Terluka

............🌹Happy Reading🌹 ...........

...Baca dulu, kalau suka silahkan meninggalkan jejak yah. Fav nya jangan lupa biar nggak ketinggalan....

.

.

.

"Hay De, Ad. Mau keluar yah?" Tanya Nela yang nampak sudah melupakan kejadian pagi tadi, mungkin saja berkat jalan-jalannya tadi hingga dia melupakan sejenak kejadian itu setelah mendengar sapaan Adenia saat ini padanya dengan ceria.

"Iya nih, mau ke rumah mertua dulu. Lo mau ikut?" Terang serta Ajakan Adenia.

"Iya lo mau ikut Nel, udah lama juga kan nggak ketemu nyokap ku?" Kini suara Adan yang mengajak setelah menguasai dirinya dari pesona Nela.

"Eh nggak deh, aku baru saja pulang. Capek, lain kali ya aku ikutnya." Kata Nela jujur, dan lagi dia tak mungkin mau terlalu tahu urusan pribadi kedua sahabatnya itu.

"Oh oke, tapi lo dari mana? Kok nggak ngajak aku sih main pergi aja." Kata Adenia.

"Itu, aku hanya jalan-jalan santai sekalian iseng lihat-lihat Apartemen untuk aku selama di sini. Nggak mungkinkan aku numpang terus di rumah kalian. Tapi masih belum nemu sih yang cocok." Kata Nela jujur.

"Ais lo kaya siapa aja, jangan la. Tinggal di sini saja aku nggak keberatan. Lagian rumah sebesar ini sudah terbiasa dengan adanya kamu jadi makin hidup. Iya kan Mas?" Kata Adenia sambil mendekat dan merangkul Nela dan beralih bertanya pada Adnan.

"Benar Nel, sekalian buat temani Adenia kalau dia lagi nggak sibuk di butiknya. Lagian kamu belum mulai bekerja kan, ngapain di apartemen sendiri coba sepi nanti kamunya." Ucap Adnan, sebenarnya dia juga takut Nela lama-lama di sini dan membuatnya khilaf. Tapi mengingat istrinya sendiri yang sudah mengijinkan, maka dia akan ikut saja. Semoga saja dia tak khilaf pikirnya usai mengatakan hal itu pada Nela.

"Iya iya, lagian juga belum nemu yang cocok kok. Tenang aja aku masih akan repotin kalian, jangan marah." Canda Nela yang tahu seberapa baiknya dua orang sahabatnya itu.

"Hahahaha, nggak akan ada yang merasa direpotin kalo untuk sahabat Nel. Kamu ini, Oh iya btw kami pergi dulu yah takut telat." Kata Adenia dan mendapatkan senyum di bibir Nela. Wanita itu pun mengantar Adenia dan Adnan sampai depan setelah itu baru dia beranjak ke kamarnya.

...****************...

Saat mobil Adenia dan Adnan memasuki pekarangan rumah keluarga Adnan, mereka sudah langsung di suguhkan dengan berbagai macam mobil yang terparkir di sana membuat Adenia hanya bisa menarik nafasnya pasrah. Berdoa semoga semua akan baik-baik saja nantinya.

"Kenapa sayang? Apa kita balik saja?" Tanya Adnan yang tahu apa yang sedang di pikirkan istrinya sekarang. Dia tahu bagaimana watak ibu dan saudara-saudaranya itu, yang selalu saja berbicara tanpa mau tahu itu akan melukai Adenia atau tidak.

"Apa sih Mas, udah nyampe ini. Ayo turun." Kata Adenia yang langsung melangkah turun duluan.

Dia tak mau lagi Adnan membukakan pintu mobilnya seperti terakhir kali mereka kesini dan dia langsung mendapatkan semprotan dari Ibu mertuanya itu.

"Manja sekali istri kamu Adnan, turun mobil aja mesti di bukain. Jangan terlalu merepotkan suamimu Nia, dia bukan supir mu." Kata Ibu mertua Adenia terlintas di otak Adenia membuat wanita itu menggelengkan kepalanya sembari memijit pelipis setelahnya.

"Kenapa yang?" Tanya Adnan lagi saat menghampiri Adenia.

"Nggak papa Mas, dari tadi tanya kenapa terus. Biasa aja, jangan sampai Ibu salah faham lagi. Entar di pikir aku manja terus ke Mas lagi." Ucap Adenia membuat Adnan merasa tersindir dan dia langsung merasa bersalah akan sikap Ibunya itu.

Selalu saja begini kalau mereka ke rumah orang tuanya, pasti dia akan mendapatkan sifat sifat sensitif yang di tunjukan Adenia. Dan dia sudah hafal betul akan hal itu.

"Iya maaf deh, ayo masuk." Ucap Adnan pada akhirnya, dia pun merangkul pinggang sang istri dan melangkah masuk. Baru di ujung pintu mereka sudah di sambut oleh kedatangan Ibu Adnan dari arah dalam rumah.

"Bu." Sapa Adenia sopan sembari mendekat dan langsung mencium tangan Ibu mertuanya takzim.

"Hay. kalian lama banget, udah kumpul dari tadi tahu. Ayo masuk." Kata Ibu sembari menerima pelukan Adnan.

"Bagaimana, apa ada kabar baik kali ini?" Tanya Ibu sembari melirik Adenia dan kemudian menatap Adnan.

"Maaf Bu." Kata Adenia pasrah, dia tahu apa yang di maksud kabar baik dari ucapan sang mertua. Tidak lain dan tidak bukan itu pasti adalah soal anak. Pasti itu.

Mendengar itu, Ibu Adnan langsung menarik nafasnya panjang. Lagi-lagi itu yang ia dengar dari mulut menantunya.

"Bu, sabar kenapa sih. Kita selalu usaha kok, tapi kalau belum di kasih Tuhan mau bagaimana." Kali ini Adnan yang bersuara, cukup sudah kesabarannya melihat sang istri selalu di desak oleh sesuatu yang tak bisa mereka kehendaki sendiri, dia lama-lama muak mendengar hal itu. Tak tega jika istrinya selalu merasa terpuruk jika berkunjung ke sini, dia sangat tak suka itu.

"Hm, terserah kalian." Ucap Ibu ketus. "Pengen cucu satu aja nggak bisa di kasih. Kalau mau badan tetap bagus, yah jangan nikah. Body aja yang di jaga, anak nggak pernah muncul." Ucap Ibu Adnan dan berbicara tegas namun pelan di akhir kalimatnya namun masih di dengar jelas Adnan juga Adenia.

Adenia hanya bisa mengelus dadanya menyikapi hal itu. Adnan bahkan sampai tak tahu harus menatap Adenia dengan wajah yang bagaimana lagi, dia malu terhadap Adenia karena sikap Ibunya tadi.

"Sayang, maaf yah." Kata Adnan sembari dia merangkul Adenia pada akhirnya.

"Kenapa minta maaf, orang benar kan yang di kata ibu. Satu anak aja aku nggak bisa kasih buat kamu." Ucap Adenia sedikit ketus, dia terlalu sakit mendengar ucapan Ibu mertuanya yang selalu saja berkata sesuka hati.

"Kita pulang." Ucap Adnan setelah mendengar kalimat ketus sang istri, dia tahu istrinya itu tak baik-baik saja saat ini. Dan dia tak bisa membiarkan hal ini.

Tanpa protes Adenia hanya mengikuti langkah Adnan, mereka bahkan keluar tanpa pamit tanpa menyapa yang lainnya di dalam rumah dan Adnan tak peduli akan hal itu. Dia tak bisa berada di sana lebih lama lagi dan membiarkan istrinya sakit sepanjang mereka di sana. Tidak, dia tak mau itu.

Adenia hanya diam saja saat Adnan membawanya masuk mobil, wanita itu bagaikan patung yang tak bernyawa diam menatap lurus ke depan bahkan setelah Adnan membantunya masuk ke dalam mobil.

Usai mengurus Adenia, Adnan pun berjalan memutar menuju pintu kemudi. Masuk dan duduk, melirik sekilas Adenia baru kemudian di menjalankan mobilnya mengendarainya keluar pekarangan rumah orang tuanya.

Setelah rumah Orang tua Adan tak terlihat lagi, pria itu pun membuka suaranya.

"Sayang, maafin ibu yah." Kata Adnan pelan sambil melirik Adenia sekilas dengan wajah bersalahnya.

Mendengar perkataan suaminya, Adenia langsung menumpahkan tangisnya yang sejak tadi dia tahan. Wanita itu menangis sejadi-jadinya, meluapkan segala emosinya yang sudah tak bisa iya bendung lagi membuat Adnan buru buru menepikan mobilnya dan menenangkan sang istri.

Di bawanya Adenia dalam dekapannya, membiarkan Adenia menuangkan semua isi hatinya dalam tangisnya kini. Adnan tak bersuara, dia membebaskan sang istri menangis sebisanya dia tak akan ganggu. Hanya usapan tangannya di kepala hingga pundak sang istri sebagai penguatnya.

"Hikz...Hikz...Hikzz..Maafkan aku yang belum jadi istri sempurna untukmu Mas, maafkan aku.." Kata Adenia di sela tangisannya membuat Adnan tambah merasa bersalah.

...Btw, Jangan lupa like dan komennya yah🥰. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita baru ini🙏🤗. Sehat-sehat untuk kalian semua di manapun kalian berada😇...

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

kalian sengaja menanam duri dalam rumah tangga kalian.

2022-09-29

0

auliasiamatir

auliasiamatir

kesalahan pertama buat Nia,

2022-09-29

0

Ufika

Ufika

sabar adenia semoga saja secepatnya kalian di berikan buah hati.

2022-07-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!