Iskan sampai di sekolah dengan wajah muram. Kedua teman dekatnya Panji dan Ridwan menghampiri ia saat melihatnya tengah berjalan di koridor sekolah menuju kelas. Panji merangkul Iskan dari belakang.
"Hei, bro! Loh kenapa? Kagak semangat gitu keliatannya?" tanya Ridwan.
"Wah, gue curiga loh kehabisan rokok, yah?" bisik Panji menimpali.
Iskan hanya menoleh singkat padanya dengan tatapan tak bersemangat.
"Udah yok! Ke belakang sekolah!" ajak Ridwan.
Namun, seketika Iskan melepaskan dirinya dari rangkulan Ridwan dan berhenti melangkah. Saat ini ia kepikiran dengan kakaknya yang sudah berjuang mati-matian demi dirinya. Dan ia tersadar kalau ia tidak mau sampai mengecewakan kakaknya.
"Sorry Wan, Ji. Gue berhenti mulai sekarang. Gue harus lulus tanpa ada masalah apapun. Dan gue akan belajar dengan baik mulai dari sekarang," balas Iskan dengan tegas dan menatap yakin kepada dua temannya.
Ridwan serta Panji tertegun tak percaya mendengar perkataan Iskan tersebut. Mereka saling menatap tak percaya satu sama lain. Tatkala Iskan melanjutkan langkahnya menuju kelas disusul oleh kedua temannya itu.
"Serius loh, Kan?" tanya Ridwan lagi masih tak mempercayainya.
"Gue serius! Jadi, sebaiknya loh berdua juga berhenti mulai sekarang," titahnya memperingati kedua temannya supaya berhenti untuk merokok juga.
"Waahhh! Iskan yang terkenal sebagai preman sekolah yang sangat disegani, sekarang udah tobat?" ejek Panji.
"Serah loh, deh! Pokoknya mulai sekarang gue hanya akan fokus pada pelajaran gue," Iskan terkekeh pada perubahannya dan pendiriannya yang baru.
Kata-katanya itu tak sengaja didengar oleh Maya teman satu kelas Iskan yang ia sukai. Maya adalah ketua kelas, siswa teladan nomor satu. Selain pintar, ia juga cantik dan selau bersikap ramah pada siapapun. Bahkan ia menjadi idola bagi para kaum adam.
Walau sebenarnya, Maya sudah lama tertarik pada Iskan. Ia selalu penasaran dengan kehidupan yang Iskan jalani. Mendengar Iskan ingin merubah dirinya, membuat Maya lebih tertarik untuk lebih mengenal jauh kehidupan Iskan.
Maya memberanikan diri datang pada Iskan setibanya di kelas.
"Kamu, jadi ikut study tour?" tanya Maya seketika hanya mencoba basa-basi saja dengannya.
Iskan menoleh pada Maya yang tersenyum cerah sepagi ini kepadanya.
"Nggak. Gue ada urusan lain nanti," balas Iskan sok cuek dan kalem.
"Serius? Emangnya urusan apa yang membuat loh gak bisa ikut study tour? Padahal dengan ikut kamu bisa menambah pengalaman dan juga poin kamu, lho!"
Iskan tersenyum tipis dan menatap Maya. "Gue harus kerja. Gue gak ikut, karena gue gak mampu bayar. Karena itu, gue harus mulai mencari pekerjaan," balas Iskan kali ini berterus terang dengan kehidupannya yang memalukan.
"Kerja? Kenapa kamu harus bekerja?" tanya Maya lagi semakin penasaran.
Yah, memang benar. Tak ada yang tahu tentang hidup Iskan. Semua mengira Iskan hidup dalam keluarga yang baik dan bisa dibilang cukup.Tapi, nyatanya itu dulu dan sekarang ia hanya bisa menutupi hidupnya yang malang setelah ditinggalkan kedua orang taunya satu tahun yang lalu.
Iskan pun menatap mata Maya dalam-dalam.
"Kenapa loh terus bertanya? Jangan bilang log tertarik sama kehidupan gue?"
Seketika Maya terdiam kaku dan gelagapan. Ia menjadi salah tingkah mendapat pertanyaan tersebut dari Iskan. Apalagi, tatapan Iskan membuat jantungnya berdebar entah untuk keberapa kalinya.
Yah, Iskan memang terhitung cowok paling tampan dan keren di sekolah. Sebandel apapun dia, ia banyak dikagumi oleh para siswi di sekolah. Begitu pun Maya. Maya secara tidak sengaja telah menaruh hati untuk Iskan untuk waktu yang lama. Meskipun, ia jarang berkomunikasi dengan Iskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments