Dalvin marah. Ia benar-benar kesal kali ini. Dia keluar rumah mengendarai mobilnya, lalu menyusuri jalan dengan kecepatan tinggi tanpa arah, juga tanpa kesadaran. Seringai licik Duta masih membayang di ingatannya.
Setiap kali ia mengingat perkataan Amira tadi, ia semakin terlihat brutal. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas seratus kilo meter per jam.
Di jalanan sepi, Dalvin menghentikan mobilnya secara mendadak. Jelas membuat jalanan dikotori bekas jejak ban mobilnya.
"Amira..." Ucapnya, lalu ia menggeleng keras seakan ada hal yang mengganggu pikirannya.
Dalvin memutar balik mobilnya. Ia berniat pulang untuk menemui Amira lagi. Tapi kali ini kesadarannya telah sepenuhnya kembali. Ia semakin kesal, karena jarak tempuhnya dari rumah mulai terasa jauh olehnya.
"Amira, tunggu aku... Kamu tidak boleh bersama Duta." Ucapnya dengan raut penuh harapan.
Jalanan mulai terlihat sunyi, sekencang apa pun ia melajukan mobilnya, ia merasa rumahnya masih saja jauh.
Cukup lama, ia sampai di depan rumahnya. Ia melihat Amira beserta keluarganya keluar dari dalam rumah megah itu.
"Amira...!" Serunya.
"Dalvin?" Amira menoleh cepat, sementara Duta dan keluarganya memerhatikan dengan keheranan.
Dalvin mengejar posisi Amira, lalu menarik lengan gadis itu.
"Ada apa ini, Vin?" Tanya Amira bingung sambil berusaha keras melepas cengkraman Dalvin di pergelangan tangannya.
"Aku suka kamu, Amira..." Ucap Dalvin cepat. Ia mengungkapkan perasaannya terhadap Amira di hadapan keluarganya. Ia tidak peduli telah sebatas apa hubungan Amira dengan kakak tirinya itu.
Amira terpana. Dahinya berkerut, ia bingung melihat tingkah Dalvin saat itu.
"Apa-apaan kamu, Vin..." Serang Sandra seraya menarik lengan Amira dan melepas paksa dari Dalvin.
"Percaya aku, Amira... Duta bukan orang yang baik... Dia hanya memanfaatkan kamu saja... Dia tidak benar-benar suka kamu... Dia hanya..."
PLAAK...
Tamparan keras dari tangan Amira melekat di pipi Dalvin. "Kamu sudah gila, hah?" Teriak Amira tak percaya.
Duta ternganga. Ia semakin merasa senang melihat keputusasaan di wajah Dalvin. Rencananya sungguh tidak sia-sia menjadikan Amira sebagai tameng membuat rasa sakit di hati adik tirinya itu. Dan ia sama sekali tidak menyangka bahwa Amira benar-benar menyukainya.
"Kak Duta ini kakak kamu, Vin... Kok sebisanya kamu memfitnah kak Duta seperti itu?" Tuding Amira dengan suara keras terdengar kesal.
"Tapi itu kenyataannya, Amira... Dia..."
"Cukup, Vin... Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi dari kamu." Tegas Amira seraya mundur dari hadapan Dalvin.
"Dan satu hal lagi, mendengar pengakuan kamu tadi, mungkin kamu memerlukan jawaban... Aku mencintai kak Duta, Vin... Jadi, maaf... Aku tolak kamu... Dan juga, mungkin pertemanan kita berakhir disini. Sisanya, aku hanya mampu menghargai kamu sebagai adiknya kak Duta, karena aku dan kak Duta akan segera melangsungkan pertunangan..." Ucap Amira menambahkan.
Dalvin tertunduk lesu. Air mukanya berubah sedih menggambarkan kehancuran hatinya yang berkeping-keping.
Hatinya semakin sakit ketika Amira menggandeng lengan Duta, lalu pergi tanpa belas kasih.
"Tidak bisakah kamu mencari perempuan lain saja? Atau mungkin menerima perjodohan yang telah diatur oleh mendiang mama kandungmu? Kenapa kamu selalu menginginkan apa yang dimiliki Duta, hah?" Sarkas Sandra.
Dean menatap Dalvin penuh arti, hanya saja ia tidak tahu apa arti tatapan papanya. Ia hanya bisa mengartikan ketidakpedulian papanya terhadap dirinya, dan bahkan merasa anggapan papanya sama seperti anggapan Sandra tentangnya.
"Masuk, Vin..." Perintah Dean.
Dalvin tidak menyahut, ia malah kembali ke dalam mobilnya, lalu pergi dan mengabaikan ucapan Dean.
****
Sudah larut malam. Dalvin masih saja enggan pulang ke rumahnya. Ia masih sibuk berputar mengelilingi kota yang mulai sunyi.
Hatinya telah patah. Ia berpikir untuk menyerah dan menerima saja perjodohan itu.
Ponselnya berdering.
"Rio? Astaga... Aku melupakan janjiku kepada Rio..." Ucapnya tiba-tiba merasa panik.
Dalvin menggeser tombol hijau dan siap menyapa.
"Halo, Yo... Sorry, tadi..."
Ucapan Dalvin terhenti. Ia tampak terkejut mendengar suara dari seberang.
"Saya akan segera ke sana..." Ucapnya seraya memutar balik stir mobil. Raut wajahnya berubah cemas.
Laju kendaraannya kembali cepat, menembus jalanan sepi tanpa ada kendaraan lainnya. Ia lebih cemas memikirkan kabar yang baru saja ia terima, dibanding memikirkan Amira yang terang-terangan menolak dirinya dan memilih Duta.
Merasa jalanan hanya miliknya sendiri, Dalvin semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mendadak ia dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba melintas di depannya.
Dalvin hilang kendali. Lampu mobilnya menyorot jelas tubuh orang itu yang tengah menyilang kedua lengannya menutupi wajah karena ketakutan. Ia memutar stir mobilnya kearah kiri jalan, sehingga ia sendiri yang mengalami kecelakaan.
Dentuman keras terdengar memekakkan telinga.
Mobil yang ia kendarai menabrak pohon besar. Tiba-tiba ia tak sadarkan diri di dalam mobilnya yang dipenuhi asap tebal.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
haiss...vin2 knp hlang kndli sih
2022-08-13
2
Dwisya12Aurizra
hah...
2022-07-11
1
Ika Sartika
ya ampun Davin kecelakaan...😱
2022-06-20
1