Bab 2 - 12.18 pm

Selma tak pernah keluar Norfolk, jadi ia setengah syok. Kemeriahan kota berjuluk Big Apple itu seperti lautan manusia. Di setiap sisi Times Square banyak orang berlalu lalang, maupun duduk sekedar mengobrol atau makan dan minum. Seperti lebah berdengung. Dan banyak dialek yang ia dengarkan. Ia mengira-ngira, berapa banyak bahasa yang digunakan di kota besar ini. Sangat beragam. Begitupun papan-papan reklame yang ada di setiap sisi gedung yang ada di hadapannya. Belum lagi layar besar yang ada di hadapannya. Persis di gedung One Times Square.

Selma mencari tempat untuk duduk dan menu pengganjal perutnya. Ia mendapatkan satu bungkus sandwich dan segelas kopi. Sambil memandangi sekeliling, ia menyantap makan siangnya.

Selma berdecak kagum sekaligus miris. Kagum kemegahan kota ini dan miris menyadari ia menikmati ini semua sendiri. Seharusnya seseorang menemaninya sekarang. Namun, orang itu kini pergi, sudah tak lagi ada untuknya. Ia pun terkenang saat enam bulan yang lalu.

***

Sudah setengah hari sejak Danny berpamitan pada Selma dan juga ibunya. Selma mengantar lelaki itu sampai stasiun. Ia memberikan sebuah buku sebagai tanda perpisahan untuk sementara. Danny menerimanya dengan senyum sangat mengembang. Tahu bahwa kekasih yang sudah hampir tiga minggu dilamarnya itu memberikannya kenang-kenangan yang sangat ia sukai. Kumpulan puisi Rumi.

Mereka sangat menyukai puisi. Selma menulis. Danny membacanya. Sesimpel itu, tapi saling melengkapi. Selma tak suka mempertunjukkan dirinya di muka umum, sedangkan Danny bak seorang aktor. Selma yang tak banyak cakap dan tak banyak tingkah. Danny adalah pusat perhatian. Selma dan Danny. Sangat bertolak belakang. Namun, lima tahun sudah mereka saling mendukung dan mengisi.

Beberapa saat Danny tiba di kota besar itu, ia dengan sangat bersemangat menelepon Selma. Perempuan itu ikut bahagia mengetahui orang yang dicintainya begitu gembira.

Danny berkata,"Kau harus kemari Sel! Harus! Di sini sangat.. wow! Entahlah aku harus bilang apa."

"Ya ampun Danny, Kau bersemangat sekali! Apa kau tidak lelah? Istirahatlah!"

"Kau pasti tidak percaya. Begitu tiba di apartemen, lelahku malah menghilang."

Selma tertawa, "Bagaimana bisa? Jadi, kau sedang apa sekarang?"

"Entahlah, aku merasa bersemangat berada di sini. Kau tidak akan percaya kalau sekarang aku sedang menyeruput kopi di Times Square. Akan kukirim fotoku padamu setelah ini supaya kau percaya. Di sini sangat ramai, tapi menyenangkan duduk dan melihat banyak orang berlalu-alang di sini. Kuharap kau bakalan kemari, dan kalau pertama kali kau sampai di sini nanti, aku dan kau bisa duduk berdua di sini. Kita bisa menikmati suasananya sambil ngobrol-ngobrol berdua."

Selma tersenyum mendengarnya. "Apa itu sebuah janji?"

"Janji."

"Aku harap begitu. Suatu saat aku akan ke sana menemuimu. Well Dan, aku harus tutup teleponnya. Pelanggan sangat banyak. Telpon aku lagi nanti."

"Oke. Aku akan menelponmu lagi nanti."

"Jaga dirimu baik-baik, Dan."

"Tentu, sayang. Kau juga."

Sesaat kemudian mereka menutup telepon masing-masing. Selma sibuk dengan kedai donat dan kopinya, sementara Danny kembali menyesap kopi panasnya. Lelaki itu bersiap-siap menyelesaikan agendanya.

***

Ia teringat dengan janji konyol itu. Lalu menjadi semakin konyol tatkala menyadari semua hanya uap yang sudah terbang ke angkasa. Tetap saja hatinya mencelos. Seandainya ada satu orang saja, duduk di sini bersamanya. Hanya duduk, meskipun itu bukan Danny.

Ia mengangkat ponselnya ke udara. Membidik satu sudut yang sangat familiar dan identik dengan Big Apple. Times Square dengan One Times Square di tengah-tengah, di hadapannya.

Sekali lagi ia mengunggah sebuah foto. Lalu ia mengetikkan sesuatu untuk foto itu.

"Seharusnya tidak sendiri di sini. #timessquare"

Setelah selesai ia menghela nafas. Ia menghabiskan sandwich di tangannya dan meminum habis kopinya. Dan belum sempat ia akan pergi dari sana, sesuatu menahannya.

Sebuah balasan singkat untuk pesannya tadi masuk. Pesan yang sanggup membuatnya tersengat sekaligus berdegub-degub, padahal ia tadi hanya iseng dan tidak begitu memikirkan akan mendapat respon.

Ian: Hai Selma, Apa kau sekarang masih di sana? Apa seharusnya kita bisa bertemu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!