Cicilan Cinta Vio For CEO Arogan Anak Itu Titipan Dari Allah

Anak Itu Titipan Dari Allah

Vio

Ayah, bolehkan? (Vio menggoyangkan lengan sang Ayah dengan manjanya)

Pak Zainal melirik ke arah Bu Tini yang menggeleng kecil, lantas menatap ke arah Vio

Vio

Hanya sampai jam 9 malam, tidak lebih, Yah

Pak Zainal

Pak Zainal bingung harus menjawab apa pada putrinya

Ibu Tini

Vio! Haruskah Bunda mengulangi perkataan itu

Vio

Please, Bunda! Kali ini saja. Vio kan sudah menuruti Bunda, untuk bekerja di apartemen Tuan Muda Rayyan

Ibu Tini

Ohh, kamu mau barter gitu sama Bunda? Mau hitung-hitungan sama orang tua

Vio

Vio gak bilang begitu, Bunda (Vio menundukkan kepalanya, tak berani menatap ke arah Bundanya)

Pak Zainal

Biarkan saja, Bu. Kita jangan terlalu keras sama anak

Ibu Tini

Ya itu, yang Ibu paling benci dari Ayah! Selalu membela anak, disaat Bunda memarahi nya. Jadi ngelunjak itu si Vio

Vio

Aduh salah lagi ini. Vio menggerutu dalam bathin

Ibu Tini meninggalkan ruang makan

Ibu Tini

Kenapa Ayah memberikan ijin pada Vio?

Pak Zainal

Bu, Vio sudah besar. Kita tidak boleh terus-terusan mengekangnya. Dia juga perlu mengetahui dunia luar seperti apa?

Ibu Tini

Tidak!

Pak Zainal

Bu..

Ibu Tini

Aku tidak ingin Vio mengetahui dunia luar itu seperti apa! Pergaulan di sekolah saja sudah cukup untuknya, mengenal lingkungan luar rumah! Ibu gak ingin Vio menjadi liar seperti anak-anak perempuan di luar sana

Pak Zainal

Ini tidak adil untuk Vio, Bu. Kita memberikan kebebasan pada Vio, tapi kita juga memberikan rambu-rambu nya juga. Ibarat layang-layang, kita lepas kepalanya, tapi kita tetap pegang buntutnya

Ibu Tini

Tapi, Vio bukan layang-layang, Yah! Vio anak gadis, Ibu! Ibu gak mau terjadi sesuatu dengan Vio di luar sana

Pak Zainal

Iya, Ayah tau itu. Bu. Tapi kita tetap harus membebaskan dia untuk memilih jalan hidupnya juga

Pak Zainal

Dari bayi kita sudah merawat dan membesarkannya. Mendidiknya, membekali dia dengan ilmu agama dan dunia. Insyaallah Vio, tau norma-norma agama. Mana yang dilarang dalam agama

Ibu Tini

Jadi, Ayah menyalahkan Bunda? Menuduh Bunda, mengekang Vio?

Pak Zainal

Tidak, Bu. Bukan be---

Ibu Tini

Apa Ayah pernah berpikir bila semua yang Ibu lakukan ini untuk kebaikan putri-putri kita? Bunda hanya ingin yang terbaik buat Vio!

Pak Zainal

Ayah, tahu maksud baik Ibu. Tapi tidak dengan jalan mengekangnya! Takutnya, semakin dikekang, semakin memberontak Vio

Tok.. Tok..

Vio

Vio mengetuk pintu kamar tidur orang tuanya

Vio

Bunda, Vio berangkat dulu ya. Takut kesiangan

Setelah menunggu lima menit. Akhirnya pintu itu terbuka juga

Vio

Vio menggigit bibirnya, menahan air mata yang sedari tadi ingin keluar

Ibu Tini

Vio, kenapa di sini? Kamu sudah sarapan?

Vio

Sudah, Bunda. Vio berangkat dulu ya. Takut telat

Vio

Vio pamit kepada kedua orang tuanya, dan mencium kedua tangan orang tuanya bergantian

Ibu Tini

Kamu memang putri Bunda yang patuh.(puji Bu Tini, lalu mencium pucuk kepala Vio)

Pak Zainal

Biar Ayah antar kamu Vio

Vio

Tidak usah, Ayah. Vio bisa berangkat sendiri. Lebih baik Ayah antar Via sama Vie kesekolah biar tak terlambat masuk

Vio

Ya, setidaknya dengan cara ini aku bisa membalas semua kasih sayang yang diberikan kedua orang tuaku. (Vio membatin dengan tersenyum tipis)

Lama mereka terdiam, hingga Vio kembali membuka suara.

Vio

Bunda (panggilnya)

Ibu Tini

Ya, sayang?

Vio

Vio berangkat dulu, ya. Assalamualaikum

Ibu Tini

Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh, hati-hati sayang di jalan

Ibu Tini

Maafkan Bunda, sayang. Bunda hanya ingin Vio jadi yang terbaik. Bunda hanya tidak ingin kamu merasakan hidup susah seperti ini lagi. Kamu harus bisa menjadi orang sukses. ( Bu Tini menghela nafas dalam)

Ibu Tini

Anak itu titipan dari Allah. Entah bagaimana caranya dia hadir. Dalam keadaan seperti apa hidup kita. Kita harus tetap mensyukuri kehadirannya. Menyayangi serta merawatnya setulus hati. Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anak-anaknya



