Delmira pun akhirnya mencium punggung tangan Zaidan, lelaki yang tidak pernah dalam angan yang kini sah menjadi suaminya.
Zaidan menggandeng Delmira untuk duduk di pelaminan menyapa tamu undangan, terutama mengikuti ritual adat Jawa.
Sungkem pada dua orang tua masing-masing mempelai adalah salah satu ritual yang tidak dapat dilewati.
Delmira tidak mencari pengganti untuk kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia. Dia sengaja melakukan itu, agar orang tua Zaidan melihat betapa terpuruknya dia tanpa kedua orang tua.
Sekilas Delmira menatap sengit ke arah Fatah. Lelaki tua yang telah membuat dirinya menjadi yatim piatu, kehilangan anak, dan juga suami.
'Kamu yang memaksaku masuk dalam kehidupan kamu Pak tua! Aku pastikan anak kamu akan bahagia hidup bersamaku lalu dia akan menderita karena kehilanganku!' gumam batin Delmira masih berdiri dengan tatapan tajam.
"Del," panggil Zaidan agar Delmira ikut duduk sungkem di depan Abah Fatah dan ummi Aisyah.
Delmira menuruti isyarat dari Zaidan.
"Maafkan Abah Nak," ucap Fatah dan ini bukan kali pertama Fatah mengucapkan kata maaf pada Delmira.
'Kata maaf saja tidak akan dapat mengembalikan semuanya!' sahut batin Delmira.
Fatah mengelus pucuk kepala Delmira lalu menggumamkan doa. Hal yang sama juga dilakukan ummi Aisyah.
Prosesi pernikahan adat Jawa satu persatu telah dilalui dan acara terakhir memberi ucapan selamat pada pengantin. Delmira mengundang beberapa teman dekat, Zaidan pun sama. Namun selain teman dekat Zaidan juga mengundang pegawai-pegawainya. Keluarga besar Fatah dan Aisyah juga ikut meramaikan pesta sederhana pernikahan itu.
Akad dan pesta pernikahan diselenggarakan di rumah Fatah, hal itu atas permintaan Fatah agar Delmira tidak terbebani untuk mengurus semua keperluan. Dalam artian, Delmira terima beresnya.
"Selamat Del," ucap Meilin dengan mengenakan pakaian kebaya mewah dan tampilan modis membuat dia menjadi salah satu tamu yang menjadi pusat perhatian. Salah satu sahabat karib Delmira yang hingga sekarang betah ngejomlo.
"Thanks Mei," sahut Delmira membalas cium pipi kanan kiri.
"Cepet nusul Mei," lanjut Delmira.
"Harusnya tahun ini aku nyusul kamu tahu."
"Serius Mei!" tanya Delmira tak percaya, pasalnya dia tidak pernah melihat Meilin membawa calon suaminya.
Meilin mengangguk.
"Siapa dia?!" penasaran Delmira.
"Banyak yang ngantri mau ngucapin selamat buat kamu," tunjuk Meilin ke samping karena antrian yang mulai mengular.
Meilin melangkah untuk turun dari panggung pelaminan, meninggalkan sejuta pertanyaan untuk Delmira tentang sosok sang kekasih dari Meilin.
"Cepet laku, dapat yang ganteng pula," ledek Silvia.
"Kamu tahu aku selalu terlihat menarik," jawab Delmira diikuti tawa oleh keduanya.
"Tidak ada angin, hujan, badai, petir, eh tetiba kamu menikah, hebat banget kamu Del," ucap Yasmin.
"Sengaja, dia pacar rahasiaku makanya aku sembunyikan dulu," canda Delmira.
"Selamat ya Del, semoga pernikahan kalian langgeng bahagia selalu," ujar Marsya.
Disusul teman-teman dari Zaidan dengan masing-masing kata mutiara yang mereka lontarkan ke Zaidan.
"Jangan lupa obat kuatnya bro."
"Kudu berguru sama Mizan biar punya anak banyak Ziad."
"Perlakukan dia dengan lembut Zaid."
"Jangan lupa wudhu dulu Zaid biar seger."
"Doa pembuka sudah kamu hafalkan Zaid?"
Semuanya terlihat berbahagia, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul Setengah 2 siang.
Zaidan mendekat ke telinga Delmira, "Salat dulu," ajak Zaidan.
"Kamu duluan," jawab Delmira dengan gelagap.
Delmira berjalan menghampiri teman-temannya yang masih betah duduk di deretan kursi tamu. Mereka asyik ngobrol sambil menikmati berbagai hidangan yang tersedia di sana.
Satu persatu teman, kerabat, keluarga, mulai pulang.
Tak terasa waktu sudah beranjak menjemput sang malam.
Delmira sudah mengganti bajunya dengan kimono. Dia duduk di ranjang menyandar pada kepala ranjang. Tangannya bergerak menyentuh layar ponsel tapi matanya tak hanya fokus ke layar, sesekali dia layangkan pandangan pada pintu toilet.
Zaidan nampak keluar dari toilet. Delmira terlihat membuang napas agar rileks saat lelaki biru melangkahkan kakinya.
