"Bisa kita duduk kembali di kursi dalam resto?" pinta Zaidan tanpa menyahuti ucapan Delmira sebelumnya.
"Kita cari tempat lain!" tawar Delmira.
Gensi saja bagi Delmira, sudah terlanjur keluar resto harus putar masuk ke dalam.
Zaidan mengangguk, lalu merogoh ponsel di dalam saku celana.
Tidak selang berapa lama, Fernando keluar setelah mendapat titah dari Zaidan melalui panggilan telepon.
"Kamu tidak bisa pergi tanpa adanya dia?!" kesal Delmira setelah duduk di kursi penumpang.
"Aku sudah diamanahkan Pak Fatah untuk menjaga Den Zaidan jadi kemanapun Aden pergi, aku akan selalu ada," sahut Fernando.
"Selalu main jawab! Aku tanya pada siapa yang jawab malah siapa!" protes Delmira.
"Maaf Non," ucap Fernando, merasa dirinya memang harus minta maaf. Sebenarnya dia tahu bagaimana sifat bos muda nya. Zaidan tipe orang yang lebih memilih diam atau hanya melempar senyum dengan pertanyaan yang sekiranya tidak perlu dijawab atau pertanyaan yang jawabannya terlalu pribadi. Maka awal Delmira menanyakan pekerjaan Zaidan, Fernando langsung menyambar jawaban. Kalau tidak dijawab Fernando mungkin Zaidan akan menjawab sebagai pekerja biasa jual motor tanpa menyebutkan lebih lengkap kalau dia pemilik beberapa dealer motor.
Fernando tidak menginginkan itu, tidak menginginkan sang bos mudanya terlihat remeh di mata wanita yang akan menjadi calon istrinya, Zaidan harus terlihat lebih istimewa dari lelaki manapun dan pada akhirnya diterima oleh Delmira. Bos Fatah akan merasa bahagia dengan kabar tersebut, itulah harapan terbesar Fernando.
Lima belas menit kemudian mereka turun dari mobil dan masuk ke salah satu cafe.
Beberapa menu pancake dan kopi sudah di atas meja setelah mereka pesan.
Mata Delmira sesekali melirik ke arah Zaidan yang tengah memakan pancake dengan tenang.
'Ini orang memang begini ya? Tenang saja tanpa seucap kata, sudah berapa menit aku menunggu dia membuka mulut!' batin Delmira merasa kesal.
'Tenang Del, kamu harus tenang. Kamu harus lebih setenang mungkin. Ingat! Jangan sampai kamu terlihat yang agresif walaupun sebenarnya kamu sangat greget dengan sikap lelaki yang ada di depan kamu. Ingat! Apa yang kamu rencanakan harus berjalan lancar, jangan sampai karena kecerobohan, akhirnya rencana kamu gagal total,' lanjut batin Delmira menasehati diri.
"Sebelumnya aku minta maaf atas insiden yang membuat kamu tidak nyaman," ucap Zaidan membuka pembicaraan setelah sepertiga pancake yang ada di piring telah masuk ke dalam perut.
"Harusnya memang seperti itu! Kamu minta maaf!" sungut Delmira, tangannya bergerak menyesap kopi cappucino lalu dia letakkan kembali dia tas meja.
Mata Delmira tidak segan menatap Zaidan kembali, punggungnya disandarkan pada kursi, kaki kanannya dia angkat menumpu kaki kiri.
Batin Delmira bergumam, 'apa dia nervous?' selidiknya melihat Zaidan kembali memakan pancake padahal Delmira sudah menunggu Zaidan untuk meneruskan pembicaraan.
"Kamu lapar?" tanya Delmira spontan, "apa doyan?" lanjut Delmira padahal otaknya memikirkan apa tapi yang terlontar dari mulut malah bukanlah itu.
Zaidan tersenyum lalu mengunyah kembali pancake yang ada di mulut.
"Isst! Benar-benar menguras emosi!" gumam Delmira karena Zaidan tidak langsung menyahuti tanyanya.
"Seharusnya di resto tadi aku makan siang," sahut Zaidan setelah menelan pancake dengan sempurna.
Delmira menarik satu sudut bibirnya merasa ucapan Zaidan sebagai bentuk sindiran atas sikapnya yang keluar begitu saja dari resto.
"Apa pertemuan kita hanya akan membicarakan ini saja?!" ketus Delmira yang sudah tidak sabar dengan sikap Zaidan yang dianggapnya terlalu bertele-tele.
Zaidan tersenyum, "maksud kamu kita langsung ke topik pembicaraan?" tanyanya.
'Skak! mati kamu Del! Sedikit jual mahal! Biar dia yang memulai pembicaraan tanpa kamu pancing seperti ini!' gerutu batin Delmira.
Zaidan kembali tersenyum melihat ekspresi wajah Delmira yang terlihat berubah memerah.
