" Guru, aku tidak akan membuatmu kecewa. Aku akan menegakkan kebenaran di muka bumi ini." gumam Nurbaiti Seraya melesat turun dari dahan pohon itu.
Nurbaiti mulai melanjutkan perjalanan. Tujuan pertamanya saat ini menuju sebuah perkampungan. Dia harus mencari warung makan. Sepanjang hari dirinya belum makan.
' Di sana ada cahaya lampu- lampu. Itu pasti sebuah perkampungan." pikir Nurbaiti. Namun sebelum dirinya melesat mendekat tempat pemukiman penduduk itu, ada sosok bayangan telah mengikutinya. Nurbaiti menghentikan langkah nya dan ingin tahu siapa yang saat ini sedang mengikuti dirinya.
" Keluar dari persembunyian kamu, jangan jadi orang pengecut, hah?" tantang Nurbaiti dengan suara lantang. Namun sampai beberapa saat orang yang mengikuti Nurbaiti sejak tadi tidak juga keluar dari persembunyiannya.
" Aku hitung sampai tiga jika kamu tidak keluar, jangan salahkan aku jika aku bersikap kasar terhadap kamu." kata Nurbaiti. Tidak ada pergerakan dari sosok yang bersembunyi itu. Nurbaiti tahu sosok yang telah mengikutinya saat ini sedang bersembunyi di balik semak belukar yang rimbun. Nurbaiti tersenyum menyeringai.
" Satu... " kata Nurbaiti.
" Dua.... " ucap Nurbaiti.
" Tiga... jiahhh... " Nurbaiti mengeluarkan ajiannya ke arah dimana sosok yang mengikutinya sedang bersembunyi.
Suara dentuman terdengar hingga membakar pohon, ranting dan semak belukar di tempat dimana Nurbaiti mengarahkan ajiannya ke sosok yang bersembunyi tersebut. Namun sebelum sosok itu ikut tersapu oleh ajian pelebur jagat tingkat satu, sosok tinggi besar itu telah berada di hadapan Nurbaiti.
" Hebat juga kamu, nona! Usia semuda kamu ternyata sudah memiliki ajian pelebur jagat yang terkenal itu. Apa hubungan kamu dengan Nyi Gusti Ruroh?" tanya pria setengah baya dengan kulit yang dekil dan hitam. Tampak giginya yang ompong tertawa tertawa terbahak- bahak.
" Kamu mengenali guruku?" tanya Nurbaiti. Nurbaiti tidak menyangka jika gurunya termasuk jagoan yang hebat dan diperhitungkan banyak orang. Bahkan ajian pelebur jagat sudah dikenal banyak orang.
" Siapa yang tidak mengenal guru mu yang cantik itu! Walaupun sudah tua dan keriput, Nyi Gusti Ruroh masih terbilang cantik awetnya. Sayangnya dia sudah menolak cintaku. Nurbaiti mengernyitkan dahinya.
" Oh, jadi kakek ini satu angkatan dengan guruku?" tanya Nurbaiti. Pria paruh baya itu terkekeh memperlihatkan giginya yang ompong.
" Aku menjadi penasaran ingin menguji kemampuan kamu. Kamu murid dari Nyi Gusti Ruroh. Jika kamu berhasil menangkis semua serangan-serangan ku, aku akan mengangkat kamu menjadi muridku. Dan aku ingin mewariskan ilmu srigunting kepada mu, nona." janji kakek itu.
" Maaf kek, aku tidak berminat untuk menjadi muridmu. Maaf, aku harus segera pergi." sahut Nurbaiti segera melesat meninggalkan tempat itu. Kakek yang berkulit hitam legam itu seketika terpancing emosinya. Segera saja laki-laki parah baya itu menyerang Nurbaiti dengan srigunting tingkat satu.
Nurbaiti yang belum siap- siap dengan serangan yang tiba-tiba itu, menjadi terpental hingga beberapa meter. Kakek itu tersenyum melihat Nurbaiti yang ekspresi nya seketika menjadi murka.
" Ayo serang aku! Kerahkan semua kemampuan kamu, bocah!" kata kakek itu.
" Maaf kek, aku tidak bisa menghadapi kamu. Rasanya tidak sopan jika bocah ingusan berduel dengan seorang kakek renta yang sudah lemah." ucap Nurbaiti. Kakek itu semakin merasa diremehkan.
" Sialan! Bocah ingusan sombong sekali kamu! Aku tidak mengira jika murid Nyi Gusti Ruroh akan sesombomg dan seangkuh dirimu." kata kakek itu.
" Kakek, aku tidak sombong. Namun sebagai anak yang lebih muda, sepantasnya menghormati orang yang sudah lemah dan tua. Jadi tidak diperkenankan melawan orang tua." ucap Nurbaiti. Kakek itu mulai mendidih ubun- ubunnya.
" Kurang ajar kau bocah!" umpat kakek itu.
" Aku Ki Braja sewu, akan memberikan pelajaran murid dari Nyi Gusti Ruroh supaya lebih memiliki sopan santun dan adap. Hiatt!!" kata kakek yang menyebut dirinya Ki Braja sewu itu. Kakek itu segera melancarkan serangan nya ke arah Nurbaiti. Nurbaiti masih mengelak dan menghindari nya. Sampai akhirnya Nurbaiti terpaksa harus mengeluarkan ajiannya.
Suara dentuman saling beradu dari kedua serangan yang dilancarkan oleh Nurbaiti dengan kakek Ki Braja Sewu tersebut.
"Ajian pelebur jagat tinggal satu! Hiattt!!!" teriak Nurbaiti.
" Ajian srigunting tingkat satu!" teriak kakek Ki Braja sewu.
Pohon- pohon di sekitar mereka mulai tumbang. Kedua pendekar yang berbeda generasi itu telah memporak-porandakan tempat itu. Mereka masih saling serang dan mengeluarkan kemampuan nya.
Bommm..
Duarrrr..
Hingga pada akhirnya Kekek Braja Sewu menghentikan serangan nya.
" Kamu hebat bocah!" ucapnya sambil menyeka darah yang keluar dari mulutnya.
" Eh, kamu tidak apa- apa kakek?" tanya Nurbaiti. Tidak lama kemudian Braja sewu berjalan dengan tertatih menuju sebuah pohon yang masih berdiri tegak. Kekek itu bersandar di sana dan mencoba mengatur tenaganya. Nurbaiti melihat dengan seksama keadaan Braja sewu.
" Kamu tidak apa- apa kan kek? Biar aku yang mengobati luka dalam mu." ucap Nurbaiti Seraya duduk bersila di belakang kakek itu dan menyalurkan tenaganya untuk memulihkan luka dalam kakek itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments