Penampilan Nela

............🌹Happy Reading🌹 ...........

...Baca dulu, kalau suka silahkan meninggalkan jejak yah. Fav nya jangan lupa biar nggak ketinggalan....

.

.

.

Keterkejutan tak hanya di rasakan Adenia, Adnan selaku korban pelukan Nela tak kalah terkejutnya. Ada rasa aneh yang tiba-tiba dia rasakan, rasa yang dia tahu betul rasa apa itu dan ini tidak baik menurutnya.

"Adnan hoh, akhirnya ketemu lo juga. Aku kangen tahu." Kata Nela sembari memeluk erat Adnan, lupa seperti apa keadaannya sekarang.

"Ah yah, aku juga kangen sama lo. Tapi ini, aku basah loh." Ucap Adnan berusaha baik-baik saja setelah apa yang dia rasakan.

"Iya Nel, suamiku basah tuh kamu peluk gitu." Ucap Adenia yang kini sudah menepis rasa keterkejutannya. Dia tahu Sahabatnya itu pasti tak sengaja melakukan itu dan benar saja Nela langsung melepaskan diri setelah sadar apa yang dia lakukan.

Buru-buru dia langsung mengambil bathrobe yang tadi dia bawa bersamanya tadi dan di letakan di kursi tepat samping Adnan berdiri sekarang.

"Eh sorry Ad aku lupa." Kata Nela bersamaan dia yang mengenakan bathrobe di tubuhnya.

"Ya nggak papa Nel, santai." Jawab Adnan dan beralih menatap sang istri. "Sayang ke kamar yuk temenin aku ganti baju." Ucap Adnan.

"Iya Mas, sebentar." Kata Adenia sembari berjalan mendekati Nela dan mengambil bathrobe nya dan langsung di kenakan.

"Nel, kita tinggal yah sebentar. Awas Brian si berbisa, hati-hati jangan sampai di gigit." Pamit Adenia namun masih sempatnya dia melontarkan candaan saat suasana di kolam renang mendadak aneh tak jelas karena kejadian tadi.

"Wo ileh, emang aku ular apa." Gerutu Brian membuka suara setelah tadi dia terdiam cukup lama setelah apa yang dia saksikan barusan.

"Hahahaha, emang iya kan. Ayo Mas." Kata Adenia dan menggandeng Adnan melangkah pergi meninggalkan gerutuan Brian.

"Ck." Decak Brian menanggapi kepergian kedua kakaknya itu.

Brian langsung menghampiri Nela yang kini sedang menatap kepergian Adnan juga dengan tatapan yang entah apa itu..

"Hey Mba, ngelamun to." Ucap Brian sambil mencolek Nela dan mendapatkan respon terkejut wanita itu.

"Brian kalau Mba jantungan gimana." Omel Nela yang mulai akrab dengan Brian sejak kedatangannya tempo hari.

"Mikirin apa sih, mending minum nih." Ucap Brian sambil memberikan segelas air pada Nela yang dia ambil dari meja depan mereka..

Tanpa berkata Nela langsung mengambil dan meminum minuman itu hingga tandas tanpa tersisa.

Nela sebenarnya kini merasa bersalah tentang kejadian tadi, sungguh dia benar-benar lupa jika dirinya dalam keadaan hampir polos tadi tapi memeluk Adnan begitu kencangnya. Yang dia tahu dirinya hanya terkejut melihat Adnan sahabatnya itu. Itu saja, tak ada niatan sekalipun sengaja melakukan hal tadi.

"Brian aku ke kamar yah." Pamit Nela setelah dia selesai menelan habis minumannya.

"Nggak lanjut renang lagi Mba?"

"Nggak, udah dingin. Bay Brian." Ucap Nela sambil berjalan masuk meninggalkan Brian yang kini sudah duduk bersandar di kursi.

Setelah kepergian Nela, Brian nampak tak juga ikut beranjak. Pria itu hanya menatap kepergian Nela dengan berbagai macam pikirannya sendiri..

...****************...

"Bodoh banget sih lon Nel, pake acara nggak nyadar diri lagi. Malu kan sekarang kamu jadinya." Omel tak jelas Nela pada dirinya sendiri setelah baru menutup pintu kamarnya.

Wanita itu berjalan gontai ke arah ranjang dan membaringkan dirinya di sana, tak peduli dia masih dalam keadaan belum membersihkan diri. Dia masih shock dengan kelakuannya sendiri tadi.

"Aisss, jadi malu kan sekarang kalau nanti bertemu mereka." Gerutu Nela terus memikirkan hal tadi.

Sementara Nela yang kini sedang sibuk dengan pikiran malunya, di lain ruangan kini sepasang suami istri tengah melepas rindu setelah seminggu tak bertemu. Mereka bahkan tak memikirkan kejadian tadi, malah kini sibuk memberikan kepuasan bagi masing-masing melepaskan semua yang mereka tahan seminggu ini hingga sampai di puncaknya mereka pun saling memeluk menyalurkan rasa puas yang mereka terima.

"Hahhh, terima kasih sayang." Ucap Adnan sembari memberi kecupan singkat di dahi Adenia setelahnya dia pun menarik selimut, menutupi tubuh keduanya.

"Jangan tidur Mas, mandi dulu. Apa nggak lengket." Seru Adenia saat melihat Adnan memejamkan kedua matanya.

"Sebentar saja sayang, capek. Biar begini dulu." Ucap Adnan sembari memeluk erat tubuh Adenia membuat wanita itu pasrah mengikuti keinginan sang suami.

Keduanya pun sama-sama memejamkan mata dan tak lama saling menghilang di telang dunia kapok membawa mereka melepas kesadaran menuju mimpi.

Hingga siang menjelang, kedua pasangan itu masih terlelap sampai dimana salah satu ponsel di nakas tepat di samping tempat tidur berbunyi dan mengganggu atensi tidur kedua pasangan polos di balik selimut itu.

"Mas." Rengek Adenia yang merasa terganggu tidurnya dengan bunyi ponsel itu.

"Iya sayang, biar Mas yang angkat." Ucap Adnan dan Adenia langsung melepas tubuh Adnan yang dia peluk dan berganti posisi membelakangi Adnan, melanjutkan tidurnya yang begitu nyenyak tadi.

Adnan langsung bergegas melihat ponsel itu yang ternyata milik sang istri. Melihat panggilan dari id name Ibu Mertua, Adnan langsung mengangkat panggilan itu tanpa berniat mengganggu tidur Adenia lagi karena sudah biasa bagi keduanya saling menerima telfon kalau sala satu dari mereka yang dalam keadaan tak bisa mengangkat telfon.

Setelah mengangkat dan bicara sebentar, panggilan pun di akhiri Adnan dan pria itu langsung beralih memeluk sang istri setelah ponselnya dia letakan kembali.

Adnan memberikan ciuman ciuman pelan namun bertubi-tubi nya pada punggung terbuka Adenia membuat wanita itu menggeliatkan tubuhnya merasa terganggu.

"Sayang, mandi yuk. Setelah itu kita makan, Mas lapar." Seru Adnan membuat Adenia membuka kedua kelopak matanya, membalikan posisinya mengahadapi Adnan yang masih setia memeluknya.

"Lapar?" Tanya Adenia dan Adnan menganggukkan kepalanya sembari menyusupkan kepalanya di tempat favoritnya, dada Adenia.

"Ya udah, gendong Mas. Kita mandi sekarang." Kata Adenia dan Adnan langsung membuka matanya beranjak bangkit dan menggendong tubuh sang istri seperti apa yang di pinta wanita itu.

"Mulus banget." Jahil Adnan saat dia berjalan sambil menggendong tubuh polos sang istri.

"Iya lah, Adenia gitu loh." Bangga Adenia sembari menguatkan genggaman tangannya yang melingkar apik di leher sang suami.

"Hahaha, kau ini sayang."

Kedua orang itu pun akhirnya berakhir di kamar mandi, hanya sebentar karena cacing di kedua perut mereka sudah berdemo meminta jatah.

...****************...

"Brian." Panggil Adenia saat dirinya dan Adnan baru saja memasuki ruang makan setelah tadi di panggil Bibi Imas.

"Ya Mba?"

"Mana Nela, kok nggak kamu ajak makan siang." Tanya Adenia saat hanya melihat Brian yang berada di ruang makan.

"Sayang." Ucap Adnan setelah menarik kursi untuk Adenia. "Makasih Mas." Kata Adenia sembari duduk dan kemudian di ikuti Adnan.

"Lagi keluar sebentar tadi, nggak tahu kemana." Ucap Brian santai sambil tetap menyuapi makanan ke mulutnya.

"Loh kok Nela nggak ngajak Mba yah. Terus kamu nggak nanya gitu dia mau kemana?" Ucap Adenia sembari menyiapkan makanan untuk Adnan seperti biasanya.

"Udah, cuman bilangnya ada urusan aja. Aku nggak nanya lagi soalnya lagi ada telfon tadi aku jadi nggak konsen ke Mba Nela nya." Jujur Brian, tadi sebenarnya kalau tak sedang menelfon dengan Beca sudah pasti dia akan dengan senang hati menawari dirinya untuk mengantar kemanapun Nela pergi apa lagi melihat penampilan menggoda Nela tadi..

"Ya udah nanti biar Mba telfon nanyain tu anak." Kata Adenia dan kemudian menatap sang suami sambil menyodorkan makanan pada pria itu. "Oh iya Mas tadi yang telfon siapa? aku lupa nanyain, dan kamu juga nggak ngasih tahu aku."

"Itu Ibu minta kita ke rumah, ada kumpul keluarga sore nanti. Tapi kalau kamu nggak mau, kita nggak usah pergi ko." Jelas Adnan dan Brian seketika meneliti raut wajah sang kakak yang nampak menghembuskan nafasnya perlahan. Selalu saja kalau berhubungan dengan keluarga Adnan, Adenia pasti akan menghindar.

Bukan mengapa, wanita itu terlalu kurang mental jika harus berhadapan dengan keluarga besar Adnan yang selalu saja menyinggung soal anak ketika mereka berkunjung. Dan itu tentu saja akan melukai hati Adenia yang sebenarnya juga mengharapkan hal yang sama, tapi apa yang bisa dia perbuat jika sampai di tahun ke empat pernikahan mereka ini Tuhan masih belum juga memberikan anugrah itu di rahimnya.

"Siapa bilang aku nggak mau. Kita akan pergi sore nanti, lagian udah lama sekali kita tak berkunjung." Ucap Adenia sudah menguasai dirinya agar tak terlihat stres di mata Adnan.

"Baiklah, asalkan kamu nggak papa. Aku nggak mau yah sampai kamu sedih saat pulang nanti." Peringat Adnan yang tahu betul istrinya akan selalu diam ketika pulang dari rumah keluarganya dan ujung-ujungnya sampai rumah tangisan sang istri akan membahana memenuhi seisi rumah besar mereka itu demi menumpahkan kekesalan yang tak bisa dia keluarkan ketika di rumah orang tua Adnan.

"Apa sih Mas, aku nggak janji. Tapi akan berusaha kebal asal kamu selalu ada di samping aku." Gerutu Adenia dan langsung mendapatkan usapan lembut di tangannya yang berada di atas meja oleh Adnan.

"Ada ataupun tak ada anak di antara kita, perasaanku padamu nggak akan pernah berubah sayang. Jadi jangan khawatir, ini pernikahan kita nggak ada yang bisa mengaturnya selain kita sendiri. Jadi nggak usah dengerin kata orang, sekalipun itu orang tuaku sendiri. Ini pernikahanku, pilihanku jadi jangan pikirkan omongan mereka." Kata Adnan dengan penuh cinta menatap Adenia membuat hati wanita itu menghangat jadinya.

"Terima kasih Mas." Kata Adenia merasa bersyukur suaminya tak pernah menuntut anak darinya, selalu membesarkan hatinya dikala orang lain mengatainya tak subur. Padahal dirinya sudah memeriksakan keadaan dan rahimnya baik-baik saja, ini hanya masalah waktu dan kebaikan Tuhan untuk keluarganya itu saja. Bukan kerena dia mandul atau tak subur seperti yang orang-orang katakan di luar sana.

...****************...

Sore menjelang, saat Adnan dan Adenia menuruni anak tangga hendak pergi ke rumah keluarga Adnan tepat di tangga paling akhir, mereka bertemu dengan Nela yang baru saja pulang yang entah dari mana.

"Nela." Panggil Adenia sementara Adnan sedikit terkejut melihat Nela.

Wanita itu sangat seksi sekarang membuat Adnan berulang kali menelan saliva nya susah payah dan mengatur ekspresinya agar terlihat baik-baik saja di depan kedua wanita itu.

Sungguh Nela yang sekarang bukan seperti Nela polos yang dulu Adnan kenal. Lihat saja kini Nela dengan tubuh ramping yang tingginya bagaikan model profesional mengenakan dress selutut Coklat susu, pres body tanpa lengan dengan rambut di cepol penuh ke atas hingga mempertontonkan belahan dada yang tak begitu sempurna tertutup oleh baju yang dia kenakan di tambah juga ada sedikit belahan di samping paha kanannya dandi lengkapi dengan high heels yang tingginya sama dengan setengah jari kelinci dan jari tengah di satukan yang membuat penampilannya sungguh menggoda iman para pria jika melihatnya dan sekarang Adnan merasakan itu. Dia tergoda dengan tubuh Nela apa lagi mengingat kejadian tadi pagi memperkuat ingatannya bagaimana rasanya di peluk wanita itu yang hampir polos dalam dekapannya...

...****************...

...Btw, Jangan lupa like dan komennya yah🥰. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita baru ini🙏🤗. Sehat-sehat untuk kalian semua di manapun kalian berada😇...

Terpopuler

Comments

anan

anan

aku mampir k

2023-01-11

0

pensi

pensi

hai ka maaf baru bisa like. kemarin ngga ada wadahnya😭

2022-08-06

0

pensi

pensi

lengket karena keringatan ya 😂

2022-08-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!