Entah kenapa aku langsung kasihan melihatnya menangis seorang diri. Tanpa perintah dari siapapun aku berjalan mendekatinya. Aku duduk di sebelahnya dan lansung membawa tubuhnya ke dalam pelukannya.
"Sabar ya, Daf yakin bahwa om Galuh dan Tante Siska baik - baik saja." hiburku kepadanya.
"Aku takut jika mama dan papa pergi kayak kakek." tangisnya terdengar pilu.
"Kita doain ya semoga mama papamu tidak apa - apa."
"Apa yang harus aku lakukan di sini? sementara mereka terbaring lemah di sana."
"Kita hanya berdoa, pasti Zahran dan Zayyan menjaga dengan baik, kita tunggu berita selanjutnya ya." ucapku mengusap kepalanya dengan lembut.
Aroma sampo tercium harum. Rambutnya tercium wangi sekali. Dalam posisi seperti ini aku merasa ada yang aneh dengan diriku sendiri.
"Tante sama om kemana?" tanyanya.
"Nggak tau juga, tadi nampak buru - buru, menangis lah jika memang itu buat kamu tenang." ucapku.
Aku terkejut saat melihat dia membuang ingusnya di bajuku. Menyesal rasanya aku menghibur dia si sini dan pada akhirnya dia mulai membuatku jengkel kembali.
"Udahlah tidur sana, masa bajuku di kasih ingus sih." ujarku dengan kesal melepaskan pelukan lalu berjalan meninggalkan dia.
"Aku takut, jangan tinggalkan aku." ucapnya yang sudah berada di kamarku.
"Ngapain kamu ikut aku ke sini?" tanyaku dengan geram.
"Aku takut sendirian, apalagi kakek meninggal." ucapnya ketakutan.
Aku tau bahwa wanita ini memang penakut dengan yang namanya orang meninggal. Akan tetapi yang membuat heran adalah kenapa dia takut dengan kakeknya sendiri.
"Itukan kakek kamu."
"Tapi aku takut, mana Aya tidurnya lelap banget, nggak bangun - bangun." ucapnya duduk di ranjang milikku.
"Siapa yang izinin kamu duduk di ranjang aku?" tanyaku sambil tersenyum mendengar jawabannya tadi. Aya memang tidurnya tidur sehingga dia tidak akan tau apa yang terjadi di rumah ini.
Ayolah, sekali ini jangan berantem dulu, hilangin kesal kamu ke aku." jawabnya masih duduk di ranjang aku.
"Yaudah yok tidur, istirahat biar tenaganya pulih, ini sudah jam 2." ucapku membaringkan tubuhnya.
Aku tau dia masih syok dengan berita suka yang menimpa keluarganya. Daffin membuang egonya agar bis membuat wanita ini tenang malam ini.
"Pejam mata biar aku kelonin seperti biasa." ucapku yang memang sudah biasa menangani adik perempuan menangis.
"Kamu jangan macam-macam ya." ancam dia sambil memejamkan matanya.
"Cuma satu macam aja yaitu membiarkan kamu tidur biar tidak mata panda besok." jawabku.
Aku mengusap kepalanya agar ia bisa tidur dengan cepat. Tidak butuh lama, dia benaran tertidur dengan lelap.
Sedangkan aku mencoba membaringkan tubuhku di sebelahnya. Aku juga lelah dan butuh istirahat.
...****************...
Paginya aku membuka mata terlebih dahulu. Aku liat bahwa wanita ini masih tidur dengan wajah imutnya. Aku segara membersihkan diri ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, aku mengambil ponselku.
Ternyata tadi malam mama menelpon banyak kepada sekali. Aku mencoba menghubungi mama kembali. Ternyata mama menyuruhku untuk mengantarkan dia ke rumah kakek dan neneknya.
"Ayo cepat siapa - siap." ucapku membuka percakapan.
"Kenapa kamu membiarkan aku tidur di sini?" ucapnya dengan manyun.
"Loh jadi ini salah aku gitu?" gumamku kesal melihat gadis ini.
"Hey siapa yang merengek-rengek masuk kekamar aku, dasar gadis tidak tau malu, main nyelinap gitu aja di kamar lelaki." ucapku kesal.
"Harusnya kamu larang dong." dia balik kesal.
"Udahlah, udah seringpun waktu kecil." jawabku malas meladeni pertengkaran ini.
"Dulu masih kecil sekarang beda karena udah besar."
"Nggak akan nafsu juga aku sama kamu, badan datar gitu kayak talenan." ujarku kesal.
"Udahlah, terima kasih." jawabnya lansung masuk kekamar mandi.
Dia masuk kekamar mandi tanpa membawa apa - apa. Aku yakin jika beberapa menit lagi dia akan heboh meminta tolong. Benar - benar gadis yang merepotkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ilah Alfiah
jangan jutek2 Napa daffin ma cewe teh ntar Bucin di tinggalin nyesel lho
2022-06-23
0