Dua hari dua malam sebenernya waktu yang cukup untuk digunakan sebagai jatah istirahat. Tapi untuk Okta, waktu dua hari itu kurang banget karena dia mau nonton konser The Boys nanti malam, sedangkan lusa pagi dia dan timnya harus kembali bertugas di dalam pesawat.
Sekarang dia bingung, mau batal nonton tapi udah terlanjur beli tiket. Kan sayang uangnya. Dia juga udah mupeng The Boys sejak tau kalau satu penerbangan dengan grub itu. Tapi kalau memaksa nonton, bisa-bisa saat tugas badannya nggak vit karena konser bisa-bisa berlangsung sampai pagi.
"Okta?" di Cafetaria Bandara, Dave-pramugara sekaligus temannya itu tiba-tiba datang dan langsung duduk di kursi depannya.
"Hai, tumben jam segini udah stand-by" celetuk Okta sambil mengumbar senyum manisnya.
Dave termenung sesaat.
Kalau dilihat dari dekat, muka Okta itu enak banget dipandang. Manis, nggak ngebosenin. Gadis itu ibarat magnet beda kutub yang menimbulkan daya tarikan yang kuat untuk Dave terus menatapnya.
"Lagi pengen aja, lo sendiri sejak kapan disini?" cowok itu bertopang dagu. Menatap Okta lamat-lamat.
Okta melihat keatas dengan jari telunjuk menempel di dagu, belagak sok berpikir. "Nggak lama sihh, sejam yang lalu lah kayaknya" dia menjawab gak yakin. Mana sempet dia liat jam tiap kali nongkrong, kurang kerjaan banget.
"Oh iya, gue punya sesuatu buat lo!!" Dave berseru cepat, membuat Okta menatapnya penuh tanya. Antara penasaran dan heran, karena setiap mereka ada tugas terbang ke luar negri, hampir setiap negara yang mereka kunjungi Dave akan selalu membelikannya hadiah.
Ya bukannya nolak rezeki, sebagai umat manusia yang penuh hawa nafsu dan dosa, Okta dengan senang hati menerima hadiah dari Dave. Tapi sebagai sesama anak rantau dengan gaji yang sama-sama seperti angin lalu-cuma lewat doang, Okta cukup sadar diri dan punya harga diri untuk tidak terlalu merepotkan Dave.
"Hadiah apa?"
Cowok itu dengan sumringah menyerahkan sebuah kotak merah yang kayaknya dia desain sendiri. Okta mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi, menunjukkan kalau dia penasaran. Dengan gerakan cepat dia membuka kotak itu, sedikit takjub dengan isinya.
"Wahh, ini bagus banget!!" pekiknya dengan senang. Tanpa menunggu lama, perempuan itu mengambil gelang yang ada di dalam kotak. Emang terlihat sama kayak gelang emas pada umumnya, tapi dari desain dan bentuknya terlihat kalau gelang itu made in Koreyahh.
"Lo suka?" tanya Dave dengan wajah sumringah. Tambah sumringah lagi saat Okta menganggukkan kepalanya. Gak sia-sia usaha dia tanya ke Rina tentang selera aksesoris Okta sampai harus nyogok perempuan itu dengan traktiran satu bulan full. Kere kere dahh.
"Sini gue pasangin " tanpa menunggu jawaban, Dave meraih pergelangan tangan kiri Okta dan memasangkan gelang itu disana. Nampak sangat cantik dan serasi dengan kulitnya yang putih bersih.
Dari kejauhan Putri melihat adegan itu. Perempuan itu berdecak sinis. Ketidaksukaannya makin melambung tinggi pada Okta, apalagi melihat dia dekat dengan Dave-orang yang dia sukai sejak pertama kali bergabung dengan The Airlines 4 tahun yang lalu. Padahal dia dulu yang ketemu Dave, tapi kenapa malah Okta yang dapet.
"Liat perhitungan gue nanti, Ta!!"
******************
Sampai akhirnya pukul 17.00 Okta mantap untuk tetap pergi ke Konser The Boys. Menggunakan crop top warna hitam dan High-waist Jeans serta sepatu sneakers, dia terlihat seperti ABG. Berbekalkan tas selempang yang berisi tiket konser, kartu debit dan beberapa uang cash Okta berangkat menuju tempat konser dilaksanakan.
**************
"Gara-gara si Rina pake gaya-gayaan ke Bar, gue jadi nonton konser sendirian" sembari menunggu antrian check-in tiket, Okta menggerutu kesal karena rencana awal mereka gagal total. Padahal mereka sudah planning akan jalan-jalan setelah nonton konser dan bertekad gak akan tidur sebelum dapet gebetan orang Korea. Tapi entah karena nasib Rina lebih oke, perempuan itu dapet gebetan duluan. Orang Korea!.
Dan mereka melakukan first date malam ini, meninggalkan Okta sendirian.
Emang dasar nasib dia yang apes. Punya pacar Dokter juga cuma bertahan beberapa minggu. Bukan hal yang aneh, karena dasarnya Okta ini orangnya bosenan. Ditambah dia suka nemplok-nemplok ke siapapun . Gak heran kalau pacarnya langsung kena mental.
Setelah mengantri panjang, akhirnya dia berhasil masuk. Konser kali ini sangat meriah karena grub itu sudah vakum hampir dua tahun. Pasti saat mendengar bagwa nereka merilis lagu baru, para penggemar sangat antusias.
Konser di mulai dengan nyanyian merdu para member yang dikuasai oleh Vano, si vokalis utama. Berlanjut menyanyikan lagu-lagu mereka yang lain hingga lagu yang terbaru. Ditambah lagi penampilan solo dari setiap member yang memberikan perform khusus, para penggemar dibuat terkesima dengan kharisma mereka.
Kejutan selanjutnya, ada Selena-aktris sekaligus penyanyi internasional yang namanya sudah terkenal di mancanegara juga ikut hadir sebagai bintang tamu. Wajah cantik, suara bagus, prestasi gemilang, membuat perempuan 25 tahun itu banyak dijodohkan dengan para idol lainnya terutama Vano. Hal ini dikarenakan mereka pernah main drama bareng. Dan hari ini mereka kembali menjadi pasangan duet di konser The Boys.
Okta tak henti-hentinya berteriak. Bahkan perempuan itu gak peduli saat banyak bule Korea menatap aneh kearahnya, bodo amat toh dia disini juga beli tiket. Dia bahkan sampai live IG 2 jam nonstop, bisa dipastikan se-jibek apa followers nya mendengar dia teriak-teriak.
Konser berakhir pukul 03.00 KST. Okta pulang dengan membawa rasa puas karena berhasil mendapat tanda tangan Maxim di sapu tangannya. Perempuan itu sampai mencak-mencak gak jelas saat mengingat tadi Chiko melempar finger-heart kearahnya. Kan dia jadi mleyot brutal.
Saat dia baru keluar dari area konser, sebuah chat masuk dari nomer tidak dikenal. Okta membukanya dengan enggan,
+6281…....
~Okta?
~Sorry gw temennya Rina, kebetulan gw lg ada urusan disini. Btw gw ketemu Rina di Bar, dia mabuk parah sendirian. Bisa tolong jemput kesini?
Tuh kan, dia tadi udah feeling gak enak saat Rina izin mau ketemuan di Bar. Dia tau betul kalau sahabatnya itu paling gak bisa minum alkohol setetes pun, tapi yang namanya Rina memang keras kepala. Tetep kekeuh pengen pergi. Akhirnya begini kan, Okta juga yang harus repot.
Dengan mulut yang berdecak berkali-kali, Okta pergi ke Bar yang dimaksud setelah dikirimi sharelok. Bobrok-bobrok gini dia itu orangnya loyalitas banget kalau sama temen. Selagi dia bisa bantu, dia akan senantiasa membantu. Bahkan Rina pernah heran kok masih ada orang yang gak suka pada manusia sepengertian Okta.
Hanya butuh waktu 30 menit, dia sudah tiba di Bar yang lumayan ramai padahal ini sudah hampir pagi. Dengan langkah ragu, Okta masuk ke dalam Bar itu. Meski sudah sering keluar masuk tempat haram tersebut, dia tetap was-was karena ini bukan negaranya.
Saat pintu kaca terbuka, dentuman musik keras langsung menerjang pendengarannya. Okta mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Rina tapi tidak ketemu.
"Okta ya?" seorang pria mendekatinya. Bertanya dengan sopan. Okta memperhatikan wajah orang itu. Sangat oriental, khas orang Indonesia.
"Iya. Kamu yang chat saya tadi kan?" tebaknya dan tepat sasaran. Orang itu mengangguk.
"Rina udah bangun, dia lagi muntah-muntah di toilet. Mau duduk dulu sambil nungguin Rina?"
Awalnya Okta ragu, secara mereka baru kenal. Tapi gak ada salahnya dia menerima tawaran. Toh disini juga ada Rina, jadi dia gak parno-parno amat. Mereka mememilih duduk di kursi depan bartender.
