Hari ini minggu pagi yang tidak mengenakkan bagi Imel. Pasalnya walaupun dirinya mengatakan jika dirinya baik-baik saja dengan perselingkuhan Raka namun jika dirinya terus di teror dengan foto-foto kemesraan Raka dan Anggi membuat dirinya sakit juga.
"Huuuh..."
Imel menghembuskan nafas kasar. Pagi ini dirinya berusaha tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Imel tak ingin Nita merasa curiga. Walaupun mata pandanya tak dapat di bohongi.
"Abis begadang Lu?" Tanya Nita yang baru saja keluar dari kamarnya saat melihat Imel.
"Ya gitu deh. Notif grup rame." Bohong Imel.
"Kenapa ga lu matiin aja notif nya." Nita.
"Penting. Gw takut ketinggalan berita." Imel.
"Astaga! Ya udah. Yuk lari." Ajak Nita.
Mereka terbiasa lari pagi menyempatkan diri karena untuk berolah raga yang lain sangat sulit terjadwalkan.
"Dini belum keluar." Imel.
"Eh, iya. Semalam balik jam berapa dia. Ketok deh." Nita.
"Din... Dini.." Panggil Nita sambil mengetuk pintu Dini.
"Iiih,,,,,lama keburu panas. Udah ah biarin yuk." Ajak Nita.
Bersamaan dengan itu terdengar notif pesan di ponsel Imel. Yang berisikan pesan dari Dini yang nengatakan jika dirinya menginap di rumah Omanya Wulan.
"Yaaah... Ampe ni kosan runtuh juga ga bakalan di buka kalo gitu mah." Imel.
"Apaan?" Nita.
"Si Cumi ga ada." Imel.
"Eh, kemana dia?" Nita.
"Nginep di rumah Oma Wulan." Imel.
"Beuuuhhh... Ya udah yuk kita cus.." Nita.
Mereka berdua pun akhirnya pergi untuk lari pagi. Sepanjang perjalanan selalu dan selalu Imel membalas sapaan setiap orang yang menyapanya. Dengan terpaksa Nita lun harus mengukir senyumannya. Walau terkadang dirinya dan Dini merasa ngga perlu.
"Mel, lu udah mau pergi ya?" Nita.
"Besok gw baru mau liat penempatannya." Imel.
"Terus kapan mulainya?" Nita.
"Belum tau. Kalo kata senior sih dari pengumuman biasanya sekitar semingguan lagi mulainya. Tapi, ada juga yang bilang tiga hari." Imel.
"Siap Lu?" Nita.
"Siap ga siap mesti siap Nit." Imel.
"Semangat ya cinta. Dimana pun lu dapet kita pasti support lu." Nita.
"Thanks ya cintaku." Imel.
Olah raga pagi mereka pun di akhiri dengan membeli sarapan pagi. Kali ini Imel dan Nita memilih menu bubur ayam. Setelah selesai mereka pun kembali ke kostan mereka.
"Pagi Mba-mba." Sapa Topan anak pemilik kost.
"Pagi!"
"Wuih,, pagi-pagi udah cuci motor aja. Mau ngapel ya?" Tanya Imel.
"Ceh, Mba Imel ini tau aja. Biasa lah Mba anak muda." Topan.
"Dih, anak muda." Goda Nita.
"Kaya Mba Nita gitu gandengan." Topan.
"Iya dong. Truk aja gandengan masa Imel sendiri." Goda Nita dan Topan.
"Hahaha..."
Mereka berdua pun puas menggoda Imel sampai tertawa lepas.
"Iiih,, awas ya. Gw gandengan jangan ada yang nyalip." Ucap Imel memasuki kamarnya.
Imel menyibukkan hari liburnya dengan membersihkan kamar kostnya. Sementara Nita seperti biasa Heru akan menjemputnya jika hari minggu. Karena pekerjaan Heru yang membuat mereka hanya bisa bertemu di akhir pekan.
"Mel, gw pergi dulu ya. Mas Her udah jemput." Nita.
"Oke. Hati-hati ya." Imel.
"Oke." Nita.
Sementara Imel menyibukkan diri di kost. Dini dan Wulan masih berada di rumah Opa dan Oma Wulan. Wulan masih menempel pada Om kesayangannya. Karena sudah tiga tahun Om nya itu tak pulang. Pekerjaannya membuat Bima jarang pulang ketanah air.
"Gimana persiapan pertunangan kalian?" Bima.
"Udah siap Om. Tinggal beberapa persen lagi. Hal-hal kecil lah." Juan.
"Terus kenapa nih anak kecil cemberut aja?" Bima.
"Sahabat Wulan udah mulai internsip minggu ini. Jadi kemungkinan saat acara tunangan Wulan dia ga ada. Sedih.." Curhat Wulan.
"Astaga! Gabada dia juga kan acara bisa tetap berlangsung." Bima.
"Beda Om. Masa kita biasa berempat terus cuma bertiga. Jadi ga bisa jalan dong mobilnya." Wulan.
"Kalo dia sahabat setia. Bagaimana pun pasti menyempatkan dirinya untuk datang." Bima.
"Itu juga yang dia bilang. Tapi, kalo tugasnya masih di kota sini atau dekat dari sini. Tapi, kalo dia kebagia di pelosok nan jauh di sana gimana huaaa...." Tangis Wulan pun pecah.
Dini pun ikut meneteskam air matanya mendengar curhatan Wulan. Mereka berempat memang berjanji apapun ceritanya mereka akan tetap bersama. Tidak akan percaya omongan dari luar sebelum salah satu di antara mereka bercerita.
"Dit, udah usahakan?" Bima.
"Sudah Om. Tapi, katanya sudah di tentukan fakultasnya. Dan sudah di ajukan jadi tidak bisa di rubah." Dodit.
"Terus?" Bima.
"Belum bisa di liat Om. Yang nyimpen data kemarin ga ada." Dodit.
"Kalian berdo'a saja. Semoga dia ga pergi jauh." Bima.
"Iya Om." Wulan.
"Lan, gw pamit dulu ya." Dini.
"Kok pamit Din?" Wulan.
"Kasian Imel sendiri di kost." Dini.
"Ya udah. Tapi, sorry ya gw ga bisa nemenin." Wulan.
"Santai cinta." Dini.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
nuraeinieni
persahabatan yg kompak
2022-06-30
1
Mauli_datun
lanjutkan semangat mu menulis thor,,, 💪💪
2022-06-29
2