*Ehhemm..!* suara dehem keren kembali menyapa. Gatal telinga sang candidat mendengarnya.
Eril melirik ke tablet note di meja, masih juga rekaman wajahnya sendiri. Merasa terpesona dan takjub pada tampilan di layar. Perempuan yang mungkin sedang cantik-cantiknya nampak terpantul di sana.
*Halloo kontestan..,* tiba-tiba ada suara lumer yang memamg sedang ditunggu sedari tadi menyapanya. Sebab tak ada candidat lagi selain Eril.
"Ya, hallloo! Assalamualaikum!" Eril menyahut cepat dan bermaksud menyindir dengan salam.
*Wa'alaikumussalaaam warohmatullooohi wabarokaaatuh.* lelaki di tablet note menjawab sangat komplet.
Meski patut dijempoli, tapi Eril justru kesusahan menyembunyikan tawanya. Berfikir bahwa lelaki lapuk yang terus bersembunyi itu cukup membuat penasaran.
*Apa yang membuatmu berani datang ke sini?!* tiba-tiba suara ngejreng terdengar bertanya.
"Coba-coba mengadu nasib. Siapa tahu nyangkut," Eril menjawab santai dan jujur. Anggap saja kali ini sedang live di radio.
*Tunjuk syarat yang kupatenkan itu!* to the point lelaki lapuk di note meminta.
"Ini,,!" sahut Eril cepat sambil menyeringai menunjuk deret gigi putih rapinya.
*Tidak nampak!* protes cepat dari lelaki lapuk di tablet note.
Eril menyadari. Berdiri cepat mendekati meja tinggi dan mendekat eratkan wajahnya di layar note. Kembali menyeringai pepsodent lebar-lebar di sana.
*Buram! Mundur!* protes si lelaki lapuk yang ternyata cukup sabar.
Dugaan dirinya akan dimaki, ternyata tak terjadi. Padahal memang sengaja berbuat menyebalkan. Terlalu dekat pada kamera, tentu saja justru samar.
Eril segera mengatur agar wajahnya sedap dipandang. Kembali mengulang menyeringai lebih lebar.
*Cuma satu! Syaratnya dua! Apa kurang jelas kau pahami?* sekali lagi si lapuk tidak marah dan memaki. Hanya tegas saja dia menilai.
"Paham,,,! Tapi ini kan diskon! Jadi setengah saja yang ada!" Eril menjawab sekenanya. Wawancara yang dipikir akan begitu sangar dan seram. Bahkan mungkin ada unsur pelecehan, ternyata sangat santai seperti ini,..
Lengang, si lapuk tak terdengar lagi suaranya. Bagaimana,, apa dirinya telah gagal? Mungkin saja si lapuk mencoret namanya dan menyuruhnya pulang saja. Sebab Eril memang tidak sama persis dengan kriteria.
Gigi gingsul yang dimilikinya hanya ada satu di sebelah. Sedang di iklan, si lapuk memintanya dua buah. Mungkin di kanan dan di kiri. Ah, jika jodoh, rezeki tak kan lari,,,
Eril menghibur dinya. Bersiap berjaga, menunggu arahan selanjutnya
*Tunjuk syarat lain!* lagi-lagi si lapuk tiba-tiba berseru.
*Ini,,!* dengan cepat Eril menanggapi.
Merapatkan telinga mungilnya ke kamera di tablet note.
*Mundur! Buram! Di tepi telinga, bukan lubang telinga. Apa susah?* lagi-lagi protes si lapuk landai saja. Eril sangat penasaran dengan wujud orangnya.
Segera mengatur posisi senyaman semula.
"Ini,!" ulang Eril. Menampakkan pelipis dan telinga.
Kali ini yang ditunjukkan adalah syarat yang kedua. Tahi lalat kecil di tepi pipi, di sebelah telinganya. Dan Eril memang sangat manis dengan tahi lalat mati yang tinggal abadi di situ.
*Yang Lain!* kembali terdengar perintah si lapuk.
Dengan cekatan, Eril membuka kancing paling atas blouse cantiknya tanpa ragu. Dan kembali sedikit mendekat di kamera. Kali ini tidak main-main. Ditunjukkannya tahi lalat mati lagi yang ada di atas dada dan di bawah tulang selangka lehernya. Sangat manis dengan warna kulit Eril yang kuning cerah agak sawo matang.
*Ehhemm,,!!* tak ada komentar. Hanya dehem macho lagilah yang kembali terdengar.
*Tutuplah,!* si lapuk memberi perintah.
"Sudah, pak? Video call ini saya tutup?!" Eril nampak bingung. Apa dirinya telah gagal? Masih ada syarat lain yang belum diminta tunjukkan.
*Tutup bajumu! Kancingkan lagi bajumu!* si lapuk menjelaskan dengan cepat.
Eril tercekat, segera disatu rapatkan lagi kancing blouse yang masih terbuka. Merasa cukup salut, si lapuk di sana ternyata adalah lelaki yang bermoral. Sayang, tidak nampak wujudnya.
Benn melurus punggung dan meraup wajahnya perlahan. Kontestan kali ini berbeda. Tidak genit dan tidak berlebihan mengambil peluang. Tapi konyol dan hanya ada satu gingsul.
Peserta sebelumnya akan membuka dadanya lebar-lebar. Hanya untuk menunjuk tahi lalat yang tak karuan bentuk dan letaknya. Bahkan beberapa hanya menunjuk dada berisinya yang kosong. Tanpa ada sebiji tahi lalat pun di sana. Bahkan ada yang berada tepat di samping puttingg pun nekat juga dipamerkan.
Untuk tahi lalat di tepian pipi, tak ada satu pun yang ada. Yang ada justru di pipi juga di rahang, hanya mendekati.
Dan gigi gingsul, hampir semuanya punya. Semua punya dua. Hanya gingsul kontestan terakhir sajalah yang berani menunjuk diskon separuh. Yang lain semuanya utuh.
*Tunjuk yang lain!* suara si lapuk kembali mengudara. Namun Eril selalu siaga.
"Ini,!" dengan cepat didekat kembali E KTPnya ke kamera.
*Mundur sedikit. Tak bisa dibaca!* eh, memang betul. Tapi kali ini tak sengaja. Tidak pas dengan sendirinya.
Eril terus memegangi ktp dengan menempel eratkan di wajah. Menunjuk bahwa KTPnya memang asli miliknya. Foto di KTP adalah benar-benar wajahnya.
*Kau betul masih single?* suara keren itu bertanya.
"Betul saya single," jawab Eril.
^Single parent tanpa suami... Ibu single anak satu tapi belum pernah menikah,^ Eril menyambung jawabannya dalam hati. Berusaha tidak menjadi pembohong dan pendosa.
*Apa motifmu ikut melamar?* si lapuk kembali bertanya.
"Banyak hutang," sahut Eril sangat cepat.
*Apa kau siap menjanda?* tanya si lapuk lagi.
"Tentu," sahut Eril dengan pasti.
*Kenapa kau tidak keberatan?* tanya si lapuk.
"Dapat uang untuk membayar hutanglah targetku," sahut Eril.
*Yang lain,* kejar si lapuk.
"Janda semakin terdepan," sahut Eril dengan asal. Memang itulah bunyi slogan yang sering dibacanya di mana-mana.
*Apa kau berharap menikah lalu menjanda?* suara lumer kembali mengudara.
"Aku tidak tahu," jujur Eril menyahut.
Dirinya pun sempat heran. Sebab iklan dengan hadiah besar satu milyar itu hanya dijangka dengan pernikahan enam bulan saja. Setelah itu sang pengiklan akan menamatkan pernikahan. Jadi untuk para pelamar, jika saja lolos, harus siap menerima resiko status-status terbaru yang beruntun, status sebagai istri,,,,,menyusul kemudian status sebagai janda cerai.
Eril tidak masalah dengan beberapa status beruntun yang akan disabetnya. Yang jelas, jika dirinya beruntung, kedua status itu semua akan menguntungkan. Entah istri, entah janda, keduanya jauh lebih baik dari status dirinya yang sekarang.
Status tidak jelas untuk anak nya, Evan. Sedang sebentar lagi anaknya itu akan mulai bersekolah. Tentu memerlukan beberapa dokumen keluarga. Sangat sakit kepala memikirkan hal itu. Sedang ayah biologis Evan yang sedang diburu itu masih sangat gelap kabarnya.
*Pulanglah!* eh, terkejutnya. Si lapuk di seberang tiba-tiba bersuara lagi dan kini menyuruhnya untuk pulang. Tanpa basa-basi sepatah pun.
"Sudah, pak?" tanya Eril memastikan. Tidak ada jawaban. Rasanya tidak puas.
"Saya pulang, pak? Tapi saya gagal ya pak?" rasanya bingung sendiri. Tanpa arahan dan kepastian.
Tetap tak ada sahutan dari si lapuk. Apa semua pelamar juga telah diperlakukan abai seperti ini? Pantas mereka pulang terkaku-kaku bagai robot. Tentu saja jika digantung begini rasanya geram sekali. Dasar pria lapuk! Memperlakukan wanita tidak ada manis-manisnya sama sekali. Pantas saja lapuk!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Jama Sari
ya elah kak,ngakak abis sy SM jawaban ajeng
2023-10-19
0
Anonymous
wilda tak pikir wilayah dada...
2023-01-12
1
Diana Cahyani
lucu thor 😂😂😂😂😂😂
2022-12-22
1