"APA! LUSA?"
"Kakek tidak sedang bercanda kan?" Kaisar yang terkejut langsung menatap kakek nya.
"Tentu saja tidak Kai," kekek menjawab dengan penuh keyakinan.
"Bukankah niat baik itu harus segera di laksanakan, lebih cepat lebih baik, kan?"
"Terserah kakek saja."
Kaisar menjawab dengan nada malas. Sambil bangkit dari duduknya, bernegosiasi pun percuma, karna semua keputusan ada di tangan kakek Marwan.
"Kau mau kemana Kai?" kakek menahan Kai.
"Aku mau ke kantor kek, urusan ku masih banyak di sana."
"Antarkan, Lisa pulang."
"Suruh Sanusi saja mengantarnya, aku sibuk," karena kesal
Kaisar berlalu begitu saja meninggalkan kakek dan Lisa.
Lisa yang mendengar penolakan Kaisar untuk mengantarnya pulang merasa sedikit sedih, padahal hatinya tadi sempat berbunga-bunga karna Kaisar menatapnya cukup lama.
kenapa dia seperti itu, aku rasa dia tidak menyukaiku, lalu untuk apa dia menerima perjodohan ini harusnya dia menolak saja kan. Batin Lisa
"Lisa, kalau begitu biar Sanusi yang mengantar mu pulang. Jangan khawatir, Kai itu pria yang sangat baik. Cuma terkadang memang sikapnya sedikit menjengkelkan."
Seolah tau apa yang ada di benak Lisa, Kakek Marwan pun kembali meyakinkan Lisa.
"Tidak apa-apa kek, aku mengerti. Mungkin Kaisar benar-benar sedang sibuk, justru aku yang bersalah karena sudah menggangu waktu berharganya." Lisa bicara sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak nak, kelak kaulah yang akan menjadi paling berharga untuk, Kai," Kakek mengusap pucuk kepala Lisa dengan lembut.
...****************...
"Terima kasih, pak Sanusi sudah mau mengantar kan saya pulang." Lisa menundukkan kepalanya, saat lelaki paruh baya usai membuka pintu mobil.
"Tidak perlu sungkan Nona, ini sudah menjadi tugas saya." Sanusi pun melakukan hal yang sama.
"Kalau begitu saya permisi, Nona."
...
Lisa berjalan dengan lunglai. Rasanya enggan untuk masuk ke dalam rumah, pasti orang tuanya akan memberondong ia dengan berbagai pertanyaan yang berisi pujian -pujian palsu atau mungkin akan memakinya.
"Aku, pulang."
Lisa mendorong pintu dan tepat ketika pintu terbuka dengan sempurna Lisa melihat ke dua orangtuanya sedang duduk di sofa sambil tersenyum ria, Mona yang menyandarkan kepalanya di dada Yusuf, melambaikan tangan padanya.
huuuf...mesra sekali mereka. Batin Lisa
"Lisa kamu sudah pulang nak! bagaimana tadi? apa cucu kakek Marwan menyukai mu? kamu tidak berbuat kesalahan kan, Lis?"
Mona langsung menarik tangan Lisa dan mendudukkannya di sofa, tepat di tengah-tengah antara dirinya dan Yusuf.
Dia langsung memberondong Lisa dengan pertanyaan-pertanyaan persis seperti dugaan Lisa.
Bahkan mereka tidak menanyakan keadaan ku.
Lisa menahan rasa kesal dihati dengan kuat sambil meremas jari-jarinya, dia hanya bisa menahan semua kekesalan dan kemarahannya. Lisa selalu takut untuk mengungkapkan semua emosi dan isi hatinya selama ini, takut dengan Mona, jika dia melawan pasti Mona akan menghukum nya, mengurungnya di dalam gudang yang gelap tanpa makanan dan minuman.
Itulah dulu yang sering di lakukan Mona ketika Lisa kecil. Tapi sekarang Lisa sudah dewasa tapi entah kenapa dia masih saja merasa takut jika Mona marah, padahal bisa kan dia melawan,
mungkin itu sudah menjadi kebiasaan Lisa dari dulu yang selalu takut kalau Mona marah hingga mendarah daging sampai dia dewasa.
"Pernikahan akan di laksanakan Lusa."
Hanya kata itulah yang keluar dari bibir Lisa, dia tau kata-kata itulah yang menjadi harapan orang tuanya.
Sontak saja ucapan singkat Lisa membuat Mona dan Yusuf membulatkan mata dengan sempurna. Mereka kaget, lebih tepatnya mereka terkejut karna Lisa benar-benar membawa kabar yang menjadi angan-angan mereka beberapa jam yang lalu.
"Kamu pintar Lisa, ayah bangga pada mu." Yusuf menghamburkan diri memeluk Lisa.
Lisa dengan cepat mengurai pelukan ayah nya, bukan dia tidak sudi, tapi dia merasa sedih dan kecewa,
karena Ayahnya hanya bangga padanya, akan hal seperti ini, padahal dulu ketika dia sekolah pulang dengan membawa nilai-nilai ulangan yang sempurna bahkan selalu menjadi juara di kelas, di sekolah, ayahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bangganya jangan kan memeluk, melirik saja enggan.
"Aku mau ke kamar dulu, aku lelah." Lisa bangkit dari duduknya lalu berjalan begitu saja meninggal kan orang tuanya yang sedang bahagia.
"Iya...iya...istirahat lah, Lusa adalah hari pernikahanmu kau harus cukup istirahat."
Sambil tersenyum lebar, Yusuf membiarkan Lisa pergi tanpa dia sadari kalau sebenarnya Lisa sedang dilema dan sedih.
Lisa merebahkan dirinya di kasur tipis kesayangan nya, pikirannya bercampur aduk. Hatinya tidak karuan.
Apakah keputusannya untuk menikah dengan Kaisar sudah benar, ingin menolak tapi tentu tidak bisa, lagi-lagi Lisa hanya bisa merutuki dirinya yang selalu merasa takut dan tidak bisa mengutarakan apa yang ada di hati nya.
Tidak dipungkiri sebenarnya Lisa menyukai Kaisar pada pertemuan pertama mereka. Tapi Lisa takut kalau Kaisar tidak menyukainya,
dia takut patah hati kalau rasa sukanya tidak terbalas, dia takut lama-lama jatuh cinta pada Kaisar, tapi Kaisar tidak membalas nya, begitu banyak ketakutan yang ada di hati Lisa.
...***************...
"Siapa nama gadis itu?" Kaisar bertanya tanpa menatap seseorang yang sedang di tanya olehnya.
"Lisa, tuan, nama panjangnya Yunalisa Andini," Jhon menjawab pertanyaan, Kai.
"Apa kau sudah menyelidiki tentang gadis itu?"
"Tentu saja tuan," jawab Jhon bangga,
"Jelaskan."
Dan Jhon pun menjelaskan tentang Lisa dengan Rinci pada Kaisar, mulai dari tempatnya bekerja di sebuah rumah makan sederhana di pinggir jalan, setelah Lulus SMA Lisa tidak melanjutkan kan pendidikan di jenjang kuliah, karna Mona melarangnya.
Padahal Rani orang tua kandung Lisa meninggalkan tabungan begitu besar untuk biaya pendidikan Lisa dan Lisa pun memiliki beberapa aset peninggalan mendiang kakeknya, tapi semuanya habis oleh Yusuf dan Mona.
Yusuf menikahi Mona tepat 1 tahun setelah Rani meninggal karena penyakit yang di deritanya dan pada saat itu usia Lisa sebelas tahun, Mona memiliki anak dari suami sebelumnya yaitu itu Sella, yang umurnya dua tahun lebih muda dari Lisa.
Dan dengan Yusuf mereka memiliki anak laki-laki bernama Raka, saat ini usia Lisa sudah menginjak, dua puluh tiga tahun.
"Jadi dia di besarkan oleh ibu tiri?" tanya Kaisar.
"Benar tuan, nona Lisa mendapat perlakuan berbeda dari kedua adik nya, dan selama ini Nona Lisa lah yang menjadi tulang punggung keluarga mereka, setelah semua harta peninggalan mendiang kakek Rano yang di wariskan pada Rani, habis. "
Jhon mengatakan semua fakta yang dia dapat tentang calon istri, Kaisar.
"Pantas saja kakek menyuruh ku menjaganya, ternyata dia gadis yang malang." Gumam Kaisar.
...***************...
Dreeet...dreeet....
Getaran Handphone membangunkan Lisa dari lamunan panjangnya, dengan cepat Lisa menekan tombol jawab sebelum Lisa mengucapkan Halo,
suara di seberang sana sudah secepat kereta ekspres langsung memberondong Lisa dengan beberapa pertanyaan yang membuat Lisa menjauhkan benda pipih itu dari telinga nya.
("Lisa kau di mana? kenapa tadi tidak masuk kerja? kau sakit? kamu tau tadi pak Yono mencari mu, dia marah-marah seperti orang kesurupan dan kamu tau kan kalau sekarang hari Minggu, kita harus membuat orderan beratus-ratus nasi kotak untuk ibu-ibu senam.")
Yang menghubungi Lisa adalah Nur, teman kerja Lisa, sepertinya Nur sangat kesal sampai-sampai dia bicara dengan ekspres tanpa jeda.
("Lisa, LISAAAA...!")Nur berteriak kesal karena Lisa tidak menjawab semua pertanyaannya, padahal, gimana mau jawab! Lisa sama sekali tidak diberi ruang untuk menjawab.
"Iya, Nur."
("Kau mendengar ku, kan?")
Kamu bicara sudah seperti di dalam hutan, bagaimana mana mungkin aku tidak mendengar nya. Gumam, Lisa
"Maafkan aku Nur, tadi pagi aku harus pergi karena ada urusan penting."
( "Waaah...apa temanku sekarang ini sudah menjadi golongan orang-orang penting! haa haaa,") Nur tertawa dengan renyah.
"Nur! lusa aku akan menikah."
("Haaa haaa...apa MENIKAH?" yang tadinya Nur tertawa mendadak terkejut mendengar kata menikah.
("Kau serius, Lis? kenapa mendadak, kau menikah dengan siapa? kau bahkan tidak mempunyai kekasih, apa kau di jodohkan?")
"Ceritanya panjang Nur, datanglah ke pernikahanku lusa." Lisa bicara dengan nada melemah
("Baiklah, tentu aku akan datang.")
Lisa pun langsung menutup sambungan, teleponnya, Lisa kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur, baru saja badannya menyentuh kasur. Tiba-tiba!
"TIDAAAAAK... MAS... MAS YUSUF CEPAT LIHAT INI."
Terima kasih 🙏🙏😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Edah J
Kasian sekali kamu Lisa🙁
2023-08-09
0
Devi Triandani
knp sih laki2 klo Uda nikah lg sama yg lain, anaknya yg dulu seakan terlupakan. yg dia syg hanya keluarga barunya. Laki2 bejat
2022-10-01
1
Nur hapidoh
ya Allah Kak, kita kayaknya jog.sih deh, novel kita hampir mirip, di sini namanya Kaisar di novel saya namanya raja.. sungguh Kebetulan yang luar biasa
2022-09-17
1