Mpu Bagera

Dipadepokan Gunung Arjuno Guru Wijaya Karna bertelepati dengan Guru Ambarukmo dari Padepokan Gunung Sumbing, karena misi perlawanan akan dilakukan oleh Padepokan Gunung Sumbing, Guru Wijaya Karna masih memantau dengan cara meditasi untuk melihat perkembangan misi di Gunung Sumbing, setelah para Guru berkomunikasi lewat telepati ternyata persiapan sudah sangat matang, Padepokan Gunung Sumbing sendiri bukanlah kumpulan pendekar yang bisa dianggap remeh karena disana standar dalam menaikkan tingkat strata pendekar sangat teliti jadi misi nanti malam yang hanya diketahui oleh 7 Guru Pengasuh Padepokan akan berjalan sesuai rencana, dan ini adalah awal perlawanan dari aliran putih kepada Patih Lodaya beserta Padepokan Gagak Ireng, Bukan untuk memberontak kepada Kerajaan Nagari tapi ini adalah perlawanan kepada Aliran Hitam yang dikomandoi Padepokan Gagak Ireng.

***

Rombongan dari Guru Gunawan akhirnya sampai di Padepokan lalu murid-murid yang lain segera membantu membawa tanaman obat-obatan dan daging Rusa yang dibawa dari Hutan. Kemudian para tamu diantar ke ruang tamu Padepokan dimana Guru Wijaya Karna sudah menunggu disana, dan para tamu memberikan sungkem kepada Guru Wijaya Karna, Mereka langsung mengenali Guru Wijaya Karna karena sudah diberi tau ciri-ciri Guru Wijaya Karna oleh Gurunya semasa masih hidup.

Kemudian para murid tadi menyerahkan Gulungan yang merupakan amanah dari Gurunya kepada Guru Wijaya Karna

"Nak Ganendra Wisnu Wijaya" teriak Guru Wijaya Karna memanggil, kemudian Ganendra Wisnu Wijaya pun keluar untuk menemui Guru Wijaya Karna

"Iya Bopo" jawab Ganendra Wisnu Wijaya

"Ini ada titipan dari Guru-guru yang berbaik hati kepadamu, bacalah" ucap Guru Wijaya Karna, kemudian Ganendra Wisnu Wijaya membuka Gulungan demi gulungan yang dibawa tadi termasuk yang dibawa oleh Guru Gunawan dari orang yang menyamar dihutan, tiba-tiba setelah membuka dan membaca gulungan terakhir Ganendra Wisnu Wijaya langsung pingsan. Dan kemudian Ganendra Wisnu Wijaya dibawa ke kamar oleh Guru Wijaya Karna, lalu Guru Wijaya Karna pun kembali keluar untuk mengobrol dengan para tamu

"Mohon maaf Guru, mengapa adimas Ganendra Wisnu Wijaya bisa pingsan setelah membaca gulungan tadi?" tanya seorang tamu bernama Brojo

"Guru kalian menurunkan ilmu yang beliau Kuasai kepada Anakku Ganendra Wisnu Wijaya lewat gulungan tadi" jawab Guru Wijaya Karna

"Mohon maaf Guru, mengapa kami bertaruh nyawa tapi hanya untuk menuju Ganendra Wisnu Wijaya yang masih anak-anak? Bukannya kami mengeluh namun Saya sendiri kaget setelah melihat akhir dari perjalanan Kami" tanya Brojo

"Menetaplah disini dulu dalam beberapa hari, nanti Kamu akan menemukan jawabannya sendiri" jawab Guru Wijaya Karna sambil tersenyum ramah.

"Kalau Guru Wijaya Karna mengijinkan, Saya ingin selama mungkin disini, karena Guru saya juga sudah wafat" jawab Brojo

"Saya juga Guru kalau diijinkan ingin menimba ilmu dipadepokan ini" jawab tamu yang lain lagi bernama Wito

"Monggo silahkan karena pada dasarnya Kita semua ini satu saudara, jadi Aku tidak pernah membeda-bedakan sesama siapa saja yang ingin menimba ilmu disini" Jawab Guru Wijaya Karna

"mohon maaf Guru ijin memperkenalkan diri, Saya Brojo dan Saya Wiro Guru" ucap keduanya bergantian

"Silahkan anakmas berdua mengikuti Guru Gunawan agar diantar ketempat istirahat, langsung saja membaur tidak perlu sungkan" ucap Guru Wijaya Karna

"Sendiko Dawuh Guru, terima kasih" Jawab Wiro dan Brojo

***

"Kakang kenapa Ganendra Wisnu Wijaya bisa pingsan?" tanya Nyai Maharani kepada Guru Wijaya Karna

"Tidak apa-apa dinda, mungkin hanya kelelahan dari Hutan, nanti setelah siuman pasti tidak apa-apa, jangan khawatir dengan Ganendra Wisnu Wijaya, Dia anak yang kuat" jawab Guru Wijaya Karna, lalu Guru Wijaya Karna kembali bermeditasi karena mendapat panggilan telepati dari para Guru Pengasuh Padepokan Kenaling Rogo dari 7 Padepokan, kemudian para Guru berembug untuk mematangkan strategi, dari pihak Pedepokan Gunung Bromo mengajukan ingin membuat serangan esok malam namun Guru Wijaya Karna memiliki pandangan lain.

"Begini Saudaraku, jika nanti serangan muncul hanya dari sekitar Padepokan Kenaling Rogo, akan sangat mencolok jadi hemat Saya, Kita masing-masing mengirimkan satu murid terbaik untuk bergabung dan menyerang dekat Padepokan Gagak Ireng Pusat dan Besok Kita menghadap Mpu Bagera untuk meminjam pusaka Juring Sakti yang bisa menembus dimensi sehingga setiap murid akan dapat berpindah disatu tempat ke tempat lain dengan cepat walau jarak ribuan mil" ucap Guru Wijaya Karna lewat telepati

"Setuju Kakang Wijaya Karna, besok kabari Kami berangkat kesana waktunya kapan" ucap Guru Dirgajaya

"lebih baiknya besok ketika hari menjelang petang saja Adimas Dirgajaya" jawab Guru Wijaya Karna

"Baiklah kami setuju dengan Arahan Kakang Wijaya Karna" ucap Para Guru bergantian

***

Dihalaman padepokan daging Rusa sudah dimasak dan kepada para murid disuruh mengambil sendiri untuk makan bersama lalu Guru Gunawan memberikan satu mangkuk berisi Sup Jantung Rusa dicampur ramuan obat-obatan yang bisa mempercepat pulihnya kondisi dari Ganendra Wisnu Wijaya.

Setelah Guru Gunawan masuk ke kamar Ganendra Wisnu Wijaya aroma Sup itu langsung membuat Ganendra Wisnu Wijaya siuman

"Aroma apa ini Guru Gunawan?" tanya Ganendra Wisnu Wijaya ketika membuka mata melihat Guru Gunawan berada disebelahnya, sup yang aromanya sangat lezat.

"Ini Sup Obat untuk Ananda Ganendra Wisnu Wijaya" jawab Guru Gunawan lalu Guru Gunawan membantu Ganendra Wisnu Wijaya duduk

"Ini silahkan Ananda Ganendra Wisnu Wijaya segera dimakan sampai habis mumpung sup nya masih panas, ramuan ini juga bisa untuk memulihkan stamina setelah latihan sangat keras" jawab Guru Gunawan

"Paman Guru Gunawan bolehkah aku mulai ikut berlatih kanuragan bersama murid yang lain nanti malam?" tanya Ganendra Wisnu Wijaya

"Mintalah ijin kepada Bopomu Nakmas jika Bopomu mengijinkan kamu boleh ikut latihan nanti malam" jawab Guru Gunawan

"Baiklah Guru nanti Saya akan bertanya kepada Bopo dulu" ucap Ganendra Wisnu Wijaya kemudian setelah selesai menyantap sup obat Ganendra Wisnu Wijaya pergi mencari dimananya Boponya berada namun tak kunjung ketemu, lalu Ganendra Wisnu Wijaya kembali kekamar dan melakukan meditasi sendiri. Ketika meditasi Ganendra Wisnu Wijaya mampu mendengar Suara Boponya.

