Mezza POV
Aku sedang menunggu sopirku untuk menjemput. Namun sudah lima belas menit tidak datang juga. Aku mencoba menghubungi papa namun nomor papa tidak aktif.
Ketika Daffin berjalan menuju parkiran, aku membuang muka pura - pura tidak melihatnya. Aku lelah hari ini sehingga tidak punya waktu untuk bertengkar dengan lelaki ini.
"Ikut ke mobil aku." ucap Daffin melewati diriku dengan wajah dingin.
"Kenapa harus ikut kamu? mending aku naik taksi." jawabku jutek.
"Ini intruksi papa kamu, barusan papa aku menelepon." ucap Daffin nampak kurang suka.
"Mana buktinya?" tanyaku kurang percaya dengan ucapan dia. Aku takut ini semacam prank dari dia untuk aku.
"Silahkan kamu telpon papa atau mama aku." ucapnya datar masuk kedalam mobil.
"Dasar lelaki arogan." ucapku mencibir ketika Daffin masuk kedalam mobil.
Aku masuk kedalam mobil Daffin sambil melihat-lihat kondisi dan keadaan sekolah. Aku tau resiko apa yang terjadi besok jika ada yang melihat aku menumpang Daffin bisa - bisa aku jadi buah pembicaraan mereka.
"Jalan." ucapku memerintahkan jalan.
"Emang kamu siapa? memerintah aku." ucap Daffin dingin
"Aku kaki tangannya Tante Dita, coba aja kamu macam - macam biar aku aduin."
"Dasar pengadu." cibir Daffin.
"Biarin." ucapku mengacuhkan lelaki itu dengan membuka ponsel.
Mobil melaju ke kediaman Abian Arkana dan keluarga. Rumah mereka memang sangat luar biasa. Aku yang berkali-kali ke rumah ini namun tetap aja terpana dengan rumah yang mewah ini.
"Assalamualaikum Tante." ucapku menyalami Tante Dita yang sekaligus menerima ciuman dari Tante Dita.
"Waalaikumsalam sayang, kamu bermalam di sini dulu beberapa hari karena kakek kamu sedang di larikan ke rumah sakit luar negeri.
Aku bingung karena kakek memang sedang di rawat di rumah sakit keluarga kami. Namun berita parahnya penyakit kakekku belum sampai ke telinga aku.
"Emang mama suruh gitu Tan?" tanyaku malas jika harus menginap di rumah ini.
"Iya, papa juga pesannya gitu sama om Abi."
"Zahran sama Zahyan gimana Tan?" tanyaku belum melihat kedua adikku.
"Entahlah, mereka tadi izin ikut mama kalian."
"Kok Meme nggak di ajak?" ucapku manyun kecewa.
"Kamu kan udah kelas tiga jadi nggak bisa izin." ucap Dita menjelaskan.
"Udah Ayuk ganti pakaian dulu di kamar Aya, nanti setelah itu makan dulu." ajak Dita.
"Meme masih kenyang Tan, meme izin kekamar buat istirahat." pamitku kepada Tante Dita.
Aku berjalan menuju kamar yang biasa aku tempati bersama Aya jika berlibur kerumah ini. Sebelum ke kamar Aya, aku melewati kamar Daffin. Aku melihat lelaki itu tersenyum sambil menelpon seseorang.
"Manis juga jika dia tersenyum begitu." ucapku sambil melintas menuju kamar Aya.
Akupun memasuki kamar Aya yang berada tepat di sebelah kamar Daffin. Setelah membuka pintu nampak Aya sedang mengerjakan tugas rumahnya.
"Assalamualaikum dek ay, Kakak izin bergabung." ucapku ketika pintu di buka.
"Waalaikumsalam, masuk aja kak Echa, mumpung kakak di sini ayo bantu Ay kerjain tugas matematika." ujar Aya senang melihat kedatanganku.
"Aduh ai, sejak kapan kakak pandai matematika, maaf kamu zonk." jawabku membuat Ayah harus menelan pil pahit.
"Kakak kenapa payah kali sih." gerutu Aya berjalan menuju pintu kamar.
Aku mengganti bajuku dengan tantop dengan celana pendek. Aku duduk memainkan ponsel sambil menghubungi salah satu temanku.
Saat Aya dan Daffin masuk membuat aku sedikit tergelonjak . Bagaimana tidak, dia masuk saat aku hanya menggunakan baju seperti ini.
"Ay kenapa bawa dia masuk tanpa bilang kakak." protesku membuat Aya hanya senyum - senyum sedangkan wajah lelaki itu tetap datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments