04. Kebenaran Malam

Hari yang berwarna kuning akhirnya benar-benar gelap saat Damar memasukkan kakinya kedalam rumah. Pikirannya terasa pusing setelah mengerjakan soal yang begitu rumit. Setelah mandi , ia langsung tidur tanpa memikirkan apapun juga. Namun sayangnya itu tak bertahan lama, ia hanya bisa tidur nyenyak kira-kira setengah jam saja. Entah apa yang membuatnya terbangun. Yang jelas setelah ia terbangun, walau sudah mencoba beberapa kali tetap tak bisa memejamkan mata lagi.

Ia akhirnya duduk dipinggiran tempat tidur sambil membayangkan saat olimpiade usai. Ingin rasanya Olimpiade yang ia ikuti cepat berlalu. Walaupun dengan ini ia bisa melupakan masalah orangtuanya , tapi ia merasa otaknya tak mampu menyerap banyak hal yang memberatkan secara terus-menerus. Setelah semua ini selesai, ia ingin belajar hal lain yang dirasa lebih mudah untuk otaknya .

Tadi pagi, saat ia mendapat tugas untuk membuat cerita cuma bisa menyelesaikan setengahnya saja dari yang seharusnya. Mungkin habis ini bisa digunakan untuk belajar membuat cerita dari Candra. Atau mungkin belajar melukis dari Indra, waktu SMP ia pernah melihatnya lukisannya terpajang di dinding rumahnya . Lagipula saat melihat orang melukis kelihatannya keren juga. Mereka bisa membuat sesuatu yang keren hanya dengan menggambarnya saja.

Tapi rasanya jadi ragu juga buat melukis, sebenarnya ia tertarik tapi setiap kali menggambar, ia berpikir bahwa itu bukan sesuatu yang bagus untuknya. Bahkan orang awam pun takkan memuji gambar yang ia buat. Rasanya jadi minder . Dia jadi ragu, kalau dari nol banget siapa yang mau mengajarinya ya?

Ponselnya berdering saat ia sedang memikirkan hal itu. Ternyata sebuah pesan masuk dari seorang temannya .

Maaf ya, sebenarnya aku enggak mau ngirim ginian. Tapi ini udah kedua kalinya aku ngelihat. Aku enggak pingin kau sedih. Sekali lagi maaf ya

Begitulah isi pesan yang masuk disertai foto ayahnya sedang berduaan disebuah resto bersama seorang wanita yang terlihat lebih muda dari ibunya. Wanita itu tak terlalu terlihat mukanya . Hanya saja badannya terlihat lebih kecil dibanding ibunya.

Kau enggak perlu minta maaf, kamu enggak salah kok. Mungkin kalau aku ada diposisi yang sama, aku akan melakukan hal yang sama denganmu.

Damar membalas pesan dari temannya itu. Walaupun sebelumnya ia sudah menduga hal itu akan terjadi,tapi ia tak menyangka ayahnya akan melakukan hal bodoh seperti itu. Setidaknya satu pertanyaan didalam hatinya telah terjawab satu.

Pantas saja ia lebih betah diluar, ternyata ini alasannya. Damar akan menerima segala yang akan dikatakan. Dirinya yang sekarang sudah siap dengan keadaan seperti itu. Lebih baik tahu kenyataan yang sebenarnya daripada hidup dalam kesepian dan juga pertanyaan yang selalu menghantui.

Sekarang tinggal perihal ibunya saja. Apakah ia punya pasangan yang lain juga? Kalau tidak kenapa ia sering kali pulang larut malam bahkan kadang pulang sudah pagi? Tinggal ini lagi, semoga secepatnya ia mendapatkan jawaban.

Aku bahkan senang, akhirnya aku bisa menemukan alasan mengapa orangtuaku berubah sekarang. Aku bahkan seharusnya mengucapkan rasa terimakasih kepadamu.

Damar kembali mengirimkan pesan kepada temannya itu. Segala yang tidak mengenakkan , terkadang adalah kenyataan yang harus diterima baik sukarela maupun terpaksa. Mulai sekarang ia harus menentukan langkah untuk ditempuhnya nanti sekaligus menyiapkan segalanya , terutama mengenai kemungkinan terburuk yang akan terjadi nanti.

Dalam bayangannya mungkin nanti ia akan tinggal ditempat kakeknya yang berada di desa . Atau mungkin akan tinggal sendiri ditempat yang berbeda dengan kedua orang yang terasa penting baginya. Daripada memikirkan hal seperti itu terlalu jauh, Damar memutuskan untuk segera makan .

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!