Pria yang sering di katai bujang lapuk itu merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar.
"Mel, saya janji akan menjerat hatimu bagaimanapun caranya. Saya tidak akan membiarkan kamu berpacaran atau menjadi milik orang lain. Tekad saya sudah bulat untuk memperjuangkan mu dan Tuhan telah menunjukan jalannya untukku masuk ke dalam hatimu."
"Semoga kamu pun merasakan apa yang ku rasa, anak kecil," gumamnya memejamkan mata.
*********
Wanita berkacamata nan cantik itu menangis di pangkuan Mamanya. Ia merebahkan kepalanya menghadapkan wajah ke perut sang Mama dan memeluknya sambil terisak.
Amel menceritakan semuanya karena ia tidak pernah menutupi apapun dari keluarganya.
"Kamu yang sabar, Mel. Mungkin Rangga bukan yang terbaik untukmu dan Mama bersyukur Tuhan telah menunjukan siapa dia yang sebenarnya sebelum kalian menikah." Dinda mengusap kepala putrinya yang ada di pangkuan.
"Rasanya sungguh sakit, Mah. Baru juga merasakan jatuh cinta lagi dan baru memiliki pacar sudah dikhianati seperti ini."
"Kan Mama sudah bilang jangan pacaran dan jangan terlalu berharap sama manusia. Kalau jodoh mah tak akan kemana meski jauh sekalipun, kalau jodoh pasti akan mendekat. Contohnya Abang kamu, dia tidak pernah pacaran dan baru jatuh cinta sama Syafira terus langsung nikah."
Amel diam menyimak nasehat orang tuanya. Iapun bangun mendudukan bokongnya menghapus sisa air mata.
"Aku tidak mau pacaran lagi, aku maunya langsung menikah saja. Siapapun dia asalkan kalian setuju aku akan menurutinya."
Dinda tersenyum mengusap punggung Amel. "Sebenarnya kita punya calon untukmu."
"Siapa?"
"Doni Alexander, Kami lebih setuju kamu sama dia."
Amel melotot terkejut. "Om bujang lapuk itu? iiiihhhhh ogah, aku tidak mau sama dia. Dia terlalu tua untukku, Mah. Aku tidak suka yang umurnya jauh dariku." ujar Amel mengerucutkan bibirnya.
"Meski Doni sudah dewasa tapi rupanya masih seperti umur 30 tahunan, Mel. Dia ganteng, gagah, macho, keren, bertanggungjawab, dan yang pasti kita udah kenal keluarganya. Lagian kalian sah-sah saja kalau menikah karena tak ada ikatan darah diantara kalian."
"Mamah ini kenapa ngebet banget aku sama Om Doni? aku tidak mau sama bujang lapuk itu. Dia ngeselin, suka main jitak atau main sentil sembarangan dan ia kurang ajar," Amel makin kesal saja.
"Pokoknya aku tidak mau sama bujang lapuk! titik!" Amel berdiri berjalan meninggalkan Mamanya.
"Jangan menolak, siapa tahu kamu terjerat cinta bujang lapuk seorang Doni Alexander," pekik Dinda mengulum senang melihat kekesalan putrinya.
"Tidak akan!" jawab Amel tak kalah keras masuk ke dalam kamarnya.
**********
"Pagi Nenek," sapa Felix berlari masuk ke dalam dapur memeluk Dinda yang sedang memasak.
"Pagi juga cucu Nenek yang paling ganteng." Balas Dinda memeluk Felix dan mencium pecuk kepala cucunya.
"Wah udah rapi, mau berangkat sekolah ya?" tanya Dinda melihat Felix sudah rapi dengan setelan sekolahnya.
"Iya, Nek. Kan hari ini hari pertama masuk sekolah dasar." Felix duduk di kursi tak lama kemudian datanglah Reyhan Syafira dan baby Anin yang ada di gendongannya Fira.
Sebelum mengantar Felix sekolah, mereka menyempatkan mampir ke rumah Dinda.
"Papa dan Amel mana?" tanya Reyhan.
"Papa mah sudah berangkat karena ada barang datang, kalau Amel lagi di kamarnya habis patah hati," jawab Dinda menyiapkan makanan di atas meja.
"Habis putus sama pacarnya?" ucap Rey mengambil roti kemudian menyuapi ke Syafira.
"Iya, tapi Mama senang dia udah putus sama pacarnya. Mama kurang setuju sama Rangga."
"Syukurlah kalau Amel sudah tahu siapa Rangga jadi kita tak perlu mencari cara lagi untuk memutuskan hubungan keduanya," timpal Syafira.
"Waaaah makanannya sudah tersaji nih. Kebetulan dong aku datangnya," sahut Doni baru datang langsung duduk begitu saja.
"Uncle Om mah selalu numpang makan di mana-mana sih. Enggak di rumah Bunda, gak di rumah Uti, gak di rumah Nenek, gak di rumah Oma, pasti datang pas lagi siap sarapan." Sindir Felix.
"Itu namanya kebetulan, rezeki anak Soleh jadi Uncle Om tidak perlu masak."
"Bukan kebetulan tapi memang mau minta makan," sindir Fira mencebik.
"Nah, itu kamu tahu, Ra. Mau minta makan makanya Uncle Om selalu datang pagi-pagi."
"Makanya nikah supaya ada yang masakin tiap pagi. Jangan jadi bujang lapuk terus," kali ini Reyhan yang menyindir masalah nikah.
"Mau nikah gimana, Amelnya saja nolak terus."
"Hahahaha Om nya ketuaan kali, jadi Amel tidak mau sama bujang lapuk kayak Om," sahut Fira tertawa.
Doni mendelik tajam ke arah Ponakannya.
"Kenapa nama Amel di bawa-bawa?" celetuk Amel menghampiri dan melewati tempat duduk Doni.
"Mel mundur sini!" celetuk Doni.
Amel yang ingin duduk mengernyit bingung begitupun dengan yang lainnya. "Kenapa?"
"Mundur dulu deh, sini!" kata Doni.
Amelpun mundur dan berdiri di dekat Doni meski heran. "Ada apa?"
"Cantiknya kelewatan," ucap Doni mengerlingkan mata.
Pipi Amel bersemu merah, ia memalingkan wajahnya.
"Huhuhuhu gombal," sorak yang ada di sana.
**********
Seperti biasanya Doni mendekatkan diri pada wanita yang ia cintai dan Donipun mengantarkan Amel ke tempat kerjanya.
Mereka berdua turun dari motor. Amel yang melihat ada Rangga segera menarik Doni masuk kedalam ruangannya.
"Amel, kenapa kamu narik-narik? kamu gak usah narik-narik karena kamu udah menarik."
Amel tersenyum kecut. "Dasar aneh, aku narik-narik Om sebab di luar ada Rangga. Aku males ketemu dia."
"Oh kirain narik-narik sudah tidak sabar ingin berduaan."
"Apaan sih? gak jelas banget deh Om," Amel duduk di sofa.
"Mau jelas? makanya kita nikah supaya hubungan kita jelas." Doni ikut duduk di samping Amel.
Amel mendadak ngeri, ia menggeser duduknya tapi Doni malah menggeser kembali. Amel terus menggeser sampai mentok di ujung Sofa, Doni pun kembali menggeser duduknya.
"Om jauh-jauh deh!" Amel mendorong pelan bahu Doni.
"Aku tidak bisa jauh-jauh dari kamu. Kamu bagaikan magnet yang terus menarikku untuk selalu mendekat padamu." Doni sendiri geli akan sikapnya, ia menoleh ke samping sebab malu bukan main harus ngegombal seperti ini demi Amel.
Amel melongo akan sikap Doni yang menurutnya tidak sesuai dengan usia dan wajahnya yang terlihat berwibawa. Dia berdiri dari duduknya. Doni yang merasa jauh dari Amel kembali menggeser duduknya namun...
Bruk....
Yang ada Doni malah jatuh terduduk dan itu sukses membuat Amel tertawa puas terbahak-bahak.
"Aduhhh, pantat gue!" Doni mengaduh memegang pinggangnya.
"Hahahaha sakit gak Om? sakit lah masa kagak. Hahahaha Om, Om, makanya kalau duduk hati-hati!"
"Ck, dasar anak kecil durhaka. Bukannya bantuin bangun malah tertawa ngakak. Tapi tak apa, asalkan kamu bahagia akan ku lakukan meski harus guling-guling di hadapanmu." Ucap Doni berdiri dari duduknya.
Cup.....
secepat kilat Doni mengecup pipi Amel dan kabur begitu saja. Aksi Doni mampu membuat Amel yang tadinya tertawa seketika mematung terkejut.
"Dasar bujang lapuk kurang ajar....." pekik Amel.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Yani
😁😁😁
2024-06-24
0
Qaisaa Nazarudin
Maaf thor aku bacanya sambil nyengar nyengir sendiri..untuk aku dewean, kalo ada org lain,pasti aku udah di nilang gila, 😂😂😂😜😜
2023-07-16
0
Widia Aja
Ayo maju terus bujang lapuk tampan...
2023-02-02
1