CH 03:Pembelajaran Sihir

Di balai pertemuan pada saat itu dibanjiri darah muda yang ingin meneruskan bakat sihir mereka sampai ke tingkat penyihir, Mathius memang masih belum mengetahui bakat sihirnya tetapi dia ahli dalam melempar tombak, berbeda dengan Tobias yang ahli dalam sihir pengendalian pasir.

Setelah menunggu sekian lama akhirnya giliran Tobias untuk pengetesan sihir tiba, banyak tes beserta pertanyaan tentang sihir,Bola yang mendeteksi kapasitas sihir dan mana pun menyala dengan terang, karena Tobias adalah anak yang berbakat dengan mudah dia dapat lulus saat tes sihir dan pada saat giliran Mathius, dia diberi pertanyaan oleh sang tetua penyihir yang dulu pernah di datangi orang tua Mathius

"apa bakat sihir yang paling kau kuasai," ucap penyihir.

"aku belum pernah mencoba sihir," jawab Mathius.

"lantas mengapa kamu masuk sekolah sihir?" ujar penyihir.

"aku ingin mengetahui apakah aku bisa melakukan sihir," jawab Mathius.

"sekarang cobalah letakan tangan mu ke bola sihir!" ucap si penyihir.

lalu Mathius pun meletakan kedua tangannya ke bola sihir, akan tetapi bola tersebut tidak menyala yang berarti dia tidak memiliki sihir dan kapasitas mana, orang di sekitar sontak menertawai nya,

"Diamlah!! kalian berisik." teriak si penyihir.

Mathius beraut wajah sedih dan menyerah akan sihir.

"oi bocah! sebelum kau pulang setidaknya cobalah merapalkan sihir," ujar penyihir menghiburnya.

"wahh baikk." jawab Mathius dengan wajah senang.

si penyihir mengajarinya merapalkan sihir api

"cobalah membayangkan api di dalam pikiranmu, dan ucapkan lah Wahai api dunia dengarkan perintah ku dan patuhi perintah ku bakar dan hanguskan musuhku Fireball, nah cobalah,"ucap penyihir sambil mendemonstrasikan sihirnya. Tangannya pun memegang api yang dikeluarkan dari rapalan sihirnya, si penyihir memiliki kekuatan sihir berlevel 9 atau setara dengan raja Iblis,

Mathius pun mencobanya

"Wahai api dunia de-, ehh."

tangan Mathius mengeluarkan api yang sangat besar yang bahkan lebih besar dari pada sihir api si penyihir, dan berbeda dari api lainya yang berwarna merah atau jingga, warna api Mathius adalah api yang berwarna hitam yang memiliki level sihir paling tinggi dan sama dengan api yang digunakan Dewa api untuk memusnahkan ratusan ribu pasukan Iblis dalam cerita, si penyihir dan seluruh orang di tempat itu terkejut terheran heran,

"bagaimana dia bisa melakukannya? dia kan tidak punya mana."kalimat itu dilanturkan banyak orang di tempat itu, si penyihir sampai di buat melongo oleh sihirnya.

"ti-tidak-tidak mungkin, bagaimana bisa kau mengeluarkan sihir tingkat dewa tanpa menyelesaikan rapalan sihir?"tanya si penyihir.

"entahlah,aku hanya membayangkan api yang sangat panas." jawab Mathius sambil mengarahkan kepalanya ke hasil sihirnya meskipun matanya tertutup tetapi dia, dapat melihat dengan baik layaknya manusia biasa.

Akhirnya Mathius dan Tobias pun lulus ujian utama pada tes sihir itu mereka masuk ke dalam ruangan kelas belajar sihir yang sama dan menjadi teman sekelas, bahkan mereka berdua memutuskan untuk memanggil satu sama lain dengan nama panggilan yaitu dengan menambah kata -chi, mereka berdua sudah layaknya sahabat meskipun hanya beberapa jam bertemu,

"anuu, Machi bolehkah aku bertanya?" ucap Tobi.

"memangnya Tobichi ingin bertanya apa?" jawab Mathius.

"kedua matamu kenapa? mengapa kau dapat melihat dengan mata tertutup?" tanya Tobi.

"entahlah aku bahkan tidak mengetahuinya, tetapi ibuku bilang kalau mataku memiliki segel yang bahkan seluruh penyihir tidak dapat membukanya," jawab Mathius.

"ohh begitu, tetapi siapa kira kira yang memberikan segel itu? " sahut Tobi bertanya lagi,

"entahlah aku tak tau, aku bukan anak kandung orang tuaku, kata ibuku aku ditemukan di tepi sumber air desa, mungkin yang menyegel ini adalah orang tua kandungku." jawab Mathius.

Mereka berdua pun melanjutkan pembicaraan layaknya bocah yang saling berbagi pengalamanya, tetua penyihir pun mengumumkan bahwa esok adalah hari pembelajaran para murid sihir dan membubarkan para murid agar segera pulang. Tobi berpamitan pulang kepada Mathius dan berpisah pada hari itu, Mathius dengan wajah senang ceria sambil bernyanyi di perjalanan pulang menuju rumah di karenakan dia lulus tes sekolah sihir, dia tak sabar melihat wajah ibunya ketika mengetahui anaknya masuk sekolah sihir.

"aku pulang ibu, ayahku tercinta," teriak Mathius dengan gembira.

"wah anak ayah sudah pulang, bagaimana hasilnya?" jawab ayah Mathius.

"hem hem hem, akuuuu lulus ujian nya dan aku besok akan mengikuti upacara masuk sekolah sihir hahaha," jawab Mathius.

"kalau begitu syukurlah, tetapi bagaimana kamu bisa masuk sekolah sihir? bukankah kamu tidak memiliki mana?" tanya ayah Mathius.

"entahlah ayah, aku tidak tau tetapi saat aku mencoba mengeluarkan sihir api, kata guru sihir ku sudah setingkat dewa api." jawab Mathius.

Ayah Mathius terkejut karena tidak percaya jika anaknya yang tidak memiliki mana dapat merapalkan sihir sebesar itu, lalu Mathius menceritakan pengalamanya saat dia bertemu dengan Teman pertamanya Mathius dan menceritakan pengalamanya tentang sihir pertamanya.

Pada saat malam hari dia meminta ibunya untuk mengajari nya beberapa sihir dasar elemen air, angin, air dan tanah, ibunya pun mengajari nya beberapa sihir dasar dan rapalan sihir dasar beberapa elemen, tetapi saat Mathius mempraktekan nya dia bisa mengeluarkan sihir dasyhat yang tanpa menyelesaikan rapalan sihir,

"yahah, gawat sihirnya sangat besar bahkan level sihir itu melebihi level sihir tetua penyihir yang dahulu mengalahkan Raja iblis(batin ibu Mathius), ehh anu Mathius, apa kamu dapat mengontrol pengeluaran sihir mu?" tanya ibunya.

"bagaimana caranya bu?" Mathius bertanya balik.

"bayangkan sihir mu dan bayangkan juga ukuran nya saat kamu mengeluarkan sihir mu, mungkin ukuran sihir mu akan lebih kecil." jawab ibu Mathius.

Mathius pun mencoba dan berhasil mengeluarkan api berwarna hitam pekat berukuran jauh lebih kecil dari sebelumnya,

"nah Mathius sekarang coba serang ibu!" ujar ibunya.

"baik." jawab Mathius sambil melemparkan api sihirnya ke arah ibunya.

ibunya pun juga mengeluarkan sihir air berlevel tinggi dan berukuran lebih besar dari api Mathius tetapi sesuatu kemustahilan terjadi dimana api selalu padam dengan air tetapi tidak dengan api sihir Mathius yang malah membuat sihir air ibunya seketika lenyap, sontak ibunya menghindar dan membuat api itu mengenai sebuah bangunan kosong yang dulunya adalah bekas aula pertemuan terbesar desanya, akibatnya bangunan itu hancur dan terbakar habis oleh apinya, ibunya panik dan segera meminta tolong pada orang orang untuk memadamkan api agar api tidak menyebar di desa, tetapi api itu tak kunjung padam dan malah membesar, pada saat itu Mathius mengatakan

"tolong hujan lah agar api itu dapat padam." dan seketika hujan yang sangat lebat mengguyur tempat itu.

"Mathius kamu dapat mendatangkan hujan?" tanya ayahnya dengan terkejut.

"ehhh, aku hanya bilang untuk hujan." jawab Mathius.

Api pun akhirnya padam, Mathius pun mencoba membuktikan apakah hujan itu hanya kebetulan atau karena kekuatanya, dia berteriak

"hentikan hujan nya."

dan sesuatu terjadi hujan pun berhenti, semua orang di desa menyaksikan keagungan kekuatan Mathius, semua orang takjub sekaligus takut akan kekuatan, tetapi karena Mathius anak yang baik semua orang memuji kekuatan nya, dan mereka semua membubarkan diri ke rumah masing masing, Mathius pun masuk ke rumah dan bergegas tidur karena keesokan harinya di akan mengikuti upacara hari pertama sekolah sihir di desanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!