayang terhadap putrinya." nilai Mukid asal. Sinta tersenyum mendengar pujian Mukid.
" Mama aku pokoknya super loh, om! Mama pasti akan menjadi mertua yang baik bagi mantunya." ucap Sinta sambil melirik ke arah Mukid. Mukid terkekeh mendengar ucapan dari Sinta. Beberapa saat kemudian pelayan datang membawa makanan dan minuman pesanan mereka. Mukid dan Sinta sesaat diam dan tidak meneruskan obrolan mereka sampai pelayan itu pergi meninggalkan mereka berdua.
" Terimakasih yah, kak!" ucap Sinta setelah pelayan itu selesai meletakkan semua menu makanan dan minuman di atas meja mereka. Mukid dan Sinta segera menyantap makanan yang sudah di depannya.
" Ayo kita makan!" ajak Mukid.
" Selamat makan!" sahut Sinta sambil mulai menyendok makanan nya. Mukid mulai mengunyah makanan nya.
" Lumayan enak rasanya. Tapi aku ingin mencicipi masakan dari mama kamu." kata Mukid asal.
" Mama aku jarang sekali masak, om. Paling aku yang masak makanan instan seperti mie dan spaghetti. Kalau masakan rumah bibi yang masak dan sore hari bibi kembali pulang ke rumahnya dan tidak menginap di rumah kami." jelas Sinta.
" Oh, ART kamu setengah hari kerja saja?" tanya Mukid.
" Iya, dari tukang cuci baju, setrika pakaian dan bersih- bersih rumah serta memasak ada dua pembantu di rumah. Tapi mereka tidak tinggal di rumah kok namun mereka kembali pulang dan hanya kerjaan mereka selesai mereka kembali pulang. Rumah mereka masih dalam satu kota ini. Mereka juga masih punya keluarga yang harus mereka urusi." jelas Sinta. Mukid menyimak dengan serius.
" Oh baiklah! Setelah ini mungkin aku ingin lebih jauh mengenal kamu, gadis kecil." ucap Mukid. Sinta tersenyum bahagia mendengar ucapan Mukid yang seolah membuka hatinya untuk dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Piarni Akib Hamazah
degdeg
2023-07-03
0