Chapter 2 - First met

Satu tahun kemudian. Di sebuah apartemen di kota NY. Amerika.

"Selamat malam."

Orang yang disapa hanya memandang sekilas dan mengangguk singkat. "Selamat malam."

Tepat ketika wanita itu akan melangkah memasuki apartemennya, si penyapa kembali berbicara. Suaranya terdengar serak dan sangat berat. "Saya baru pindah 2 hari lalu. Di kamar sebelah Anda."

Informasi yang tidak penting itu membuat si wanita berhenti dan perlahan menolehkan kepalanya.

Tampak di depannya sosok seorang pria tinggi. Rambutnya yang berwarna cokelat gelap tampak acak-acakan. Ia juga memiliki jenggot yang cukup tebal, menyembunyikan bentuk mulut dan menutupi pipinya. Hidungnya tampak mancung dan kedua mata gelapnya, memancar tajam. Ia mengenakan kacamata berbingkai tebal, yang bertengger di hidung bangirnya.

Kedua alis sang wanita berkerut dalam dan pandangannya mulai turun, memperhatikan keseluruhan penampilan pria di depannya.

Kemeja pria itu tampak kebesaran di badannya, menyembunyikan bentuk tubuhnya. Tapi wanita itu bisa melihat kalau kedua kaki pria yang berbalut jins itu tampak kuat. Ia juga mengenakan sepasang sepatu boots berwarna hitam yang tampak kotor. Tampak bahan seperti tepung berwarna putih, menghiasi celana jins dan juga sepatunya.

"Hmm..." Tidak mau berbasa-basi dan mulai curiga pada pria di depannya ini, si wanita hanya menyahut singkat dan tidak berselera untuk mengobrol lebih jauh.

"Ah... Maaf, kalau penampilan saya seperti ini. Saya bekerja di toko roti di seberang apartemen ini."

Terlihat kalau berita itu cukup mengejutkan si wanita. Toko itu memang baru 3 bulan ini buka kembali tapi karena rasanya yang enak, hampir setiap pagi ia selalu menyempatkan diri ke sana untuk membeli roti.

"Oh ya? Saya cukup sering ke sana, tapi sama sekali tidak pernah melihat Anda."

Wajah pria itu sumringah, ketika menyadari kalau wanita ini mulai tertarik berbicara padanya. Tergesa, ia mengusap tangan kanannya pada b*kongnya dan mengulurkannya gembira pada sang wanita.

"Ya. Saya sebenarnya cukup sering melihat Anda di sana. Perkenalkan, namaku Anthony."

Si wanita memperhatikan jari-jari pria itu yang panjang dan tampak kuat. Kuku-kukunya pendek dan bersih. Ragu-ragu ia menyambut uluran tangannya dan terkesan dengan kehangatan tangan itu. Telapakannya terasa cukup kasar dan tebal, menandakan seorang pekerja keras.

"Dona."

Sedikit mer*mas tangan wanita di genggamannya, Anthony tersenyum manis dan memperlihatkan deretan giginya yang rapih dan tampak putih.

"Akhirnya aku bisa berkenalan denganmu, Dona."

Mengangkat satu alisnya, Dona bertanya ingin tahu. "Oh? Akhirnya?"

Anthony terkekeh pelan dan melepaskan tangan Dona dengan lembut. Meraih saku belakangnya, ia mengeluarkan setumpuk brosur dan mengulurkan salah satunya.

"Datanglah besok ke Amari Bakery. Ada spesial promo untuk pelanggan setia."

Sedikit tersenyum, Dona menerima brosur itu. "Namanya Amari Bakery?"

"Kau memangnya belum tahu namanya?"

"Tidak. Aku belum tahu. Selama ini aku hanya tahu namanya AM Bakery, tapi tidak tahu kepanjangannya adalah Amari Bakery."

Masih sambil memegang brosur, kepala Dona mendongak menatap pria di depannya. Pria itu ternyata sangat tinggi, mungkin ia hanya mencapai bawah telinganya saja.

"Sebagai apa kau kerja di sana?"

Tampak pria besar itu meringis. "Tidak sebagai siapa-siapa. Aku hanya sekedar helper di sana. Kadang sebagai waiter, kadang sebagai tukang cuci piring. Apapun kukerjakan di sana."

Dona terkekeh pelan. "Kau membuat kue juga?"

Semakin lama, tampang pria itu terlihat semakin menyedihkan. "Tidak. Aku tidak bisa masak."

Alis Dona terangkat tinggi. "Kau ini aneh. Kalau tidak bisa membuat kue, kenapa kerja di toko kue?"

Pria itu malah terkekeh dan menjawab pelan. "Bekerja di sana menyenangkan."

Baru saja Dona akan menjawab, ketika terdengar bunyi ponsel di saku belakang pria itu.

Anthony meraih ponselnya dan memperhatikan layarnya. Tampangnya memelas ketika menatap Dona. "Sepertinya pembicaraan kita harus dihentikan dulu. Aku harus menjawab ponsel ini."

Menandakan tidak menjadi masalah, Dona mengangkat kedua bahunya dan meneruskan langkahnya untuk masuk ke dalam apartemennya. Sebelum ia dapat menutup pintunya, tangan Anthony tiba-tiba menghentikan pintunya. Raut pria itu tampak berbinar.

"Aku benar-benar akan menunggumu besok di sana. Kau harus datang. Seperti biasanya."

Pria itu menyempatkan diri mengedipkan salah satu matanya, sebelum akhirnya melesat masuk ke dalam apartemennya sendiri.

Menghela nafas, Dona menutup pintu apartemennya dan membaca brosur yang dipegangnya. Meski tidak membutuhkan promo tapi tetap saja, ia cukup penasaran dengan menu yang akan ditawarkan besok. Lagipula, ia cukup aneh Anthony mengenalnya. Selama datang ke toko itu, seingatnya ia belum pernah menjumpai pria itu. Orang berbadan besar seperti dirinya, seharusnya mudah untuk diingat.

Tapi suaranya... Suara pria itu entah mengapa terasa familiar. Semakin banyak pria itu berbicara, Dona semakin merasa mengenalinya tapi entah di mana.

Jantungnya mulai berdegup kencang. Pelan, ia mulai duduk di sofa dan mencoba menguras ingatannya tentang toko kue itu selama 3 bulan ini. Ia memang pelanggan tetap toko roti itu tapi semenjak 3 bulan lalu toko itu mengalami pergantian kepemilikan, dan namanya yang tadinya Allard Bakery berubah menjadi AM Bakery. Cita rasanya masih dipertahankan, dan ada beberapa varian baru yang lebih enak dari sebelumnya.

Dan meski mencoba mencari dalam otaknya, ia tetap tidak ingat pernah bertemu dengan Anthony. Satu-satunya orang yang cukup sering dijumpainya, hanyalah seorang pelanggan pria yang beberapa kali mengambil tempat di pojokan. Orang itu selalu memakai topi baseball, yang menyembunyikan wajahnya. Dona bahkan tidak ingat raut wajahnya, selain posturnya yang mungkin tinggi besar seperti Anthony.

Masalahnya, Dona sangat yakin pria itu bukanlah Anthony. Ia pernah melihat pria itu mengendarai sebuah sedan mewah, dan orang itu dikelilingi oleh beberapa pria berbadan besar. Hal ini berbanding terbalik dengan Anthony yang jelas-jelas dari kalangan pegawai cukup rendah seperti dirinya.

Selama pindah ke apartemen ini sekitar 2 tahun lalu, ia tidak pernah menjumpai yang aneh-aneh. Tidak pernah ada tetangga yang menyapa, dan ia juga menjaga dirinya selalu low profile. Tidak mencolok. Bahkan, meski memiliki latar belakang sebagai seorang accountant yang sukses dulu, tapi ia melamar hanya sebagai staff biasa di MB Company. Ia sudah menjalani profesinya selama hampir 4 tahun, dan baru kali ini ada orang yang memperhatikan dirinya. Hal ini mulai membuatnya merasa terganggu.

Tidak mau mengambil resiko, ia pun meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Michele? Maaf, mengganggumu malam-malam begini. Ada yang ingin aku bicarakan."

Keesokannya, Dona menepati janjinya untuk datang ke AM Bakery sebelum ia berangkat ke kantor. Toko kue itu buka setiap jam 7 pagi, membuatnya sukses menjadi tempat persinggahan para karyawan kere seperti dirinya untuk membeli sarapan.

Seperti biasa, ia mengambil meja di sebelah jendela. Melirik jam tangannya, Dona memprediksi pelanggan pria bertopi baseball itu akan datang sekitar 5 menit lagi. Pembicaraannya dengan Michele tadi malam membuatnya lebih waspada. Sepertinya ia harus mulai memperhatikan orang-orang yang ada di dekatnya dengan lebih intens, untuk antisipasi.