"Ada yang akan aku bicarakan pada kamu," ucap Delmira ketika Zaidan sudah berdiri di tepi ranjang sambil membenarkan posisi bantal yang akan dijadikan tumpu kepalanya.
"Bicaralah," sahut Zaidan menyibak selimut, lalu pantatnya dia dudukkan di ranjang, mode siap mendengar apa yang akan disampaikan Delmira.
"Aku baru kenal dengan kamu. Jadi, aku tidak akan sembarangan menyerahkan asetku pada kamu," pinta Delmira.
"Kamu dengarkan?" Delmira memastikan karena Zaidan sedikitpun tidak bereaksi terkejut saat dirinya melontarkan kalimat itu.
Zaidan tersenyum mengangguk.
"Pahamkan maksud aset itu apa?" Delmira lebih memastikan takutnya Zaidan tidak memahami kata kiasan itu.
Kembali Zaidan tersenyum lalu dengan santainya tangan dia mengusap kepala Delmira, "Tidurlah pasti kamu capek," ucap Zaidan kemudian membaringkan tubuhnya.
"Hei! Ini juga asetku!" protes Delmira membenarkan rambutnya yang telah disentuh Zaidan.
Mata Delmira menatap tajam lelaki yang sudah memejamkan matanya.
"Awas saja kalau saat tidur berani sentuh asetku!" gumam Delmira. Tubuhnya ikut dia baringkan karena merasa terlalu lelah.
"Jangan lupa berdoa dulu Mrs. Delmira." ucap Zaidan tanpa membuka mata, dia tahu wanita yang ada di sampingnya sudah merebahkan tubuhnya.
Delmira mengeratkan gigi atas dan bawahnya, "Tidak usah kamu ingatkan!" sahut Delmira.
"Bismillahirrahmanirrahim, bismika allahumma ahyaa wa bismika amuut," pelan Zaidan melafalkan doa akan tidur, tepat di belakang Delmira yang posisinya membelakangi posisi Zaidan.
Zaidan tersenyum menatap punggung wanita yang tidak bergerak sedikitpun. Namun, dia tahu wanita itu belum memejamkan mata.
"Kamu jangan memandang punggungku terus! Tidurlah!"
Suara Delmira sontak membuat Zaidan kaget.
'Bagaimana dia tahu, aku memandang punggungnya?' batin Zaidan dan tanpa aba-aba Zaidan langsung memejamkan mata.
Lamat-lamat terdengar suara napas yang teratur dari keduanya. Mereka sudah masuk ke dunia mimpi masing-masing.
Bugh.
"Aduh!" jerit Delmira menekan punggungnya yang terasa nyeri.
"Ya ampun nih orang tidurnya seperti kebo kesetanan! Kaki main tendang. Guling pembatas main tindih! Satu bad kamu kuasai sendiri!" gerutu Delmira, mengacak rambut karena merasa kesal.
Delmira menatap kursi panjang yang ada di kamar.
"Masa aku pindah ke tempat kursi? Tidak banget!"
Delmira mendekat ke arah Zaidan lalu mendorong tubuh Zaidan perlahan. Namun bukannya Zaidan bergeser tapi gerak refleks tangan Zaidan membuat Delmira tersungkur kembali ke lantai.
"Alfian Zaidan Mukhtar!" teriak Delmira menyebut lengkap nama Zaidan karena terlalu kesal.
Zaidan tersentak bangun melihat kanan kiri, dan terkejut manatap Delmira ada di lantai.
Dia gegas turun dan menghampiri Delmira.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Zaidan merasa khawatir.
"Jangan pegang salah satu asetku!" ujar Delmira saat Zaidan memegang dua lengannya untuk membantu Delmira bangun.
"Aku bisa bangun sendiri!" tolak Delmira lalu berdiri dan kakinya melangkah ke sofa panjang yang ada di dekat ranjang.
"Kenapa tidur di sofa?" tanya Zaidan melihat Delmira merebahkan diri di sofa.
"Karena kamu terlalu menguasai ranjang itu!" kesal Delmira.
'Aku terpaksa tidur di sini, gensi aku harus kembali ke ranjang itu!' lanjut batin Delmira.
Zaidan nampak bingung, namun seketika paham apa yang dimaksud Delmira. Dia memang kalau tidur tidak bisa diam. Tangan maupun kaki bergerak kesana-kemari bahkan terkadang mulutnya juga ikut bersuara, baik mendengkur maupun bicara sendiri tanpa sadar.
"Aku saja yang tidur di sofa," tawar Zaidan.
"Mrs. Delmira, biar aku yang tidur di sofa," tawar Zaidan sekali lagi tapi yang diajak bicara tidak bergeming sedikitpun.
"Ok! Terpaksa aku harus menyentuh aset kamu!" ancam Zaidan.
pagi menyapa 🤗 jangan lupa like komen hadiah vote rate 🙏🥰😍😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
🌸Santi Suki🌸
🤣🤣🤣🤣🤣
2022-07-20
0
nina jm
seru nih kek nya😅
2022-07-01
0
Win Wida
Ceritanya makin asik....lanjut kak Mel!!
2022-06-24
1