"Oh ya, saya Tio" pria itu mengulurkan tangannya, mengajak berkenalan. Okta menerima uluran tangan itu dengan ramah.
"Okta, salam kenal" sahutnya.
"Mau minum?" Tio menawarinya wine. Perempuan itu berjengit, mengambil segelas dan meminumnya. Dia gak munafik kalau dia juga sering keluar masuk Bar. Tapi itu hanya untuk refreshing. Meskipun begitu dia masih bisa membatasi diri. Minum pun juga dia sesuaikan dengan kemampuan tubuhnya.
Obrolan mereka nyambung, Tio ini orang yang asik sampai tanpa sadar Okta sudah menghabiskan 6 gelas wine. Sekarang dia pusing , bahkan dia sudah lupa tentang Rina karena sudah 1 jam dia disini tapi batang hidung perempuan itu tidak kelihatan.
"Rina mana sih?!" dengan setengah sadar, dia menggumam sembari memijit pelipisnya.
"Rina gak ada disini" sahutan dari Tio membuatnya kaget. Okta segera mengangkat kepalanya. Dengan pandangan yang mulai buram, dia dapat melihat seringaian kecil di bibir pria itu.
Sial, dia dijebak!!.
*****************
Dini hari member The Boys masih ada di lokasi konser. Mereka semua puas, konser kali ini sangat meriah dan memberikan kesan yang sangat dalam. Dan untuk merayakan keberhasilan mereka hari ini, mereka mengadakan party di Apartemen Lucas. Bersama dengan Selena juga.
"Cheers buat keberhasilan kita" Chiko berseru sembari mengangkat gelasnya. Dan detik selanjutnya mereka bersulang dengan senang.
"Lo ngapa Van, gak sedep banget tuh muka" celetuk Maxim sembari menyesap sedikit wine.
"Kia kok gak bales chat gue ya?" Vano menjawab dengan pertanyaan. Teman-temannya cuma bisa bersabar. Ujung-ujungnya tetap mantan yang dibahas.
"Ya elo beggo, tau udah dibuang masih aja lo kejer. Cewek masih banyak Van, bukan cuma Kiara doang" sahut Lucas kesal.
Selena yang menjadi orang luar cuma diam menyimak. Dia mengulurkan segelas minuman kearah Vano, yang diterima oleh cowok itu.
"Maklumin lah Cas, namanya juga mantan terindah" perempuan itu memberi pembelaan.
Vano menandaskan minuman berwarna merah di gelasnya lalu meletakkan gelas itu di meja. Dia bangkit berdiri.
"Mau kemana lo?" tanya Chiko.
"Balik, badan gue gak enak" cowok itu menyahut sembari memakai hoodie tebal, kaca mata hitam, dan topi. Tanpa menunggu jawaban, Vano keluar dari Apartemen Lucas sendirian.
Cowok itu berusaha menutupi mukanya dari media. Sampai akhirnya dia sampai dia parkiran. Saat hendak masuk, Selena memanggilnya.
"Van!!" Vano menoleh, mendapati perempuan itu berdiri di sampingnya.
"Biar gue anterin ya, katanya badan lo gak enak" Selena menahan lengannya, dan Vano segera menepis .
"Gak perlu, gue bukan balita. Gue bisa nyetir sendiri.
Detik berikutnya Vano sudah pergi meninggalkan Selena dengan kekecewaannya.
*****************
Pukul 04.00 KST suasana masih agak gelap, Vano melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi di bawah langit Kota Seoul yang tiba-tiba gerimis. Tapi meski begitu, badan Vano malah berkeringat deras. Dia sendiri juga bingung.
Saat mobilnya melaju dengan kencang, seseorang tiba-tiba menyebrang sembarangan. Vano sontak mengerem mendadak. Suara decitan ban dan teriakan orang itu menyatu di tengah kesunyian jalan.
"Sial km, kenapa mesti nabrak orang sih!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R𝐈𝐍𝐃𝐔ᵇᵃˢᵉ𝕸y💞🍀⃝⃟💙
kl ga ada rasa cocok gmn mo tertarik 🙈
2024-01-13
0
Rawai hiatus ✅
Bukan siapaa yg cepat ketemunyaa tapi seberapa mampu kamu membuatnya tertarik
2023-12-16
0
𝐈𝐅𝐈𝐅𝐀𝐘 📴
jgn² si Tio suruhannya Putri, hadeh Okta main percaya aja lagi, semoga aja gk terjadi apa² sama Okta
2023-08-15
0