Bab 3

Safira melambaikan tangan ke arah Ragil dan orang tua nya yang akan kembali pulang.

Terlihat jelas raut kesedihan dari wajah Wida. Membuat hati Safira tiba-tiba saja di hinggapi keraguan dengan keputusan nya.

Safira menatap nanar kepergian keluarga nya, hingga mobil itu tak lagi terlihat oleh pandangan. Safira menatap jauh ke depan dengan tatapan kosong.

Danu memperhatikan istri nya. Dia merangkul pundak Safira hingga buyarlah lamunan nya menoleh ke arah Danu dan mencoba melebarkan senyum walau sedikit memaksa.

Ada hal yang mengganjal dalam hati Safira yang sulit di artikan. Entah karena kecemasan Wida hingga membuat nya kepikiran atau hal lain , Safira tak mengerti kegelisahan itu.

Ia hanya mencoba menepis perasaan itu, dan bersikap biasa saja di hadapan Danu. Safira tak ingin mengutarakan apa yang ia rasa kan pada Danu. Safira tak ingin Danu kecewa.

Kedua pasangan muda itu menaiki anak tangga saling bergandengan mesra.

Mereka harus istirahat setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan dari rumah orang tua sampai hunian baru nya kini.

Mereka tertidur lelap hingga tak sadar hari berangsur malam. Bahkan saat seruan adzan maghrib pun mereka masih terlelap. Padahal saat itu adalah waktu yang tidak di anjurkan untuk tidur.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu di bawah sana membuat Safira menggeliat dan terbangun.

Ruangan gelap dan pengap yang di dapati saat membuka mata. Safira menggoncangkan tubuh Danu membangunkan suami nya yang masih terjaga.

Udara dingin menusuk di kulit putih Safira. Tengkuk nya meremang membuat nya bergidik.

Safira kembali mengoncangkan tubuh Danu. Namun mata nya terus berkeliaran menyapu sekitar ruangan yang gelap.

" Mas..bangun. " Seru Safira.

Tak lama Danu pun mengucek mata dan mulai terbangun.

" Ya ampun kita ketiduran sampai lupa menyalakan lampu. " Danu bergegas bangkit dari ranjang.

Dia berjalan meraba-raba mencari stop kontak yang berada di dekat pintu kamar.

Safira menutup mulut dengan telapak tangan saat mendapati sosok berpakaian putih yang berdiri di dekat pintu sebelum Danu berhasil menyalakan lampu.

Namun sosok itu menghilang seketika saat Danu berhasil memijit stop kontak.

Deru nafas memburu memacu jantung, masih di posisi terbelalak dan menutup bibir nya yang sedikit terbuka.

Danu keheranan melihat Safira tengah ketakutan. Dia segera mendekat , wanita itu pun menghambur dalam pelukan.

" Hei kamu kenapa ? " Tanya Danu.

Tak ada jawaban dari Safira yang semakin dalam membenam kan wajah di leher nya. Tangan wanita itu pun mencengkram kuat tubuh Danu.

" Safira, ada apa ? " Kembali Danu bertanya.

Dia melepaskan pelukan menatap wajah Safira dengan tatapan penuh tanya.

Safira menatap ke arah pintu di mana ia melihat sosok tadi lalu melihat keseluruh penjuru ruangan. Tatapan wanita itu kembali pada Danu.

" A-aku lihat sesuatu di sana. " Safira menunjukan jari ke satu titik.

Danu mengikuti arah telunjuk Safira, dan kembali menatap wanita di hadapan nya.

" Maksud kamu, apa yang kamu lihat? " Danu penasaran.

" Ada sosok berpakaian putih di sana sebelum kamu menyalakan lampu, sosok itu menghilang saat lampu menyala. " Bisik Safira.

Danu menggelengkan kepala lalu tersenyum.

" Kamu salah lihat kali. Udah jangan mikir yang enggak-enggak. Aku turun dulu mau nyalain lampu ruangan lain. " Danu beranjak dari ranjang.

Safira tak mau ketinggalan. Ia pun bangkit mengekori Danu. Dia coba menetralkan rasa takut nya menepis semua seolah tadi hanyalah ilusi.

Dengan penerangan senter ponsel mereka berjalan menuruni anak tangga. Semua lampu ruangan pun menyala setelah Danu memijat setiap stop kontak di semua sisi ruangan.

" Tadi ada yang mengetuk pintu. Maka nya aku terbangun. " Ucap Safira.

" Tapi sekarang seperti nya sudah tidak ada orang nya. Kira-kira siapa ya yang datang. " Suara ketukan itu tak terdengar lagi saat Safira terbangun.

" Mungkin Mbok Surti . " Danu mencoba menerka.

" Mungkin. " Safira berfikir beberapa saat mencerna semua nya.

Bisa saja Mbok Surti datang karena melihat lampu rumah masih gelap padahal sudah malam. Mungkin beliau kebetulan lewat tadi. Begitulah yang Safira fikirkan untuk menenangkan perasaan nya yang kacau.

Teng teng teng

Suara ketukan piring nyaring terdengar dari luar. Danu melongok lewat jendela, rupanya tukang bakso lewat di depan rumah.

" Kamu lapar ? Kita beli bakso, tuh ada penjual bakso di luar. " Ucap Danu.

" Mas panggil tukang bakso nya, biar aku ambil mangkuk dulu di belakang. " Safira segera beranjak ke dapur.

Danu membuka pintu dan berjalan sedikit ke teras depan memanggil si penjuak bakso.

" Mang..beli. " Teriak Danu mengehntikan langkah Darman penjual bakso keliling.

Darman menoleh pelan ke arah rumah itu dengan keraguan. Dia teringat cerita-cerita angker yang berasal dari rumah tersebut.

Darman bengong saat mendapati Danu berada di teras rumah.

" Mang saya mau beli. " Danu segera membuka gerbang yang jarak nya sekitar tiga meter dari teras.

" Eh..iya Den. " Darman menyimpan batu di depan roda bakso nya.

Tak lama Safira muncul dari dalam dengan mangkuk di tangan.

" Kalian ini baru ya di sini ? " Tanya Darman sembari meraih mangkuk yang di sodorkan Safira. Lalu mengisi nya dengan bumbu.

" Iya ini hari pertama kami pindah. " Jawab Danu yang di ikuti anggukan Darman.

" Mang punya saya jangan pakai tauge. " Tahan Safira saat Darman hendak memasukan tauge ke mangkuk.

" Oh..iya neng. " Darman kembali mengisi mangkuk tersebut dengan mie juga sayuran yang sudah di rebus sejenak.

" Mamang tiap hari ya lewat sini ? " Tanya Safira meraih mangkuk yang sudah terisi.

" Iya Neng. " Jawab Darman.

" Baguslah kalau begitu aku bisa beli kalau lapar malam-malam. " Ucap Safira senang.

" Ini uang nya, makasih ya mang. " Danu memberikan satu lembar uang lima puluh ribu.

" Ini kembalian nya . " Ucap Danu.

" Udah ambil saja. " Kata Danu membuat Darman tersenyum senang.

" Makasih Den, mudah-mudahan betah di sini ya. Biar mamang gak takut lagi lewat sini. " Darman keceplosan.

" Takut kenapa mang ? " Danu terkekeh.

" A-anu nggak apa-apa Den. Saya lanjut keliling lagi. Permisi. " Darman enggan menjawab ucapan Danu, ia lekas mengambil batu pengganjal roda dan melajukan nya kembali.

Danu da Safira pun masuk. Safira masih bertanya-tanya mendengar ucapan Darman barusan. Sementara Danu segera melahap bakso milik nya tanpa memikirkan perkataan Darman yang menurut nya aneh.

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Aku juga pernah lihat sosok perempuan bergaun vintage gk kelihatan wajahnya lihat kakinya gk napak.dia ngomong kompor sama air panas.Astagfirullah dia bener aku lupa lagi masak air ya Alloh sampe gosong tuh panci.ternyata ada hantu yg baik juga ini aaaasli thor ...

2023-01-22

3

Veronika Garini

Veronika Garini

suka bgt sama ceritanya, hebat euy pengarangnya

2022-08-05

1

juwita

juwita

mampir

2022-07-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!