Incident di Lab Kimia

"Baiklah akan bapak mulai bacakan....

"Kelompok pertama, Arsyad, Viona, Sarah, Evan, Putri, dan Siska. Kelompok kedua, Alma, Rima, Gunawan, Rendi, Zila, dan Bimo. Kelompok ke tiga Keira, Rahul, Dio, Eca, dan Sandy." Saat kata diucapkan oleh pak Ardo hal itu membuat Keira menolehkan kepala ke arah laki-laki yang masih dengan pandangan ke arah depan.

"Kelompok ke empat, Wawan, Qila, Arman, Olivia, dan Arsen."

Sedangkan Oliv, ia harus meratapi dirinya. Pasalnya kali ini ia sangat tidak beruntung. Karena Arsen merupakan manusia yang sangat ingin Oliv hindari. Tapi lagi-lagi takdir berkata lain.

Tatapan tajam itu Oliv lemparkan kearah Arsen. Dan Arsen hanya bisa menaikkan alisnya acuh.

"Sial banget sih gue hari ini harus se-kelompok sama lo!!" Gerutu Oliv tepat di sebelah Arsen.

"Kenapa harus sial?? Emang lo nggak suka sekelompok sama cowok se-kece gue??" Ujar Arsen dengan smrik di bibirnya.

"Idih kata siapa lo kece?? Oh ya lupa kan banyak cewek yang matanya agak keganggu jadi bisa bilang lo kece." Balas Oliv.

Pak Ardo pun akhirnya selesai membacakan kelompok yang telah ia bagi. Dan tanpa membantah mereka segera berkumpul dengan kelompoknya masing-masing di meja yang telah tersedia.

Keira menatap laki-laki yang duduk di sebelahnya. Namun mata laki-laki tersebut sedikit pun tak menatapnya. Sehingga Keira hanya bisa menghela nafas pelan.

"Sebelum bapak mula praktikum hari ini, marilah kita berdoa menurut agama masing-masing. Berdoa mulai," seperti biasa pak Ardo selalu melakukan hal tersebut sebelum ia memulai praktikum ataupun memulai mengajar di kelas.

Seluruh siwa-siswi sibuk dengan praktikum yang mereka kerjakan. Satu kelompok disediakan beberapa alat praktikum lengkap, salah satunya yaitu tabung reaksi.

Tak terkecuali Keira. Gadis itu terlihat cukup sibuk saat mengukur suhu larutan yang sedang dipanaskan itu. Sedangkan Arkai, ia saat ini terlihat cukup sibuk karena harus mencampurkan beberapa larutan dengan takaran yang pas.

"Eca, tolong gantiin gue bentar dong. Soalnya gue mau ambil larutan."

"Oke Ra." Eca langsung mengambil posisi yang sebelumnya ditempati oleh Keira.

"Perhatiin suhunya jangan sampai 30°." Pesan Keira sebelum akhirnya gadis itu menghilang dari sana.

Tak lama setelah itu, Keira kembali dari ruangan yang merupakan tempat menyimpan segala larutan tersebut. Kedua tangan nya itu masing-masing membawa larutan yang tak sejenis.

Sepanjang Keira berjalan ia terus memperhatikan gelas breaker berisi larutan yang ia letakkan di tangan kanan dan kirinya secara bergantian.

Pyarrr...

Kehati-hatian Keira sia-sia. Mungkin karena ia kurang memperhatikan jalan, jadi saat ada seseorang yang melintas di depan Keira sedikitpun gadis itu tak mempedulikan nya.

Sehingga ia terjatuh dengan gelas yang ia bawa sebelumnya lepas dari genggaman nya dan langsung pecah dilantai bersamaan ia jatuh tersungkur.

"Keira!!" Teriak Alma dan saat itu juga ia langsung menghampiri Keira.

Mendengar suara itu, jiwa ke-kepo an siswa yang lainnya pun meningkat. Tanpa di beri aba-aba mereka langsung mengerumuni Keira yang terduduk di lantai dengan sekali sekali meniup tangannya yang terkena sedikit larutan tersebut.

"Lo nggak pa-pa Ra??" Tanya Alma dengan menyelidiki area tubuh Keira yang sekiranya terluka akibat pecahan kaca ataupun terkena cairan tersebut.

"Tangan gue perih Al."

"Ada apa ini??"suara bariton itu berhasil mengintrupsi mereka. Lalu pak Ardo langsung menuju kerumunan yang diciptakan oleh muridnya itu.

"Keira?? Kenapa tangan kamu??" Tanya pak Ardo saat beliau berada di depan gadis itu.

Sedangkan Arkai yang masih berada di meja kelompok nya sedikitpun tak terganggu dengan kegaduhan di sekitarnya itu.

"San, Keira." Ujar Dio yang baru kembali dari kerumunan itu.

"Kenapa??" Arkai bertanya balik dengan nada yang cukup santai.

"Itu si Keira ngga sengaja nabrak Sasa trus dia jatoh deh." Sahut Rahul yang juga baru kembali dari tkp.

"Terus apa hubungannya sama gue??"

"Ish. Banyak nanya deh lo San, mending sana bantu pak Ardo bawa Keira ke Uks. Lagian dia juga kelompok kita." Kini Eca juga ikut angkat bicara.

"Kenapa nggak lo??" Arkai sekarang beralih menatap Eca.

"Gue masih ngurusin ini, udah kesana buruan!!"

Karena desakan teman temannya itu lah Arkai terpaksa menghampiri kerumunan tersebut.

"Tangan kamu harus segera diberi antiseptic Keira," ucap pak Ardo.

"Engga usah pak--"

"Biar saya yang mengantar Keira pak." Suara itu berhasil memberhentikan ucapan Keira. Di depan gadis itu muncul dari kerumunan manusia seseorang yang sangat ia kenal. Siapa lagi kalau bukan Arkai Sandy Zerico.

"Oh kebetulan sekali Sandy, kamu juga satu kelompok dengan Keira bukan??"

"Iya pak."

"Ya sudah segera bawa teman kamu ini ke Uks."

Lalu Arkai langsung mengulurkan tangannya agar memudahkan Keira untuk berdiri. Tanpa mengucapkan satu kata pun Arkai langsung menggandeng Keira menuju Uks yang terletaknya cukup jauh. Keira pun hanya bisa bungkam saat diperlakukan Arkai seperti itu.

Sedangkan Alma membersihkan pecahan gelas yang berserakan itu, dibantu oleh beberapa temannya yang lain.

Keadaan koridor yang Keira lewati itu tampak sepi, dan juga Uks yang cukup lebar itupun juga tak ada satupun orang didalam nya. Mungkin hal tersebut dikarena pada jam ini seluruh murid wajib mengikuti KBM di kelas masing-masing.

Arkai langsung melepaskan tangannya. Lalu ia menuju almari yang berisi bermacam obat beserta alat P3K lainnya. Setelah lelaki itu menemukan antiseptic, saleb beserta kapas ia langsung menghampiri Keira yang sudah duduk di salah satu kasur yang tersedia disana.

Keira memperhatikan dengan seksama bagaimana telaten Arkai merawat lukanya ini. Mungkin raut wajah lelaki itu tampak acuh tak acuh. Namun ia yakin di dalam lubuk hati lelaki itu masih memiliki rasa khawatir. Dan ia sangat rindu saat saat seperti ini.

"Dari sini aku semakin yakin bahwa kamu masih menyimpan rasa itu Kai." Tak ada reapon yang Arkai lontarkan saat mendengar ucapan Keira yang cukup jelas ditelinganya itu.

"Tapi entah kenapa disisi lain aku ragu akan pendapat itu. Kamu sudah banyak berubah Kai." Lanjut Keira.

"Kai plis kali ini aja coba tatap mata aku." Pinta Keira saat mengetahui lelaki itu sedikitpun seperti tak mendengarkannya. Dan lagi-lagi Arkai tak melakukan apa yang gadis itu minta.

Tangan kiri Keira terulur ke arah dagu Arkai dan mengangkat wajah lelaki itu. Mata mereka bertemu. Keira pun menatap dalam iris mata milik Arkai.

"Berapa banyak hal yang engga aku ketahui tentang kamu Kai?? Apa kepergian ku selama 10 tahun ini berdampak sebesar itu terhadap kehidupan kamu??" Dan Arkai tak sedikit pun merespon ucapan perempuan di depannya. Namun dapat ia lihat bahwa mata gadis itu sedikit berkaca-kaca.

Entah keberanian dari mana Keira langsung memeluk lelaki yang ia rindukan itu. Dan saat itu juga air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya berhasil menampakkan dirinya. Dipelukan Arkai itulah Keira menumpahkan tangisnya.

"Kei rindu Kai yang dulu. Kei rindu Kai yang selalu perhatian, Kai yang baik, Kai yang hangat, Kai yang menyayangi sekaligus mencintai Kei." Lagi-lagi Arkai hanya bisa membiarkan perempuan itu menumpahkan segala keluh kesah nya tanpa membalas pelukan yang perempuan itu berikan.

"Tapi kenapa secepat ini kai berubah seperti bukan Kai yang Kei kenal dulu?? Kemana Kainya Keira dulu?? Pliss Kai jelaskan semua nya agar Kei ngerti."

Seketika suara tangis Keira memenuhi ruangan tersebut. Tak ada lagi kata-kata yang keluar dari gadis itu.

"Udah nangis nya??" Suara dingin itu membuat Keira langsung memberhenti kan tangisan nya. Dan ia langsung merenggangkan pelukan itu.

"Apa ada lagi yang mau lo tanyakan ke gue??" Keira terdiam mendengar perkataan lelaki di depannya itu. Tatapan tak percaya langsung terbentuk di wajah gadis itu. Karena ia tak percaya kata kata itu keluar dari bibir seorang Arkai.

Tanpa mempedulikan hal itu, Arkai beranjak dari duduknya. Dan ia langsung berjalan menjauhi Keira. Namun baru beberapa langkah ia kembali berbalik menatap Keira yang masih duduk diatas kasur Uks.

"Oh ya ada hal yang lo harus tau. Gue enggak akan pernah kembali ke diri gue yang dulu, atau ke diri gue yang lo kenal dulu. Karena Arkai yang dulu sudah musnah. Jadi ini terakhir kali nya lo berharap gue kembali. Dan satu lagi, nggak ada hal yang harus gue ceritakan ke lo, karena lo bukan siapa-siapa di hidup gue." Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Arkai langsung keluar dari ruangan tersebut. Sedangkan Keira ia mematung tak percaya, cukup sulit ia menerima apa yang sudah lelaki itu ucapkan.

'Apa seburuk itu aku dimata kamu kai??'

°••°

TBC

Terpopuler

Comments

Cahaya yani

Cahaya yani

knp gue mewek huuhh

2022-06-30

0

Nurliah Kisarani Lia

Nurliah Kisarani Lia

next thor

2021-09-06

0

Puan Harahap

Puan Harahap

hadir thor
⚘⚘PRIA IDOLA DAN
MENIKAHI PRIA URAKAN⚘⚘
Yuk saling dukung

2021-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!