01.00 pm
Selma berjalan kembali. Ia masuk ke sebuah toko buku di pinggir jalan. Setelah berpikir sekian menit sambil berjalan dan menggenggam ponselnya, ia menghela nafas. Haruskah aku membalas pesan Ian?
Perempuan itu sejenak bimbang dan gugup. Kalau ia mengiyakan ajakan bertemu Ian, itu artinya ini akan menjadi benar-benar pertemuan pertama dimana mereka akan lebih mengenal satu sama lain, bukan hanya sekedar basa-basi sambil lalu seperti ketika dulu Ian dan grupnya mampir ke Norfolk.
Sejak saat itu, sudah selama sebelas bulan mereka saling mengikuti akun satu sama lain. Kecanggihan teknologi jaman ini terasa ajaib. Membuat Selma mengenal seseorang yang sangat jauh dan tak pernah ditemuinya. Tapi, ia merasa sangat terkoneksi dengan orang itu. Banyak yang mereka bicarakan beberapa kali saat berkirim pesan. Bertukar cerita dunia masing-masing.
Selma membuka ruang chat. Ia maju mundur mengetikkan balasan. Ia masih gugup setengah mati.
Selma: Aku benar-benar di NYC. Kau serius mau bertemu denganku? Apa kau tidak sibuk?
Kirim.
Bodoh! pekiknya pada diri sendiri. Bagaimana jika dia tidak membalas, Selma! Ia pun merutuki diri sendiri. Namun, ia begitu antusias, tidak sabar sekaligus gugup menunggu balasan.
Tak butuh waktu lama bagi Ian membalas pesan Selma. Selalu seperti itu.
Ian: Jadi, kau benar-benar di sini sekarang! Kukira kau cuma bercanda. Tentu saja aku ingin bertemu. Dengan senang hati!
Sontak Selma tersenyum-senyum sendiri. Ia menghentikan langkahnya di antara rak buku ke tiga. Ia pun mengetik lagi.
Selma: Mana mungkin aku bercanda... Jadi kau mengira foto yang kuunggah tidak asli ya?
Selma hanya menggerutu. Tapi, ia tersenyum.
Ian: :D Aku cuma bercanda. Jadi, kau sekarang dimana?
Selma: Toko buku di suatu tempat. Entahlah apa nama jalannya. Aku ke kota besar ini baru pertama kali dan aku sendirian. Tahu tidak, aku cuma berteman dengan maps dari kemarin.
Ian: Menyedihkan sekali! Kuharap kau tidak tersesat.
Selma: Well, sebenarnya aku sudah tersesat berkali-kali sejak kemarin. Yang kuhafal dengan baik hanya jalan ke Penn Station.
Ian: Ya Ampun! Kalau begitu kurasa kita harus segera bertemu. Sebelum kau ada di daftar orang hilang. Hahahaha...
Selma: Kau tega ya aku masuk di daftar orang hilang?
Ian: Mengingat kita sebenarnya orang asing yang tidak pernah bertemu. Seharusnya aku tidak peduli. :p
Selma: Ralat! Kita bertemu sekali.
Ian: Itu kan cuma basa-basi, bukan ngobrol sebenarnya. Jadi, tidak masuk hitungan. Tapi, karena kita sudah chatting berbicara banyak hal. Kurasa aku akan ikut sedih.
Selma: Terima kasih banyak Ian Walsh.
Ian: xD Jadi, kita akan bertemu di mana, Miss Stranger?
Selma: Bukankah ini kotamu? Kau kan tuan rumahnya! Apa kau tidak punya ide?
Ian: :D Kau benar juga.
Selma: Kau bisa bertemu denganku pukul berapa?
Dan laki asing yang tidak asing itu pun belum membaca balasan Selma. Perempuan itu menghela nafas. Ia pun meletakkan kembali ponselnya di saku jaketnya. Selma kembali meneliti satu per satu isi rak buku. Itu salah satu caranya menghibur diri. Melihat seluruh isi toko buku.
Selma sampai di rak berisi buku-buku fotografi di sebelah kanannya. Dan juga novel di sebelah kirinya. Ia mencari-cari apa ada yang menarik perhatiannya. Lalu ia mengambil satu novel karya Collen Hoover.
Selma pun memutuskan untuk segera pergi. Ia menyerahkan belanjaannya di kasir. Sembari menunggu, ia memeriksa kembali ponselnya. Tak ada panggilan dan pesan masuk. Rasanya memang ia sendirian di tempat ini. Ia mengecek direct message-nya. Dan pupilnya membesar karna tahu Ian sedang akan mengetikkan balasan untuknya. Ia menunggu sembari mengambil buku dan kembaliannya. Lalu keluar dari sana.
Tak sampai lima detik balasan Ian masuk.
Ian: Well, sekarang kau di mana?
Selma berinisiatif memotret toko buku itu dan jalanan di sana. Ia mengirimnya pada Ian.
Selma: Aku habis membeli buku di situ. Kurasa ini tidak jauh dari Central Park.
Ian: Ya. Kurasa aku tahu tempatnya. Bagaimana kalau kita bertemu di Central Park saja?
Selma: Oke.
Ian: Baiklah. Aku akan berangkat ke sana lima menit lagi.
Selma: Oke. Aku ke sana sekarang.
Selma pun berjalan ke arah Central Park dengan perasaan berdebar-debar. Ia tak pernah mengira akan bisa bertemu Ian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments