Sinta masih mengikuti mata kuliah beberapa sks di kelasnya. Setelah beberapa jam lamanya akhirnya mata kuliah hari itu usai. Sinta masih duduk di kursi nya. Sinta merogoh ponselnya yang dari tadi berbunyi. Sinta tersenyum lalu dirinya mengirim pesan chat di sana. Tentu saja dirinya tidak ingin jika seseorang yang telah menghubungi nya mengira kalau dirinya enggan untuk mengangkat nya. Bukankah dirinya saat tadi masih mengikuti pelajaran dari dosennya. Sinta masih mencoba menelpon balik dan akhirnya seseorang tersebut mengangkat nya,
" Halo om, maaf tadi aku masih kuliah. Ini baru selesai." kata Sinta yang berbicara dengan seorang pria yang sudah beberapa hari ini telah mengganggu pikiran nya.
" Oh, kirain kamu marah dengan aku lantaran baru bisa membalas pesan chat kamu. Maaf, aku dari semalam sibuk, ini baru buka handphone. Kamu di mana? Aku lagi di kafetaria di depan kampus kamu ini?" kata Mukid. Jantung Sinta tiba-tiba berdebar dengan hebat. Hatinya sangat senang tentu saja.
" Benarkah? Om Mukid di kafetaria mana?" tanya Sinta.
" Di kafetaria depan fakultas Hukum. Kamu di mana? " tanya Mukid.
" Aku masih di kelas om. Baiklah om, aku akan segera ke kafetaria itu. Apakah benar kafetaria Bunga sedap malam?" tanya Sinta.
" Eh, iya benar! Oke, aku tunggu yah!" kata Mukid. Panggilan itu segera disudahi. Sinta dengan gugup mulai keluar dari ruangan itu dan menuju kafetaria yang di maksudkan. Nayla yang sejak tadi duduk di depan kelas bersama Susilo, sang kekasih langsung berteriak bertanya kepada Sinta.
" Sinta, kamu mau pulang? Ayo biar aku mengantarkan kamu." tawar Nayla. Hari ini Sinta tidak membawa motor matic nya. Sinta tadi ke kampus diantar oleh Maimunah, mama nya sekalian berangkat ke kantor. Setelah jatuh dari motor, mama nya menjadi mengkhawatirkan Sinta dan belum dikasih naik motor lagi.
Nayla berjalan disamping Sinta menuju parkiran motor nya. Nayla meninggalkan Susilo begitu saja demi mengantarkan Sinta.
" Kamu jahat loh Nay! Susilo kamu tinggal begitu saja." kata Sinta.
" Tidak apa- apa! Nanti juga dia ke kost aku juga. Kamu langsung aku antar pulang atau gimana Sinta?"
" Antar aku ke kafetaria di depan fakultas Hukum." kata Sinta.
" Di kafetaria bunga sedap malam, yah? Kamu sudah lapar yah mau mampir makan dulu?" tanya Sinta.
" Tidak! Ada om Mukid menunggu ku di sana!" sahut Sinta.
" Om Mukid? Siapa om Mukid?" tanya Nayla.
" Eh, om Mukid itu itu teman mama aku." sahut Sinta bohong. Nayla tersenyum lalu dengan cepat menjalankan motor nya menuju ke kafetaria bunga sedap malam yang dimaksudkan.
Sepanjang perjalanan Sinta jantung nya bergenderang tidak karuan. Dia sangat gugup hemdak bertemu dengan pria yang mampu memikat hatinya. Tidak memakan waktu yang lama, Nayla menghentikan motor nya. Sinta turun dari motor milik Nayla. Keduanya masuk ke kafetaria bunga sedap malam itu. Sinta seperti nya belum rela jika Nayla bertemu dengan om Mukid. Sinta menghentikan langkah nya.
" Kenapa Sinta?" tanya Nayla.
" Apakah kamu mau ikut dengan aku menemui om Mukid?" tanya Sinta yang sebenarnya masih keberatan jika Nayla ikut bersamamu nya menemui Om Mukid. Nayla tersenyum.
" Baiklah, kamu tidak ingin aku mengganggu kencan kamu yah?" tuduh Nayla sambil menarik hidung Sinta. Sinta menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia malu diketahui oleh Nayla jika dirinya menyukai om- om atau seorang pria yang lebih tua dengan nya.
" Oke, kalau begitu aku kembali deh. Kamu selamat bersenang-senang dan happy sayang! Aku akan kembali mencari Susilo." kata Nayla.
" Terimakasih banyak Nayla!" ucap Sinta. Keduanya akhirnya berpisah. Sinta mulai celingukan mencari om Mukid. Akhirnya Sinta menemukan sosok pria dewasa yang benar-benar tampan dengan body tinggi besar seperti aktor-aktor laga.Sinta berjalan dan mendekat tempat duduk dimana Mukid sudah lama menunggu dirinya.
Sinta menarik nafasnya dalam- dalam. Betapa jantung nya kembali berdetak dengan cepat. Seluruh tubuh nya seketika demam.
" Apakah aku benar-benar sudah jatuh cinta dengan om Mukid?" batin Sinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments