****Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji****?”
**************
Sore itu saat aku baru saja sampai depan rumah sepulang kerja , aku melihat ada mobil berkelas berlogo bundar dengan tiga kaki seperti mobil kami dulu di depan rumah abah. Aku menyandarkan sepedaku di samping rumah, penasaran siapa yang datang. Mungkin saja donatur, pikirku selanjutnya.
"Assalamualaikum mi..." ucapku saat melihat mami keluar dari rumah dengan buru-buru.
Ternyata berada di lingkungan seperti ini membuat kami sekeluarga menjadi lebih religius rupanya, tanpa kami sadari.
"waalaikumsalam warahmatullah... sudah pulang?" tanya mami yang keluar dari rumah kemudian turun dari serambi dan buru-buru memakai sandalnya.
"Mau kemana mi?" Aku tak menjawab pertanyaan mami dan balik bertanya.
"Ada tamunya papi..." kata mami sambil berjalan ke rumah abah.
Aku melepaskan sepatuku dan menaruhnya di rak sepatu kami yang amat sangat sederhana. Aku melihat sebentar ke arah rumah abah ingin melihat teman papi yang masih mau berhubungan dengan papi yang keadaannya sudah tak seperti dulu. Karena tak melihat apapun kemudian akupun segera masuk ke dalam rumah.
Berjalan ke arah dapur kami yang super mini. Hanya ada kompor, tempat cuci piring, dan rak piring yang atasnya biasanya dipakai untuk tempat nasi dan lauk. Aku tersenyum melihat keadaan kami yang berbanding terbalik dalam waktu yang tidak lama.
Semakin hari berada di sini, aku semakin tahu ternyata harta kekayaan itu hanyalah titipan yang Maha Kuasa. Hanya untuk menguji hambanya apakah dia termasuk orang yang bersyukur atau kufur. Jika sewaktu-waktu Alloh mengambilnya maka manusia tak bisa apa-apa karena sejatinya segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milik Nya dan berada dalam genggaman Nya.
Setelah mengambil nasi, tumis kangkung dan tempe aku berjalan ke ruang tamu mini kami. Aku menikmatinya dengan lahap padahal dulu aku merasa aneh saat melihat para asisten rumah tangga kami makan makanan seperti yang ada di depanku saat ini.
Bagaimana bisa perut dan lidah mereka mencerna makanan aneh seperti itu, pikirku waktu itu.
Dan sekarang aku baru menyadari nikmat Alloh itu adalah saat kita bisa bersyukur dengan segala karunia Nya.
Benar kata abah, semahal apapun makanan bisa di beli tapi nikmatnya makan Alloh yang bagi-bagi. Setelah lelah bekerja kemudian makan sambil duduk menselonjorkan kaki di ruang tamu yang sempit ini sungguh nikmat sekali. Perasaan seperti itu tidak bisa dibeli. Sungguh nikmat sekali.
Semenjak tinggal di lingkungan ini kami sekeluarga menjadi lebih tenang dan selalu bisa mensyukuri segala sesuatu yang terjadi pada kami. Menjadi lebih dekat pada Sang pemberi kehidupan dari hari ke hari.
Alhamdulillah ala kulli halin mani'matin.
"fia....!" Terdengar suara mami dari depan.
"Ya mii....." Aku mengusap tangan ku dengan serbet yang tergantung dekat rak setelah barusan mencuci piring.
Bergegas mencari kerudung instan lalu memasangnya. Sat set sat set selesai deh. Aku Pun kemudian berlari kecil ke depan.
" Iya mi....."Di bawah ternyata ada seorang wanita dan pria yang terlihat sederhana tapi aku tahu harga pakaian mereka tidaklah murah dan termasuk mehong, he he.
"Ternyata menantuku sudah besar ya...." Kata sang wanita yang langsung berjalan mendekat padaku. Aku pun segera mencium tangannya.
"Cantiknya....." Matanya berbinar-binar indah sekali. Raut wajahnya memancarkan keceriaan menandakan kebahagiaan. Kalau diperhatikan mungkin seumuran dengan mami.
"Ini tante rosi....." Mami memperkenalkan nama wanita cantik yang sekarang sedang memandangiku.
"Jangan begitu jeng sora!" ia menoleh ke arah mami.
"jangan panggil tante, panggil mama. Kamu kan calon mantu mama.... iya kan pah?"
Aku mendekat pada pada
pria yang dipanggil papah oleh tante rosi. pria yang kuperkirakan berumur lima puluh tahunan lebih bermata sipit ,berkulit putih seperti papi dan wajahnya terlihat dingin.
"Hmm" jawabnya.
uh, pria tua yang dingin...., pikirku.
"Mama tidak bisa lama-lama hari ini karena papa sebentar lagi harus bertemu klien. Lain kali mama akan datang kesini dan kita harus bicara panjang lebar..." Ia menangkupkan tangannya di kedua pipiku. Sepertinya gemas sekali.
"Baiklah kami pamit dulu jeng....!" katanya berpamitan.
Setelah memelukku wanita yang memintaku untuk memanggilnya mama itu segera naik mobil.
Pria dingin itu menatapku sambil menganggukkan kepalanya sedikit setelah bersalaman dengan papi dan mami.
Mama baruku itu melambaikan tangannya saat mobilnya mevvahnya melewati kami.
.
.
.
Kami duduk diruang tamu kami yang tak ada kursinya. Hanya ada tikar yang biasanya kami gunakan untuk duduk bercengkerama bersama.
Aku ingin meminta penjelasan dari apa yang barusan ku dengar tadi. Tentang Perjodohan. Apakah itu serius atau hanya bercandaan antar teman saja. Tapi aku diam saja karena sepertinya mami dan papi juga ingin menjelaskannya sendiri.
"Fi.... papi minta maaf sebelumnya" Papi menghela nafasnya sebentar tanpa melihat ke arahku. Papi ku masih tampan meski usianya sudah senja. Kulitnya yang putih dan matanya yang sipit benar-benar menurun padaku. Tapi sayangnya aku tak setinggi papi.
"Papi tak berniat serius saat itu. Aku dan Pak Adi wijaya adalah keturunan cina dan sama-sama mencintai gadis pribumi. Jadi kami memiliki cerita yang mirip. Sama-sama dikeluarkan dari anggota keluarga besar. Seperti senasib sepenanggungan. Suatu saat Pak Adi mengatakan ingin menjodohkan anak-anak kami. Papi hanya mengiyakan saja tanpa berpikir lama. Ternyata pak Adi menagihnya Sekarang. Kalau saja pak Adi tak mengingatkannya papi juga tak akan ingat. Tadi abah mengatakan kalau memang janji ya harus ditepati.Tapi karena itu masalah perjodohan sebaiknya kedua keluarga bertemu dan membicarakannya. Jika anak-anaknya saling setuju alangkah baiknya tapi seandainya anak-anak tidak setuju para orang tua sebaiknya tidak memaksakan kehendaknya karena bagaimanapun juga mereka yang akan menjalani rumah tangga kedepannya, begitu kata abah tadi." Papi memandangiku seolah ingin menyelami pemikiran putri satu-satunya ini.
Sedangkan mami sedari tadi menggenggam telapak tanganku sambil mengusapnya sesekali.
Aku bingung harus bagaimana. Bertemu keluarga itu saja seingatku baru kali ini. Aku menoleh ke arah mami meminta pendapatnya.
Mami yang mengerti perasaan putrinya ini kemudian berkata," Mami pernah dengar cerita bagaimana Rosululloh saat menerima lamaran untuk putri-putrinya. Untuk putri pertamanya beliau tahu bahwa siti zainab dan Abu al ash saling menyukai maka Nabi yang saat itu belum menerima wahyu kemudian meminta istrinya Siti Khodijah untuk menanyakan bagaimana tanggapan putrinya tentang lamaran dari abu al ash. Tetapi saat Abu lahab datang untuk meminang siti Ruqoyyah dan Ummu kulstum untuk kedua anaknya yakni Utbah dan Utaibah Nabi langsung menerimanya karena tidak enak hati untuk menolak pinangan pamannya tanpa bertanya dulu pada kedua putrinya."
"Mami harap kamu bisa memaafkan kehilafan papimu dan berbesar hati. Sebaiknya kalian bertemu saja dulu, barangkali cocok. Jika seandainya tak cocokpun kalian bisa membicarakan masalah ini baik-baik" lanjut mami.
Aku tersenyum mendengar petuah mami. Padahal baru beberapa bulan saja kami disini tapi mami dan papi sekarang jadi religius sekali dan pemahaman agamanya naik drastis.
"Sebenarnya pak Adi juga berniat untuk mengajak Papi berbisnis lagi tapi papi menolak. Hidup sederhana seperti ini lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Papi takut jika masuk dunia bisnis lagi papi akan kembali terlena dan tidak ada waktu untuk beribadah" Papi menjelaskan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
N Wage
ALLAH...kalau pembacaan mmg ada sebahagian kita melafaskan ALLOH.Tp kalau penulisan lebih afdol 'ALLAH'.maaf kalau salah.
2024-10-23
0
gaby
Awal yg bagus jalan critanya. Btw seumur2 baru ini aq baca novel dah 3bab tp ga tau nama tokoh utamanya.Si tokoh wanita cm crita versi dia tanpa.menyebutkan namanya siapa.
2024-08-27
1
mala
kaya seru nuh, lanjut simpen ke favorit
2022-09-02
1