"Ada apa Nakmas tadi mencari Bopo, apakah ada sesuatu?" tanya Suara yang seperti Suara dari Guru Wijaya Karna

"Siapakah ini?apa benar ini suara Bopku Guru Wijaya Karna" tanya Ganendra Wisnu Wijaya dalam batin

"Apakah ada yang suaranya sama dengan Bopo?" tanya Guru Wijaya Karna

"Mohon ampun bopo, karena baru pertama mengalami seperti ini, Apakah ini yang disebut telepati Bopo?" tanya Ganendra Wisnu Wijaya

" Benar ini adalah telepati, jangan ikut latihan dulu, biarkan tulang dan ototmu kuat dulu, nanti kalau sudah saatnya Bopo akan memberitahumu" ucap Guru Wijaya Karna

"Baik bopo" jawab Ganendra Wisnu Wijaya

***

"Kakang Wijaya Karna, Serangan sudah kami lancarakan dan berhasil menghabisi basis Gagak Ireng di Lereng Gunung Sumbing, Kami sengaja menyisakan para anggota Gagak Ireng yang mereka tidak pernah berbuat Onar, jadi kami berkoordinasi dengan para telik sandi agar tepat sasaran" ucap Guru Ambarukmo

"Syukur Adimas Ambarukmo, Kami juga akan menirunya nanti ketika sudah mendapatkan giliran nanti" jawab Guru-Guru yang lain

"Baiklah, silahkan Guru-guru semua waspada mengantisipasi serangan senyap dari pihak Gagak Ireng, berlakukan jam malam, hanya murid dengan strata pendekar yang boleh keluar pada malam hari dan waspada level 1, termasuk Telik Sandi harus dalam status Siaga Level 1, jangan sampai ada yang terbunuh, ketika ketemu lawan dari pihak lain langsung saja habisi khusus telik sandi Padepokan" tutup Guru Wijaya Karna

"Baik Kakang Wijaya Karna" jawab Para Guru serentak

***

Di Aula setiap Padepokan para Guru dari masing-masing Padepokan berkumpul guna mengkoordinasikan jam malam dan Waspada level 1 kepada seluruh murid. Murid-murid senior akan berganti mengkoordinir yang sedang melakukan piket

***

Keesokan sore ya para Guru dari Padepokan Kenaling Rogo satu persatu sudah datang didekat Rumah Mpu Bagera di lereng Gunung Merapat, hingga yang terakhir adalah Guru Wijaya Karna yang mengajak Ganendra Wisnu Wijaya

"7 Pendekar Sakti yang berjuluk Pendekar Harimau Putih, ada perlu apa sehingga repot-repot datang kegubuk reyot yang ditinggali Orang tua peyot sepertiku" terdengar suara dari dalam Rumah ketika para Guru-guru hendak melangkahkan kaki kedalam Pendorong, lalu Mereka serentak duduk jengkeng dan mamberi hormat.

Setelah para Guru hendak berdiri ternyata Mpu Bagera beserta istri dan Anak laki-lakinya sedang duduk dipendopo padahal awalnya Pendopo itu kosong.

Namun Mereka semua tidak kaget karena Mpu Bagera adalah Adik kandung dari Mpu Sagara sehingga kesaktian beliau sudah tidak diragukan lagi. Namun Mpu Bagera tidak pernah mengangkat murid selama Hidupnya, tidak ada yang tau mengapa Mpu Bagera tidak mau mengangkat murid.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

padepokan gagak ireng.

2022-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!