"Ya, karena aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni kamu!" jawab asal Delmira.
"Menikahlah denganku Delmira Cinta Kusuma," sahut Zaidan dengan cepat.
"Apa?!" refleks Delmira merasa tidak percaya apa yang dia dengar hingga pancake yang harusnya dia telan nyembur ke muka Fernando.
'Sial! Pasti aku terlihat bodohnya! Lagian nih mulut kenapa refleks balik tanya!' batin Delmira, merutuki kebodohan diri.
"Ehem!"
Fernando berdehem agar Delmira meminta maaf atas kecerobohannya.
"Salah kamu kenapa kamu di situ!" ucap Delmira mengerti maksud dari deheman Fernando. Tangannya bergerak mengambil tisu lalu mengelap sudut mulut yang terasa belepotan.
Fernando membulatkan mata menatap kesal.
Zaidan hanya tersenyum melihat keduanya bertengkar dari awal pertemuan.
Setelah dirasa keduanya tenang, Zaidan melontar tanya, "Delmira Cinta Kusuma bin Salim Kusuma, maukah menikah denganku?" ulang Zaidan dengan raut setenang mungkin dan senyum yang mengembang dari wajahnya.
Delmira terdiam sejenak, entah kenapa jantungnya berdetak tak selaras, ada getar aneh tapi bukan cinta tapi sebuah rasa layang yang sulit diterjemahkan. Mungkin siapapun wanita yang mendapat lamaran dari lelaki yang duduk tenang di depannya akan merasakan hal yang sama.
Lelaki dengan wajah yang nyaris sempurna, mata yang tajam dengan warna hitam pekat, hidung yang tinggi, rahang yang keras, tubuh yang atletis, kulit yang bersih, bibir yang terlihat tipis berisi dan sikap yang ramah dan banyak diam menambah kaum hawa ingin menguak segala tentang dia.
Namun, Delmira yakin itu hanya sesaat karena tujuan utama dia bukan jatuh cinta pada lelaki yang dianggap dia nyaris sempurna itu melainkan membalas dendam.
Anak 3 tahun yang lucu, ayah, bunda, dan suami, menjadi korban dalam tragedi tabrakan itu. Lelaki yang ada di depannya harus menerima pembalasan apa yang menimpa dirinya.
"Tidak!" ucap Delmira dengan sorot mata tajam dan kosong.
"Kamu menolak lamaranku?" tanya Zaidan karena penolakan Delmira seperti kata mutiara yang tidak pernah dia dengar dari wanita manapun. Bahkan merekalah yang biasanya mengejar sesosok Zaidan.
"Iya!" lantang Delmira. Namun seketika itu Delmira langsung membungkam mulut dengan tangan kanannya, matanya membulat dan kepala menggeleng keras.
'Apa yang kamu ucapkan Del! Makanya jangan banyak ngelamun! Ayo bangkit dan jalankan rencana kamu!' protes batin Delmira.
"Maksud aku..., aku, aku menerimanya. Besok kita langsung menikah," sahut Delmira.
"Besok? Apa harus besok?" ucap Zaidan memastikan ucapan Delmira.
Delmira mengangguk cepat.
Zaidan menahan senyum melihat perubahan ekspresi wajah Delmira.
"Kenapa kamu malah senyum! Ada yang lucu?!" geram Delmira.
"Kamu juga kenapa ikut-ikutan senyum?!" Delmira bertambah kesal melihat Fernando juga ikut tersenyum.
"Sepertinya kamu yang terlihat tidak sabar ingin menikah dengan den Zaidan," ujar Fernando.
Delmira tersenyum sinis mendengar ujaran Fernando. "Karena lebih cepat maka semuanya akan terselesaikan lebih cepat pula!" jawab Delmira dengan wajah yang terlihat serius dan sedikit meninggi nada bicaranya.
Tangannya bergerak mengambil tas lalu melangkah pergi tanpa pamit.
"Tunggu!" cekat Zaidan setelah mengejar langkah Delmira hingga sampai di tempat parkir.
Delmira menoleh, tubuhnya dia urungkan untuk masuk ke dalam mobil.
"Satu minggu insyaallah semuanya akan selesai. Mulai dari urus berkas untuk pengajuan ke KUA hingga pesta sederhana untuk pernikahan kita," lanjut Zaidan.
Delmira terdiam, dia menyadari mengurus berkas pernikahan tidak semudah membeli kartu tanda pengenal.
"Besok kita mulai mengurusnya," ajak Zaidan.
"Ok!" jawab ketus Delmira tubuhnya kemudian masuk ke dalam mobil.
sore menyapa 🤗 jangan lupa like komen hadiah juga mau pake banget🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Idafaridah
si Del ntar jd bucin gag ya
2022-11-08
0
Najwa Aini
aku hadir lagi, kk mel..semangat ya
2022-07-01
0
Othor Blinger
up lagi kak
2022-06-23
0