Saat ujian selesai ada waktu sekitar dua bulan untuk mendapatkan ijazah. Dengan memberikan banyak alasan akhirnya aku diperbolehkan untuk tidak ke sekolah dan mengikuti berbagai acara yang dipersiapkan untuk acara perpisahan nanti.
Aku memilih bekerja di toko kue yang sangat ramai di kota ini. Tidak ada lagi keinginan untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi karena biayanya pasti mahal. Meskipun ada jalur beasiswa tapi tetap saja akan membutuhkan biaya transportasi, buku dll. Apalagi mengingat otakku yang pas-pasan ini. Lebih baik aku menggunakan uang yang kudapatkan nanti untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja.
Seandainya saja ada pilihan aku ingin bekerja sambil sekolah pada hari Sabtu Minggu.
Keberuntungan kami akhirnya perlahan mulai datang lagi.
Abah Fanani yang mempunyai bisnis percetakan dan mempunyai pondok pesantren mengajak kami untuk tinggal di tempat beliau karena melihat papi yang dulunya adalah donatur tetap di sana sedang mendapatkan musibah.
Aku juga patut mensyukuri hal itu. Meskipun kami dulu jarang solat tapi papi selalu tidak lupa untuk mengeluarkan zakat kecuali 3 bulan terakhir. papi Seakan lupa dan tidak mengeluarkan zakat sama sekali selama tiga bulan itu.
Begitupun dengan mami yang tidak melakukan kegiatan sosial dengan berbagai alasan dan tanpa menunggu waktu yang lama sebelum akhirnya kerajaan bisnis papi runtuh seketika.
Mendapatkan penawaran dari abah Fanani Awalnya papi tidak mau karena merasa tidak enak takut malah akan merepotkan. Tapi abah meyakinkan kami bahwa mereka sedang membutuhkan tenaga untuk memasak di pesantren dan butuh tenaga di sawah dan kebun abah.
Abah, begitu kami memanggilnya, bercerita jika bisnis percetakan saat ini sudah tidak bisa diandalkan karena perkembangan zaman yang membuat ilmu pengetahuan bertebaran di depan mata dalam genggaman tangan tanpa perlu media buku.
Kini abah sudah menutup percetakan nya dan sedang menekuni bidang pertanian dan perkebunan. Abah ingin belajar tentang cara pemasaran hasil pertanian dan cara pengemasannya agar bisa sampai ke tangan konsumen masih dalam keadaan fresh. Abah berharap papi sebagai orang yang pernah berkecimpung di dunia bisnis mau membantunya untuk menghubungkannya dengan teman-teman papi yang bergerak di bidang itu.
Papi akhirnya bersedia ikut abah dengan syarat agar diperbolehkan turun ke sawah untuk bekerja seperti yang lainnya dan papi akan berusaha untuk menghubungi temannya.
Jadilah saat ini kami tinggal di rumah yang disediakan untuk para pekerja di pesantren dan unit usaha yang di miliki oleh abah. Kami termasuk yang mendapat kan tempat spesial. mungkin karena kami sekeluarga sehingga rumah yang disediakan oleh abah untuk kami memiliki dua kamar, dapur kecil dan kamar mandi di dalam.
Rumah yang kami tempati saat ini tidak lebih besar dari rumah kontrakan kami sebelumnya tapi di sini suasana sangat kental dengan nilai agama.
Sedangkan para pekerja yang lain biasanya adalah anak-anak pondok yang sudah lulus sekolah dan ingin mengabdi pada pesantren terlebih dahulu sebelum mereka boyong dan kembali ke rumah nya masing-masing. Sama seperti kami mereka bebas makan dan akan mendapatkan sedikit bayaran untuk uang jajan.
Dan ada juga beberapa warga yang ikut serta bekerja dengan niat membantu pesantren dengan bayaran pada umumnya orang bekerja.
Selama kami tinggal di pesantren aku pun mulai belajar menutup aurot, ikut mengaji jika kebetulan kerjaku libur dan bantu-bantu memasak untuk keperluan seluruh keluarga besar anggota pondok.
Mami bertugas membuat menu untuk anak-anak pondok dan para pekerja juga untuk keluarga abah. Tentu saja itu bukan hal yang sulit karena dulunya kakek kami memiliki depot di alun-alun kota yang sekarang sudah berpindah ke tangan pak lekku.
Sedangkan papi ikut bekerja ke sawah maupun ke kebun bersama dengan para pekerja yang lainnya. Di sini lingkungannya sangat kondusif membuat kami betah dan benar-benar bisa move on dari status sosial yang disebut kaya.
Papi ku yang berkulit putih dan bermata sipit mendapatkan perhatian lebih. Pandangan mereka bukan pandangan kasihan karena seorang cina kok ngere tetapi pandangan mereka malah seperti orang yang kagum.
Bagaimana bisa ada orang cina yang mau hidup susah dan menjalankan syariat islam dengan benar. Mereka tidak tahu jika sebelumnya papi masuk islam karena ingin menikahi mami dan itu tentu saja mendapat penolakan dari keluarga besarnya. Sampai-sampai papi dikeluarkan dari kartu keluarga.
Pada awalnya papi dan mami mengerjakan solat dan puasa sesuai syariat tapi setelah bisnis papi semakin berkembang mereka pun jarang melakukan solat dengan alasan tidak ada waktu karena terlalu sibuk.
Aku pun menjadi tidak begitu tahu tentang ajaran islam yang benar sehingga membuat aku salah jalan dan terjerumus kedalam pergaulan bebas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
nata
aba Fanani mirip kepala sekolah aq dlu,beliau jga punya bisnis percetakan,,, mungkin kebetulan ya Thor 🥰🥰💜😘
2023-04-11
1
Bagja
yah bener dugaan ku😔☹️
2023-03-20
1
Satriawanty Meitridwi Irwansyah
nah kan seru...klau di part berikutx seru lg.ku favorit.
2022-09-02
2