Modusnya Doni

Pagi-pagi sekali Doni sudah tiba di rumah Arman. "Pagi Om," sapa Doni menghampiri Arman yang sedang lari di tempat.

"Pagi, Doni. Ada angin apa pagi-pagi datang kemari? tidak biasanya lho," Arman berhenti dari aktivitasnya dan duduk di kursi depan rumah.

"Mau jemput Amel. Hmmm sekalian berangkat bareng maksudnya. Kebetulan tujuanku ke Cafe yang dekat dengan toko kalian," Doni ikut duduk.

"Oh, Om senang kalian bisa dekat, Om juga berharap kalian bersama karena Om hanya yakin sama kamu meski banyak diluaran sana pria yang mendekati Amel."

Doni tersenyum simpul. "Emangnya Om Arman setuju sama bujang lapuk seperti saya? Amel sendiri nolak saya mentah-mentah."

"Meski kau bujang lapuk, tapi kau bertanggung jawab, jujur, baik, dan tentunya pekerja keras. Om dukung kamu kalau kamu mau sama Amel yang petakilan dan sedikit judes itu."

"Ada apa ini? kenapa bawa-bawa Amel?" sahut Amel sempat mendengar namanya di bawa-bawa.

Doni dan Arman menoleh ke arah pintu dan ternyata Amel sudah siap berangkat kerja.

"Om, ngapain di mari?"

"Menjemputmu, kita berangkat bareng."

"Kamu ikut Doni saja, Mel. Papa tidak akan melarang kalian jalan bareng," kata Arman.

"Dihhh, Papa aneh malah ngizinin aku jalan bareng dia. Aku tidak mau ikut sama dia, Pah."

"Udah, ayo ikut aku!" Doni berdiri menarik paksa pergelangan tangan Amel.

"Om, aku tidak mau ih, lepasin!" Amel memberenggut kesal.

********

"Apa kamu masih pacaran sama dia?" tanya Doni ketika keduanya berada di dalam mobil.

"Masih, ngapain Om nanyain hubungan kami?" Amel menoleh memicingkan mata.

"Kamu harus jauh-jauh darinya, kalau bisa putuskan hubungan kalian. Dia bukan pria yang setia, Mel."

"Kenapa Om ngatur aku? Aku percaya kalau Rangga pria baik dan setia. Dan jangan pernah menjelek-jelekkan dia di hadapanku."

"Om hanya tidak mau kamu tersakiti, Mel. Dia tidak baik."

"Om ini kenapa sih selalu ngerecokin hidup aku. Sejak kita kenal Om selalu saja ngatur ini ngatur itu, ini tidak boleh itu tidak boleh seolah aku ini pacar Om."

"Mending Om fokus sama diri Om saja untuk mencari calon istri," lanjut Amel menggerutu kesal.

"Kan calon istrinya, kamu. Emangnya kamu tidak mau menjadi istriku?" tanya Doni menoleh sebentar kemudian kembali menatap kedepan.

"Aku tidak mau sama Om. Om itu terlalu tua dan bukan tipe ku. Umur kita beda 11 tahun, Om." Tolak Amel tegas.

"Memangnya kenapa? yang penting aku mencintaimu dan akan ku usahakan untuk tetap tampil muda demi kamu."

"Hahahaha kau itu aneh, Om. Aku tidak percaya dengan cintamu."

Doni memberhentikan mobilnya lalu ia menghadap ke arah Amel menatap serius matanya. "Lihat Aku!" Doni menangkup wajah Amel.

"Om serius kalau Om mencintaimu, Om ingin kamu menjadi istriku dan Om akan menunggu kamu sampai hatimu terbuka untukku."

Cup...

Doni mengecup lembut kening Amel dan itu sukses membuat Amel terbelalak dan jantungnya berdegup kencang.

"Aku mencintaimu, Amelia." ucapnya melepaskan tangan yang ada di pipi Amel lalu keluar mobil sebab mereka sudah sampai di tempat yang mereka tuju.

Amel bengong, tangannya terulur memegang kening yang tadi di kecup. "Ini ciuman pertama dari pria selain Abang dan Papa."

Kemudian tangannya berpindah memegang dadanya. "Kenapa jantungku berdebar dan aku merasa perasaan ini berbeda dengan yang kurasakan saat bersama Rangga?"

Amel menggelengkan kepala menolak percaya dengan apa yang ia rasa. Dia turun dari mobil masuk ke dalam toko.

*********

Doni melangkah masuk ke dalam toko mainan dan ia berniat mengajak Amel pulang. "Hai, anak kecil." sapanya duduk di depan meja kerja Amel memperhatikan wanita itu serius.

"Jangan lihatin aku terus, Om. Nanti suka lho," ucap Amel mencatat laporan dari Gilang mengenai barang-barang yang sudah kosong.

"Saya emang sudah suka sama kamu sejak pertama kali ketemu kamu."

Tangan yang sedang menulis pun berhenti, Amel mendongak menatap serius wajah paman dari kakak iparnya.

"Sudahlah, Om. Aku tidak akan pernah tergoda sama gombalanmu, dan aku ingatkan kembali kalau aku sudah punya pacar."

"Saya tahu, maka dari itu saya mau menunggu kamu karena saya yakin kamulah takdirku," jawab Doni tersenyum manis mengusap kepala Amel.

"Sampai kapan pun aku tidak akan suka sama Om. Om terlalu ketuaan untukku," balas Amel melanjutkan kembali aktifitasnya.

"Sekarang menolak, siapa tahu nanti tak ingin jauh." Doni masih betah memandangi gadis berkacamata itu penuh sayang.

"Tidak akan pernah. Mending Om pulang sana!"

"Gak mau, masih ingin menunggu kamu di sini dan kita akan pulang bareng," tolaknya tegas.

Amel membuang nafas secara kasar, ia males berdebat dan akhirnya mau mengalah.

***********

"Aku kira Om pake mobil, eh tahunya pake motor," ujar Amel cemberut.

"Bosan pakai mobil mah. Sesekali pakai motor supaya terlihat romantis, apalagi kalau kamu meluk aku dari belakang pasti terkesan romantis dan mesra," ujar Doni mengambil tangan Amel untuk berpegang ke pinggangnya.

"Apaan sih, jangan modus deh Om!" Amel menarik tangannya.

Doni tersenyum, ia menyalakan stater kemudian memajukan cukup kencang sehingga repleks tangan Amel berpegangan ke pinggang Doni.

"Iiiissssh bujang lapuk ngeselin, modus banget sih," gerutunya memukul pundak Doni dari belakang dan Doni tertawa bahagia bisa mengerjai bocah kecilnya.

Sedang di perjalanan, hujan tiba-tiba turun membuat Doni menepikan motornya di warung pecel ayam yang tutup. "Kita berteduh dulu, Mel. Om lupa bawa jas hujan."

Amel turun sedikit berlari ketempat teduh begitupun dengan Doni. Keduanya duduk menunggu hujan reda.

"Om pasti mau modus lagi sok-sok'an berteduh di sini supaya mau deketin aku terus bilang, 'kamu dingin gak? nih pakai jaket aku' kemudian Om pasang jaketnya ke pundak aku." Cerocos Amel tanpa rem dengan mimik muka kesalnya.

Pletak....

"Pikirannya ngaco deh, saya tidak akan melakukan itu karena saya akan langsung kepada skenario berikutnya yang lebih dari itu," jawab Doni menatap lekat-lekat wajah Amel.

"Maksud Om?" tanya Amel mengerutkan keningnya.

Doni memegang dagu Amel membuat Amel mematung dan terhipnotis akan sorot mata teduh milik bujang lapuk. Doni menempelkan bibirnya dengan bibir Amel mengecup lembut bibir tipis itu.

Amel terbelalak melotot sempurna, ia menatap tidak percaya bahwa Doni menciumnya.

"Manis, seperti wajahmu." Cup... Doni kembali mengecup kening Amel.

"O-om, kau...."

"Aku mencintaimu, Amelia. Aku akan setia menunggu sampai kamu mau membuka hatimu untukku dan aku tidak akan pernah berpaling darimu kecuali kamu sendiri yang menyuruhku menjauhi dan menikahi wanita lain."

Amel menunduk, entah kenapa ia tidak bisa menolak kecupan dari Doni padahal kalau Rangga mau melakukannya ia suka menolak dan marah. Tapi Doni, mampu membuat Amel mematung tak berdaya.

Ia mendongak dan matanya tak sengaja melihat motor seseorang yang ia kenal lewat depan warung yang ia tempati.

"Rangga...."

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Amel sebenar suka sama Doni belum sadar sama perasaannya 🤭

2024-06-24

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Noh lihat di depan mata kamu dia selingkuh..

2023-07-16

0

Widia Aja

Widia Aja

Rangga lagi bonceng cewek???

2023-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!