Bukannya si topi baseball yang datang, tapi dirinya malah dikejutkan dengan kehadiran Anthony yang menyapanya riang. Pria itu mengenakan celemek dari bahan kulit dan rambutnya disisir klimis ke belakang, meski jenggot tebalnya masih terpasang. Tampangnya benar-benar seperti pekerja kontraktor yang sedang magang di Cafe. Sangat tidak cocok.

"Dona! Kau datang!"

"Anthony. Selamat pagi." Dony menyapa sambil tersenyum kecil.

Anthony menyerahkan sebuah buku menu pada tamunya dan tersenyum. "Panggil saja Tony."

Tergesa, Anthony merogoh saku pada celemeknya dan tidak sengaja menjatuhkan sebuah pulpen. "Oh!"

Karena pulpen itu jatuh dekat kakinya, refleks Dona meraihnya. Ia mengulurkan pulpen itu pada Anthony yang tampak otomatis menerimanya dengan tangan kiri. "Terima kasih."

"Tidak masalah."

Dona memperhatikan pria itu memindahkan pulpennya ke tangan kanan dan mulai membuka lembaran buku pesanannya. Anthony menatap Dona sumringah. "Jadi, kau mau memesan apa pagi ini?"

Wanita itu menengadah dan senyum samar muncul di bibirnya yang merah muda.

"Apa yang promo dan murah, tapi enak hari ini?"

Terpopuler

Comments

catdoll_11

catdoll_11

cinta dalam diam kah ini..

2022-06-09

0

lihat semua
Episodes
1 Blurb & Disclaimer
2 Chapter 1 - The Beginning
3 Chapter 2 - First met
4 Chapter 3 - You & I
5 Chapter 4 - Maximus Bass
6 Chapter 5 - Gia
7 Chapter 6 - Her past
8 Chapter 7 - His plan
9 Chapter 8 - Who is he?
10 Chapter 9 - The real him
11 Chapter 10 - His wish
12 Chapter 11 - One of The Berlusconi
13 Chapter 12 - Bass vs Berlusconi
14 Chapter 13 - Anxious
15 Chapter 14 - Stranger man
16 Chapter 15 - Hello...!
17 Chapter 16 - I can't wait anymore!
18 Chapter 17 - Memory
19 Chapter 18 - New Year
20 Chapter 19 - I don't want to be your brother
21 Chapter 20 - Surprise...!?
22 Chapter 21 - (Un)happy hug
23 Chapter 22 - Tactical plans
24 Chapter 23 - Happy hug
25 Chapter 24 - You're beautiful, but...
26 Chapter 25 - Resolution
27 Chapter 26 - First kiss
28 Chapter 27 - Guilt
29 Chapter 28 - I miss you
30 Chapter 29 - Too precious to hold on...
31 Chapter 30 - Death, and more death
32 Chapter 31 - Confession
33 Chapter 32 - The Man in The Shadow
34 Chapter 33 - Our destiny
35 Chapter 34 - (Bad) destiny
36 Chapter 35 - Alter identity
37 Chapter 36 - Saying goodbye
38 Chapter 37 - His willingness
39 Chapter 38 - Obsession or Love?
40 Chapter 39 - I love her
41 Chapter 40 - Crack...!?
42 Chapter 41 - I won't let you go again...!?
43 Chapter 42 - Love & Tragedy
44 Chapter 43 - Necklace
45 Chapter 44 - She is near me
46 Chapter 45 - Finally, I found you...!
47 Chapter 46 - I love you, but goodbye...
48 Chapter 47 - Heart broken
49 Chapter 48 - His biggest regret
50 Chapter 49 - I'm a wreck without you...
51 Chapter 50 - Silver lining
52 Chapter 51 - I' m (not) losing you
53 Chapter 52 - Negotiation with The Butcher
54 Chapter 53 - Chain of destiny
55 Chapter 54 - My first mission. For you...
56 Chapter 55 - Alessandro & Isabelle (1)
57 Chapter 56 - Alessandro & Isabelle (2)
58 Chapter 57 - Amadeo Berlusconi
59 Chapter 58 - Sibling rivalry
60 Chapter 59 - Sign from Above
61 Chapter 60 - Decision
62 Chapter 61 - Verdict
63 Chapter 62 - Execution from The Butcher
64 Chapter 63 - The truth
65 Chapter 64 - Try to let go
66 Chapter 65 - Unexpected sign
67 Chapter 66 - Her wrath
68 Chapter 67 - Her regret
69 Chapter 68 - Band of brothers
70 Chapter 69 - Forgiveness
71 Chapter 70 - A broken man
72 Chapter 71 - Her s***ction
73 Chapter 72 - His injury
74 Chapter 73 - D*rty mind
75 Chapter 74 - Love & L*st
76 Chapter 75 - Reconsiliation
77 Chapter 76 - Jealousy
78 Chapter 77 - Her insecure
79 Chapter 78 - Chaos
80 Chapter 79 - Descendant
81 Chapter 80 - The wedding
82 Chapter 81 - Her forgiveness
83 Chapter 82 - Husband & Wife
84 Chapter 83 - New Family
85 Chapter 84 - The memory
86 Epilog
87 Pengumuman karya baru
88 Promo Karya Terbaru 2023
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Blurb & Disclaimer
2
Chapter 1 - The Beginning
3
Chapter 2 - First met
4
Chapter 3 - You & I
5
Chapter 4 - Maximus Bass
6
Chapter 5 - Gia
7
Chapter 6 - Her past
8
Chapter 7 - His plan
9
Chapter 8 - Who is he?
10
Chapter 9 - The real him
11
Chapter 10 - His wish
12
Chapter 11 - One of The Berlusconi
13
Chapter 12 - Bass vs Berlusconi
14
Chapter 13 - Anxious
15
Chapter 14 - Stranger man
16
Chapter 15 - Hello...!
17
Chapter 16 - I can't wait anymore!
18
Chapter 17 - Memory
19
Chapter 18 - New Year
20
Chapter 19 - I don't want to be your brother
21
Chapter 20 - Surprise...!?
22
Chapter 21 - (Un)happy hug
23
Chapter 22 - Tactical plans
24
Chapter 23 - Happy hug
25
Chapter 24 - You're beautiful, but...
26
Chapter 25 - Resolution
27
Chapter 26 - First kiss
28
Chapter 27 - Guilt
29
Chapter 28 - I miss you
30
Chapter 29 - Too precious to hold on...
31
Chapter 30 - Death, and more death
32
Chapter 31 - Confession
33
Chapter 32 - The Man in The Shadow
34
Chapter 33 - Our destiny
35
Chapter 34 - (Bad) destiny
36
Chapter 35 - Alter identity
37
Chapter 36 - Saying goodbye
38
Chapter 37 - His willingness
39
Chapter 38 - Obsession or Love?
40
Chapter 39 - I love her
41
Chapter 40 - Crack...!?
42
Chapter 41 - I won't let you go again...!?
43
Chapter 42 - Love & Tragedy
44
Chapter 43 - Necklace
45
Chapter 44 - She is near me
46
Chapter 45 - Finally, I found you...!
47
Chapter 46 - I love you, but goodbye...
48
Chapter 47 - Heart broken
49
Chapter 48 - His biggest regret
50
Chapter 49 - I'm a wreck without you...
51
Chapter 50 - Silver lining
52
Chapter 51 - I' m (not) losing you
53
Chapter 52 - Negotiation with The Butcher
54
Chapter 53 - Chain of destiny
55
Chapter 54 - My first mission. For you...
56
Chapter 55 - Alessandro & Isabelle (1)
57
Chapter 56 - Alessandro & Isabelle (2)
58
Chapter 57 - Amadeo Berlusconi
59
Chapter 58 - Sibling rivalry
60
Chapter 59 - Sign from Above
61
Chapter 60 - Decision
62
Chapter 61 - Verdict
63
Chapter 62 - Execution from The Butcher
64
Chapter 63 - The truth
65
Chapter 64 - Try to let go
66
Chapter 65 - Unexpected sign
67
Chapter 66 - Her wrath
68
Chapter 67 - Her regret
69
Chapter 68 - Band of brothers
70
Chapter 69 - Forgiveness
71
Chapter 70 - A broken man
72
Chapter 71 - Her s***ction
73
Chapter 72 - His injury
74
Chapter 73 - D*rty mind
75
Chapter 74 - Love & L*st
76
Chapter 75 - Reconsiliation
77
Chapter 76 - Jealousy
78
Chapter 77 - Her insecure
79
Chapter 78 - Chaos
80
Chapter 79 - Descendant
81
Chapter 80 - The wedding
82
Chapter 81 - Her forgiveness
83
Chapter 82 - Husband & Wife
84
Chapter 83 - New Family
85
Chapter 84 - The memory
86
Epilog
87
Pengumuman karya baru
88
Promo Karya Terbaru 2023

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!