Sinta mengikuti mata kuliah pagi ini dengan pikiran bertreveling. Dirinya memang seperti menyimak penjelasan dosen dengan penuh kidmat. Namun sejatinya pikiran nya kemana-mana. Sinta benar-benar seperti dimabok asmara dengan pria dewasa yang telah menabrakkan tempo lalu. Sekarang ini dirinya sudah semakin intens berkomunikasi dengan pria itu. Dengan Mukid dirinya sering berkirim pesan chat walaupun sekedar bertanya sudah makan apa belum, sudah mandi apa belum, Sedang melakukan aktivasi apa, dan lain-lain nya. Perhatian Mukid ini semakin membat Sinta menjadi bawa perasaan. Dirinya jadi berharap lebih dengan hubungan nya dengan Mukid. Sinta menjadi blingsatan jika sehari saja pesan chatnya belum mendapatkan balasan dari Mukid.
Seperti hari ini, pagi tadi Sinta telah mengirimkan pesan chat kepada Mukid namun belum juga di balasnya. Tanda read birupun belum ada. Sinta jadi galau jika Mukid tidak membalas chat nya. Sampai mata kuliah itu usai, Sinta masih duduk di kelas itu. Dirinya enggan bangkit dari tempat duduknya. Padahal satu jam lagi ada mata kuliah berikutnya.
" Sinta, kamu tidak mau ke kantin?" tanya Nayla yang tiba-tiba mendekati Sinta dan tentu saja membuat lamunan Sinta seketika memudar.
" Eh, tidak! Aku lagi malas." sahut Sinta.
" Ayolah, apakah kamu tidak lapar? Ayo kita ke kantin dan minum di sana jika kamu tidak mau makan." ajak Nayla. Nayla adalah kawan dekat Sinta di kampus itu. Sinta terbilang tidak memiliki kawan dekat. Sinta termasuk pilih- pilih dalam mencari teman. Memang banyak teman yang dikenalnya namun hanya sebatas tahu saja dan tidak terlalu dekat. Hanya Nayla yang sudah Sinta anggap sebagai teman dekat nya. Nayla lah yang suka jalan bareng dengan Sinta dan bahkan Nayla pernah menemani Sinta dirumah nya ketika mama nya Sinta sedang ke luar kota.
" Sinta, ayolah ke kantin. Apa kah kamu sedang sakit atau tidak enak badan sih?" tanya Nayla.
" Tidak! Aku tidak apa- apa, aku sehat kok." sahut Sinta.
" Atau kamu sedang ada masalah?" tanya Nayla.
" Tidak juga." sahut Sinta.
" Lalu apa, kamu jadi sangat pendiam sekarang ini." kata Nayla. Nayla melihat bola mata Nayla. Nayla masih menatap kosong di depan.
" Aku tidak tahu, Nayla." kata Sinta.
" Ya sudah, ayo kita ke kantin dulu, biar pikiran kamu lebih segar, mana tahu kamu bisa bercerita dengan aku." ajak Nayla sambil menarik tangan Sinta. Sinta akhirnya mengikuti ajakan Nayla.
Setelah sesampainya di kantin mereka duduk dan Nayla memesankan minuman untuk Sinta. Dua juz dan dia porsi nasi soto. Setelah pesanan nya tiba, Nayla mulai menyantap makanan itu. Sinta hanya menyeruput minuman nya.
" Ayo kamu harus makan, Sinta. Makanlah supaya kamu bisa kuat menanggung berat nya rasa rindu." ucap Nayla asal. Sinta melebar matanya. Sinta menganggap Nayla tahu akan keadaan nya yang benar-benar rindu pada sosok Mukid itu. Sinta mengambil mangkok sotonya dan mulai melahapnya. Nayla akhirnya tersenyum melihat reaksi Sinta yang seolah tertampar oleh kata- katanya padahal hanya candaan saja.
" Jadi kamu rindu seseorang? Siapa pria yang kamu rindu kan itu, hem?" tanya Nayla setelah habis sotonya. Sinta masih menikmati sotonya dengan lahap.
" Pria tampan dan berkharisma. Aku rasa aku sudah tergila-gila dengan nya Nayla." kata Sinta. Nayla terkekeh mendengarnya.
" Wah, sahabatku lagi kasmaran rupanya, makanya jadi susah makan." ucap Nayla.
" Ini sudah habis sotonya." kata Sinta.
" Bagus! Setelah ini kamu pasti bakal kuat menahan rindu itu. Hahaha." sahut Nayla. Sinta mencubit pipi Nayla yang cubby itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments