Sehabis mengantar Tina sampai ke depan sekolah. Ira bergegas berlarian menuju sekolahnya. Memang sekolah Tina dan Ira satu arah. Tapi, tetap saja karena di persimpangan arah sekolah mereka berlawanan, jadi Ira harus bergegas berlari dengan cepat supaya ia tidak terlambat.
Untungnya Ira datang telat waktu meskipun sangat mepet. Hampir saja gerbang sekolah ditutup sebelum ia masuk. Tapi syukurnya ia cepat sedikit lebih awal. Dengan nafas tersengal-sengal Ira berjalan perlahan menuju kelasnya. Namun, malah tak sengaja seseorang yang sedang bermain-main dengan teman-temannya menyenggol tubuh Ira sampai ia harus terjatuh ke tanah.
Bruukk
"Aduh!" rintih Ira.
"Eh, sorry sorry! Loh gak papah, Ra?" tanya seorang lelaki berwajah tampan serta manis melebihi manisnya gula.
Dia adalah Arif, pria jangkung yang dikenal sebagai cucu dari pemilik sekolah ini. Cowok yang paling disegani dan disenangi, karena perangainya yang baik meskipun memiliki status yang tidak biasa dan kekuasan yang melimpah.
"Gue gak papah," jawab Ira bergegas bangkit tanpa menerima uluran tangan Arif yang sedari tadi ingin membatunya berdiri.
Arif pun hanya mengangguk kecewa karena sikap Ira yang selalu dingin kepadanya setiap kali bertemu. Arif bahkan tidak mengerti mengapa, sulit sekali berbicara atau mengobrol dengan Ira, karena Ira selalu menghindarinya.
Jujur saja Arif penasaran mengapa Ira selalu menghindar setiap kali berpapasan dengannya. Padahal mereka itu teman satu kelas. Bahkan kali ini pun Ira bergegas pergi begitu saja tanpa meninggalkan sepatah katapun.
Arif hanya bisa menghela nafas dan tak sengaja melihat sikut Ira tergores karena jatuh barusan. Awalnya Arif tak mau peduli. Tapi, karena ia merasa kalau ia harus bertanggub jawab telah membuatnya terluka dan jatuh jadi ia segera menyusul langkahnya menuju kelas.
"Bro! Gue duluan yah!" ujarnya pada teman-temannya dan langsung pergi menyusul Ira.
Sesampainya Ira di kelas. Ega si ketua kelas yang baru saja kembali dari ruang guru memberitahu Ira kalau wali kelasnya ingin bertemu di ruang guru saat ini juga.
"Ira! Pak Hadi memanggilmu, tuh!" tukas Ega.
Ira yang baru saja mau duduk, terpaksa pergi ke ruang guru setelah menaruh tasnya. Sementara Arif yang baru saja tiba melihat Ira yang pergi lagi dari kelas terus mengikutinya.
"Permisi, Pak! Bapak memanggil saya?" tanya Ira sesampainya di ruang guru dan menuju meja Pak Hadi.
"Oh, iyah. Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin Bapak sampaikan sama kamu. Ayo, duduk dulu!"
Ira pun duduk. "Ada apa, yah Pak?"
"Begini, sebenarnya Bapak sudah memperhatikan kamu beberapa hari terakhir ini. Dan sepertinya kamu sangat tertarik dengan menggambar. Bapak juga sempat melihat karya-karyamu. Jika kamu mau, apakah kamu mau mendaftar untuk lomba menggambar nanti mewakili sekolah?
"Bapak sengaja belum mengumumkannya dimading, karena Bapak pikir kamu harus mendaftar terlebih dahulu. Karena akan ada bonus hadiah bagi pendaftar pertama dari yayasan meskipun kamu kalah dari lomba. Bonusnya kisaran sebesar Rp. 200.000. Bagaimana kamu tertarik?"
Sejenak Ira terdiam dan melemparkan pertanyaan pada Pak Hadi.
"Kenapa Bapak menawarkan hal ini kepada saya? Apa alasan Bapak?" tanya Ira tersinggung karenanya.
"Bapak tidak bermaksud apapun. Hanya saja, kelihatannya kamu sedang kesulitan soal biaya. Sudah empat bulan kamu belum membayar iuran sekolah. Biasanya kamu tidak pernah terlambat. Yah, setidaknya Bapak ingin membantu meringankan bebanmu. Jujur, Bapak tidak bermaksud yang buruk," balas Pak Hadi menjelaskan.
Ira memang tersinggung. Tetapi ia menyadari dirinya yang kurang mampu. Ia tidak menyalahkan Pak Hadi. Justru ia berterima kasih karena Pak Hadi telah memperhatikan murid biasa sepertinya.
"Terima kasih, Pak. Tapi, jika boleh tahu berapa hadiah untuk juara pertama?" tanya Ira mulai tertarik.
"Hadiah untuk juara pertama, sebesar satu juta dengan piala penghargaan."
Ira tentu saja sangat tertarik mendengar hadiah utamanya. Setidaknya ia bisa membayar iuran bulanan yang belum ia bayar selama empat bulan terakhir ini. Karena uang yang ia hasilkan ia utamakan untuk membiayai kedua adiknya.
"Kalau begitu, daftarkan saya untuk menjadi peserta yang pertama," ucap Ira dengan antusias dan senyum penuh semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments