Braja Sewu mengeluarkan darah hitam kental dari mulutnya. Rupanya kakek Braja Sewu telah terkena serangan ajian pelebur jagat tingkat satu yang dikeluarkan oleh Nurbaiti. Nurbaiti merasa bersalah telah mengeluarkan ajian tersebut saat kakek Braja Sewu memaksa nya untuk bertarung lantaran ingin menguji kemampuan Nurbaiti dalam jurus Ajian pelebur jagat yang di ajarkan oleh guru tersohor Nyi Gusti Ruroh.
Nurbaiti kembali menyalurkan energi nya ke dalam tubuh kakek Braja Sewu. Tiba- tiba kakek Braja Sewu menyemburkan darah kental dari mulutnya. Kakek Braja Sewu kini mulai mengatur kondisi tubuh nya dengan menghimpun tenaganya kembali supaya cepat pulih. Setelah selesai kakek Braja Sewu duduk menghampiri Nurbaiti.
" Terimakasih Nurbaiti. Gurumu Nyi Gusti Ruroh pasti akan bangga memiliki murid seperti dirimu. Kamu ajian Ajian pelebur jagat tingkat satu benar-benar sudah sempurna dan kamu kuasai. Apalagi tenaga dalam kamupun tidak diragukan lagi." kata kakek Braja Sewu.
" Kakek jangan terlalu memuji aku, aku tahu saat pertarungan tadi, kakek tidak benar-benar mengeluarkan ajian srigunting. Kakek hanya berteriak saja, namun dalam kenyataannya kakek tidak mengeluarkan ajian srigunting tersebut. Dan aku merasa telah dibohongi oleh kakek." kata Nurbaiti. Seketika kakek Braja Sewu tertawa terbahak- bahak.
" Kamu memang sangat hebat dan jeli, Baiti! Selain kamu memiliki kesaktian yang cukup tinggi, kamu pun sangat baik hati dan sangat cantik. Jika kakek masih muda pasti kakek akan terpesona dengan kamu, Nurbaiti. Hahaha." ucap kakek Braja Sewu.
" Kakek!!" sahut Nurbaiti bersemu merah mukanya.
" Nurbaiti, jadilah murid aku Baiti! Aku sudah cukup berumur. Aku ingin mewariskan ajian srigunting kepada mu supaya kamu lebih bisa memerangi kejahatan di atas bumi ini. Lagipula dengan wajah kamu yang sangat cantik, akan banyak laki-laki yang ingin menggangu kamu. Kamu harus memiliki kekuatan yang lebih." ucap kakek Braja Sewu.
" Baiklah kek! Kek ngomong- omong aku sangat lapar." kata Nurbaiti sambil mengusap perutnya yang rata dan mulai gaduh dengan bunyi cacing di dalamnya.
" Hahaha, maafkan kakek! Baiklah kita segera mencari warung di pemukiman penduduk. Di dalam hutan ini tentu saja tidak ada warung kopi apalagi warung makan. Ayo!" kata kakek Braja Sewu yang langsung melesat dengan cepat. Nurbaiti segera menyusul kakek Braja Sewu menuju ke pemukiman penduduk yang terlihat ramai.
Tidak berapa lama, kakek Braja Sewu dan juga Nurbaiti berhenti di sebuah warung makan yang di tempat itu sedang banyak pengunjung yang beristirahat dan makan. Terlihat orang-orang yang sedang melakukan perjalanan sedang singgah di warung itu. Kakek Braja Sewu mencari tempat duduk di lantai dua. Nurbaiti mengikuti kakek Braja Sewu menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu itu. Namun sebelum keduanya duduk di kursi nya, ada seseorang yang menghentikan langkah kakek Braja Sewu dengan Nurbaiti.
" Tunggu!" teriak seorang pemuda. Sontak kakek Braja Sewu dan Nurbaiti menoleh ke arah suara itu.
Seorang pemuda dengan penampilan bangsawan berjalan mendekat kakek Braja Sewu dan Nurbaiti yang masih berdiri di anak tangga.
" Apakah kalian bukan orang sini?" tanya laki-laki yang bertubuh kekar itu.
" Benar! Apakah ada larangan orang asing masuk ke warung ini?" ucap kakek Braja Sewu.
" Benar! Tunjukkan identitas kalian!" kata laki-laki itu. Kakek Braja Sewu menunjukkan identitasnya. Laki-laki itu memberikan identitas kakek Braja Sewu setelah memperhatikan benda yang diberikan oleh kakek Braja Sewu.
" Maaf, rupanya anda salah satu sesepuh dari aliran putih. Lalu, bagaimana dengan gadis ini? Siapa dia dan mana identitas nya?" tanya laki-laki itu.
" Dia adalah murid ku! Baiklah tuan, maaf kalau sudah tidak ada urusan penting lainnya, bolehkah kami barang makan sebentar saja?" ucap Kakek Braja Sewu. Laki-laki itu mengangguk dan mengijinkan kakek Braja Sewu beserta Nurbaiti menikmati pelayanan di warung makan tempat itu.
Beberapa mata melihat kakek Braja Sewu beserta Nurbaiti. Beberapa pria hidung belangpun menatap liar ke arah Nurbaiti yang saat ini sedang menikmati makan nya. Nurbaiti sesaat cuek dengan pandangan pria hidung belang yang menatap dirinya dengan tatapan nakal. Bagi Nurbaiti saat ini harus mengisi perutnya yang sudah sangat kelaparan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments