Satu tahun kemudian. Di sebuah apartemen di kota NY. Amerika.
"Selamat malam."
Orang yang disapa hanya memandang sekilas dan mengangguk singkat. "Selamat malam."
Tepat ketika wanita itu akan melangkah memasuki apartemennya, si penyapa kembali berbicara. Suaranya terdengar serak dan sangat berat. "Saya baru pindah 2 hari lalu. Di kamar sebelah Anda."
Informasi yang tidak penting itu membuat si wanita berhenti dan perlahan menolehkan kepalanya.
Tampak di depannya sosok seorang pria tinggi. Rambutnya yang berwarna cokelat gelap tampak acak-acakan. Ia juga memiliki jenggot yang cukup tebal, menyembunyikan bentuk mulut dan menutupi pipinya. Hidungnya tampak mancung dan kedua mata gelapnya, memancar tajam. Ia mengenakan kacamata berbingkai tebal, yang bertengger di hidung bangirnya.
Kedua alis sang wanita berkerut dalam dan pandangannya mulai turun, memperhatikan keseluruhan penampilan pria di depannya.
Kemeja pria itu tampak kebesaran di badannya, menyembunyikan bentuk tubuhnya. Tapi wanita itu bisa melihat kalau kedua kaki pria yang berbalut jins itu tampak kuat. Ia juga mengenakan sepasang sepatu boots berwarna hitam yang tampak kotor. Tampak bahan seperti tepung berwarna putih, menghiasi celana jins dan juga sepatunya.
"Hmm..." Tidak mau berbasa-basi dan mulai curiga pada pria di depannya ini, si wanita hanya menyahut singkat dan tidak berselera untuk mengobrol lebih jauh.
"Ah... Maaf, kalau penampilan saya seperti ini. Saya bekerja di toko roti di seberang apartemen ini."
Terlihat kalau berita itu cukup mengejutkan si wanita. Toko itu memang baru 3 bulan ini buka kembali tapi karena rasanya yang enak, hampir setiap pagi ia selalu menyempatkan diri ke sana untuk membeli roti.
"Oh ya? Saya cukup sering ke sana, tapi sama sekali tidak pernah melihat Anda."
Wajah pria itu sumringah, ketika menyadari kalau wanita ini mulai tertarik berbicara padanya. Tergesa, ia mengusap tangan kanannya pada b*kongnya dan mengulurkannya gembira pada sang wanita.
"Ya. Saya sebenarnya cukup sering melihat Anda di sana. Perkenalkan, namaku Anthony."
Si wanita memperhatikan jari-jari pria itu yang panjang dan tampak kuat. Kuku-kukunya pendek dan bersih. Ragu-ragu ia menyambut uluran tangannya dan terkesan dengan kehangatan tangan itu. Telapakannya terasa cukup kasar dan tebal, menandakan seorang pekerja keras.
"Dona."
Sedikit mer*mas tangan wanita di genggamannya, Anthony tersenyum manis dan memperlihatkan deretan giginya yang rapih dan tampak putih.
"Akhirnya aku bisa berkenalan denganmu, Dona."
Mengangkat satu alisnya, Dona bertanya ingin tahu. "Oh? Akhirnya?"
Anthony terkekeh pelan dan melepaskan tangan Dona dengan lembut. Meraih saku belakangnya, ia mengeluarkan setumpuk brosur dan mengulurkan salah satunya.
"Datanglah besok ke Amari Bakery. Ada spesial promo untuk pelanggan setia."
Sedikit tersenyum, Dona menerima brosur itu. "Namanya Amari Bakery?"
"Kau memangnya belum tahu namanya?"
"Tidak. Aku belum tahu. Selama ini aku hanya tahu namanya AM Bakery, tapi tidak tahu kepanjangannya adalah Amari Bakery."
Masih sambil memegang brosur, kepala Dona mendongak menatap pria di depannya. Pria itu ternyata sangat tinggi, mungkin ia hanya mencapai bawah telinganya saja.
"Sebagai apa kau kerja di sana?"
Tampak pria besar itu meringis. "Tidak sebagai siapa-siapa. Aku hanya sekedar helper di sana. Kadang sebagai waiter, kadang sebagai tukang cuci piring. Apapun kukerjakan di sana."
Dona terkekeh pelan. "Kau membuat kue juga?"
Semakin lama, tampang pria itu terlihat semakin menyedihkan. "Tidak. Aku tidak bisa masak."
Alis Dona terangkat tinggi. "Kau ini aneh. Kalau tidak bisa membuat kue, kenapa kerja di toko kue?"
Pria itu malah terkekeh dan menjawab pelan. "Bekerja di sana menyenangkan."
Baru saja Dona akan menjawab, ketika terdengar bunyi ponsel di saku belakang pria itu.
Anthony meraih ponselnya dan memperhatikan layarnya. Tampangnya memelas ketika menatap Dona. "Sepertinya pembicaraan kita harus dihentikan dulu. Aku harus menjawab ponsel ini."
Menandakan tidak menjadi masalah, Dona mengangkat kedua bahunya dan meneruskan langkahnya untuk masuk ke dalam apartemennya. Sebelum ia dapat menutup pintunya, tangan Anthony tiba-tiba menghentikan pintunya. Raut pria itu tampak berbinar.
"Aku benar-benar akan menunggumu besok di sana. Kau harus datang. Seperti biasanya."
Pria itu menyempatkan diri mengedipkan salah satu matanya, sebelum akhirnya melesat masuk ke dalam apartemennya sendiri.
Menghela nafas, Dona menutup pintu apartemennya dan membaca brosur yang dipegangnya. Meski tidak membutuhkan promo tapi tetap saja, ia cukup penasaran dengan menu yang akan ditawarkan besok. Lagipula, ia cukup aneh Anthony mengenalnya. Selama datang ke toko itu, seingatnya ia belum pernah menjumpai pria itu. Orang berbadan besar seperti dirinya, seharusnya mudah untuk diingat.
Tapi suaranya... Suara pria itu entah mengapa terasa familiar. Semakin banyak pria itu berbicara, Dona semakin merasa mengenalinya tapi entah di mana.
Jantungnya mulai berdegup kencang. Pelan, ia mulai duduk di sofa dan mencoba menguras ingatannya tentang toko kue itu selama 3 bulan ini. Ia memang pelanggan tetap toko roti itu tapi semenjak 3 bulan lalu toko itu mengalami pergantian kepemilikan, dan namanya yang tadinya Allard Bakery berubah menjadi AM Bakery. Cita rasanya masih dipertahankan, dan ada beberapa varian baru yang lebih enak dari sebelumnya.
Dan meski mencoba mencari dalam otaknya, ia tetap tidak ingat pernah bertemu dengan Anthony. Satu-satunya orang yang cukup sering dijumpainya, hanyalah seorang pelanggan pria yang beberapa kali mengambil tempat di pojokan. Orang itu selalu memakai topi baseball, yang menyembunyikan wajahnya. Dona bahkan tidak ingat raut wajahnya, selain posturnya yang mungkin tinggi besar seperti Anthony.
Masalahnya, Dona sangat yakin pria itu bukanlah Anthony. Ia pernah melihat pria itu mengendarai sebuah sedan mewah, dan orang itu dikelilingi oleh beberapa pria berbadan besar. Hal ini berbanding terbalik dengan Anthony yang jelas-jelas dari kalangan pegawai cukup rendah seperti dirinya.
Selama pindah ke apartemen ini sekitar 2 tahun lalu, ia tidak pernah menjumpai yang aneh-aneh. Tidak pernah ada tetangga yang menyapa, dan ia juga menjaga dirinya selalu low profile. Tidak mencolok. Bahkan, meski memiliki latar belakang sebagai seorang accountant yang sukses dulu, tapi ia melamar hanya sebagai staff biasa di MB Company. Ia sudah menjalani profesinya selama hampir 4 tahun, dan baru kali ini ada orang yang memperhatikan dirinya. Hal ini mulai membuatnya merasa terganggu.
Tidak mau mengambil resiko, ia pun meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Michele? Maaf, mengganggumu malam-malam begini. Ada yang ingin aku bicarakan."
Keesokannya, Dona menepati janjinya untuk datang ke AM Bakery sebelum ia berangkat ke kantor. Toko kue itu buka setiap jam 7 pagi, membuatnya sukses menjadi tempat persinggahan para karyawan kere seperti dirinya untuk membeli sarapan.
Seperti biasa, ia mengambil meja di sebelah jendela. Melirik jam tangannya, Dona memprediksi pelanggan pria bertopi baseball itu akan datang sekitar 5 menit lagi. Pembicaraannya dengan Michele tadi malam membuatnya lebih waspada. Sepertinya ia harus mulai memperhatikan orang-orang yang ada di dekatnya dengan lebih intens, untuk antisipasi.
Bukannya si topi baseball yang datang, tapi dirinya malah dikejutkan dengan kehadiran Anthony yang menyapanya riang. Pria itu mengenakan celemek dari bahan kulit dan rambutnya disisir klimis ke belakang, meski jenggot tebalnya masih terpasang. Tampangnya benar-benar seperti pekerja kontraktor yang sedang magang di Cafe. Sangat tidak cocok.
"Dona! Kau datang!"
"Anthony. Selamat pagi." Dony menyapa sambil tersenyum kecil.
Anthony menyerahkan sebuah buku menu pada tamunya dan tersenyum. "Panggil saja Tony."
Tergesa, Anthony merogoh saku pada celemeknya dan tidak sengaja menjatuhkan sebuah pulpen. "Oh!"
Karena pulpen itu jatuh dekat kakinya, refleks Dona meraihnya. Ia mengulurkan pulpen itu pada Anthony yang tampak otomatis menerimanya dengan tangan kiri. "Terima kasih."
"Tidak masalah."
Dona memperhatikan pria itu memindahkan pulpennya ke tangan kanan dan mulai membuka lembaran buku pesanannya. Anthony menatap Dona sumringah. "Jadi, kau mau memesan apa pagi ini?"
Wanita itu menengadah dan senyum samar muncul di bibirnya yang merah muda.
"Apa yang promo dan murah, tapi enak hari ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
catdoll_11
cinta dalam diam kah ini..
2022-06-09
0